Transplantasi Dapat Tingkatkan Harapan Hidup Pasien Penyakit Gagal Ginjal Kronik

Transplantasi Ginjal Tingkatkan Kualitas Hidup Pasien Penyakit Gagal Ginjal Kronik

oleh Aditya Eka Prawira diperbarui 14 Jan 2023, 09:00 WIB
Diterbitkan 14 Jan 2023, 09:00 WIB
20160130-6 Alasan Kenapa Anda Tidak Boleh Menjual Ginjal Anda
Ilustrasi Transplantasi Ginjal karena Gagal Ginjal yang Disebabkan Penyakit Ginjal Kronik (AFP PHOTO / Jaafar ASHTIY)

Liputan6.com, Jakarta - Penyakit ginjal kronik disebut menjadi masalah kesehatan masyarakat di seluruh Indonesia saat ini. Prof Dr dr Endang Susalit SpPD-KGH, FINASIM, mengatakan, prevalensinya pada orang dewasa mencapai 10 persen.

Menurut Ketua Tim transplantasi ginjal RS Siloam Asri ini, penyakit ginjal kronik yang tidak dapat diatasi dengan pengobatan dan diet rendah protein akan berakhir dengan gagal ginjal.

Dijelaskannya bahwa gagal ginjal dapat menyebabkan penurunan kualitas hidup pasien, yang pada umumnya memerlukan pengobatan pengganti ginjal, yaitu dialisis atau transplantasi ginjal.

Prof Endang mengatakan bahwa dapat dikatakan dikatakan transplantasi ginjal merupakan terapi gagal ginjal paling ideal, karena bisa mengatasi permasalahan akibat penurunan fungsi ginjal.

"Tidak seperti dialisis yang hanya dapat mengatasi sebagian masalah saja. Manfaat transplantasi dapat meningkatkan harapan hidup," kata Prof Endang dikutip dari keterangan resmi yang diterima Health Liputan6.com pada Jumat (13/1)

Dia pun mencontohkan yang terjadi pada pasien dialisis yang disebabkan diabetes melitus, yang dinyatakan memiliki harapan hidup delapan tahun.

Namun, kata dia, jika dilakukan transplantasi ginjal pada kelompok umur yang sama, harapan hidupnya meningkat menjadi 25 tahun.

"Transplantasi ginjal mengalami berbagai kemajuan yang pesat dalam bidang medis dan bedah. Saat ini, di Indonesia sudah diterapkan metode pemeriksaan persiapan operasi dan obat imunosupresan terbaru sehingga mengurangi angka rejeksi," katanya.

Teknik operasi terbaru yang sama dengan di luar negeri pun sudah diterapkan, sehingga keberhasilan harapan hidup donor dan pasien tidak berbeda dengan hasil di luar negeri.

Contohnya, lanjut Prof Endang, jika dahulu teknik pengambilan ginjal donor dilakukan dengan cara nefrektomi terbuka, sekarang dilakukan dengan metode laparoskopi yang sangat bermanfaat bagi pendonor.


Penyakit Gagal Ginjal Kronik Menyerap Dana Besar BPJS Kesehatan

Ketua ASRI Urology Center (AUC0, Dr dr Nur Rasyid SpU (K) menjelaskan bahwa penyakit gagal ginjal kronik merupakan salah satu dari penyakit yang menyerap dana besar pada pembiayaan kesehatan pemerintah melalui BPJS Kesehatan.

Tidak heran GGK menjadi penyakit yang diutamakan penyelesaiannya Kemenkes RI.

Gagal ginjal masih menjadi masalah serius yang perlu ditanggulangi di Indonesia. Menurut Nur, tingkat kejadian gagal ginjal yang kronik meningkat dari 0,2 persen pada 2013 menjadi 0,38 persen pada 2018 .

Nur, mengatakan, jika dibandingkan dengan hemodialisis kronik, transplantasi ginjal memiliki keunggulan dalam hal memperpanjang angka harapan hidup, memperbaiki kualitas hidup, serta efisiensi total pembiayaan jangka panjang.

