Liputan6.com, Jakarta Indonesia tengah berupaya mengatasi stunting yang erat kaitannya dengan persoalan gizi. Macam-macam upaya pun dilakukan hingga beredar informasi soal manfaat daun kelor untuk mencegah stunting.
Namun, benarkah daun kelor punya kekuatan untuk mencegah stunting? Jika iya, seberapa banyak yang harus dikonsumsi?
Advertisement
Baca Juga
Ketua Satuan Tugas (Satgas) Stunting Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Prof Dr Damayanti Rusli Sjarif, SpA(K) mengungkapkan bahwa 100 gram daun kelor mengandung 92 kalori dengan protein sebanyak 6,7 gram.
Advertisement
"Kalau kita lihat (daun kelor) protein energy ratio-nya tinggi. Tetapi kuantitasnya hanya 5,5 sampai 28 persen dari kecukupan," ujar dokter yang akrab disapa Yanti dalam seminar media bersama IDAI bertema Peranan Protein Hewani dalam Mencegah Stunting di Indonesia ditulis Rabu, (25/1/2023).
"Artinya kalau 100 gram saja dia hanya mengandung 5,5 persen yang paling rendah, untuk supaya sampai 100 persen harus dikali 20. Masa si bayi harus makan dua kilo daun kelor. Bisa Anda bayangkan, kambing kalah deh," tambahnya.
Sehingga singkatnya, daun kelor mungkin punya kandungan protein yang cukup. Namun keliru jika digunakan hanya untuk mencegah stunting.
Hal tersebut lantaran jumlah daun kelor yang dikonsumsi harus sangat banyak, yang mana tidak mungkin bayi bisa mengonsumsi daun kelor dengan jumlah itu.
Terlebih menurut Yanti, kualitas protein nabati dari daun kelor juga terbatas. Serta, daun kelor memiliki antinutrient, dimana bisa menghambat penyerapan zat besi maupun seng.
Bagaimana Jika Dibandingkan dengan Telur?
Lebih lanjut Yanti mengungkapkan bahwa sebenarnya jika daun kelor dibandingkan dengan telur, maka terlihat jelas lebih tinggi manfaat dari telur.
Hal tersebut lantaran telur merupakan protein hewani yang mana punya peran penting untuk pemenuhan asupan gizi anak.
"Kalau dibandingkan dengan telur, maka dia (daun kelor) ini hanya asam amino esensial indeksnya hanya 70. Sedangkan kalau telur 100 persen," kata Yanti.
"Jadi ini adalah kenyataannya ya bahwa daun kelor tidak bisa dipakai untuk mencegah stunting. Boleh dimakan? Boleh saja, tapi enggak usah dibilang untuk mencegah stunting," tegasnya.
Yanti menjelaskan, protein hewani sendiri menjadi salah satu asupan gizi terpenting untuk cegah stunting. Apalagi telur menjadi salah satu sumber protein hewani yang paling mudah ditemui.
"Ini berdasarkan beberapa penelitian nih. Di Ekuador dikasih telur anak umur 6-9 bulan selama enam bulan, satu butir itu bisa menurunkan stunting 47 persen, underweight 74 persen," ujar Yanti.
Advertisement
Pemenuhan Asupan Gizi Anak Sesuai Usia
Yanti menjelaskan, pada saat usia anak 6-8 bulan, 70 persen sumber energi masih dari ASI. Sedangkan sumber energi dari MPASI hanyalah 30 persen, maka melengkapinya bisa dengan satu butir telur ayam.
"Jadi kasih satu butir telur ayam masih bisa ini usia 6-8 bulan sehari ya. Kalau 9-11 bulan, dia butuh 7,5 gram (protein hewani), jadi bisa dikasih telur ayam sama setengah hati ayam," kata Yanti.
"Dalam 12-24 bulan, dia (kebutuhan energi) dari ASI-nya cuma tinggal 30 persen, sisanya harus dilengkapi protein dari MPASI. Termasuk proteinnya 14 gram, jadi bisa dengan satu butir telur, 30 gram ikan kembung, tambah susu UHT misalnya."
Sedangkan pada anak usia di atas dua tahun, yang mana kebutuhan proteinnya sebanyak 25 gram bisa diberikan dua butir telur ayam, satu hati ayam atau 30 gram daging merah, ditambah dengan dua susu UHT 125 ml atau 30 gram teri nasi.
Pentingnya Protein Hewani untuk Cegah Stunting
Dalam kesempatan yang sama, Yanti turut menjelaskan soal pentingnya konsumsi protein hewani untuk mencegah stunting.
Hal ini lantaran protein hewani menjadi sumber asam amino esensial yang tinggi. Hal itulah yang menjawab pertanyaan soal pentingnya protein hewani dalam mencegah stunting.
"Sumber asam amino esensial ini kalau kita lihat itu adalah di protein hewani. Kita lihat dari kedelai, kacang-kacangan, semua rendah. Yang tinggi itu justru ada di protein hewani yang berasal dari susu, telur, ikan, ayam, dan sebagainya," ujar Yanti.
Bahkan Yanti menjelaskan, penelitian menunjukkan jikalau seorang anak mengonsumsi