 


Transplantasi Ginjal Sudah Ada di Indonesia Sejak Lama

Transplantasi ginjal sudah dilakukan di Indonesia sejak tahun 1977, tapi baru berkembang pesat pada 2011 dan sampai saat ini telah dilakukan lebih dari 1.200 kasus --- jumlah yang sangat kecil dibandingkan populasi dan penderita GGK.

"Awalnya, prosedur dilakukan dengan memasukkan alat laparaskopi melalui rongga perut atau peritoneum (terdapat usus dan organ-organ lain), kemudian membuka ruangan belakang tempat ginjal berada," katanya.

"Sejak 2018 dikembangkan teknik baru, laparaskopi langsung ke lokasi ginjal (retroperitoneal), hal ini membutuhkan keterampilan yang lebih baik dari operator, namun memberikan keuntungan yaitu komplikasi yang lebih rendah bagi pendonor," Nur menambahkan.

Di RS Siloam ASRI, operasi pengangkatan ginjal donor dilakukan 100 persen dengan laparoskopi. Awalnya melalui prosedur transperitoneal dengan keuntungan lapangan pandang operasi yang lebih luas, dan secara teknis lebih mudah dibandingkan retroperitoneal.

Pengembangan laparaskopi donor nefrektomi melalui retroperitoneal dimulai dengan membuat ruangan baru di area ginjal, yang bisa memberikan akses langsung ke pembuluh darah ginjal tanpa melalui rongga perut dan memindahkan usus besar sehingga menurunkan risiko komplikasi.

 


Teknik Laparoskopi Retroperiteneal

Pada 2020 tim transplantasi di RS Siloam ASRI sudah mulai mengembangkan teknik laparoskopi retroperiteneal.

Sampai saat ini, kata Nur, RS Siloam ASRI telah melakukan operasi laparaskopi donor transperitoneal sebanyak 78 pasien dengan satu komplikasi, dan retroperitoneal sebanyak 137 pasien tanpa adanya komplikasi.

"Dalam proses operasi transplantasi ginjal pada resipien (penerima), secara fundamental yang harus dikuasai operator adalah penyambungan pembuluh darah (anastomosis vaskuler) dari donor ke resipien," katanya.

Pada pemeriksaan CT angiografi untuk melihat pembuluh darah ginjal donor, seringkali ditemukan calon donor yang memiliki pembuluh darah arteri ginjal lebih dari satu atau yang disebut dengan multiple renal artery (MRA).


Pengembangan Kemampuan Operasi

Pada awal pengembangan transplantasi, calon donor seperti ini tidak ideal, sehingga kadang diminta mencari donor lain.

Namun, dengan pengembangan kemampuan operasi (microsurgery) dari tim resipien RS Siloam ASRI yang mampu menyatukan beberapa pembuluh darah menjadi satu bagian, hal ini memberikan kesempatan lebih besar pada ketersediaan donor dan memberikan keberhasilan yang sama baiknya dengan donor yang pembuluh darah arteri tunggal.

Prosedur persiapan transplantasi yang mulus atau seamless memerlukan adanya kerja sama yang baik antara koordinator transplan, tim advokasi (melaksanakan tugas KTN) yang baik.

Tentu tidak ketinggalan dokter spesialis nefrologi yang memastikan tingkat kecocokan organ donor dan resipien, dokter spesialis radiologi yang dapat menampilkan pembuluh darah donor dan resipien dengan baik, serta seluruh tim dokter spesialis yang memastikan toleransi operasi pasien cukup untuk melaksanakan transplantasi.

"Pada pelaksanaannya, dilakukan anestesi oleh tim anestesi yang berpengalaman dalam transplantasi organ di samping kesiapan tim bedah urologi untuk donor dengan laparaskopi dan untuk resipien dengan teknik bedah mikro sehingga menurunkan morbiditas dan meningkatkan keberhasilan transplantasi ginjal di RS Siloam ASRI hingga saat ini," dia menambahkan.

Infografis BPOM Pidanakan Produsen Farmasi Biang Kerok Gagal Ginjal Akut
Infografis BPOM Pidanakan Produsen Farmasi Biang Kerok Gagal Ginjal Akut (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya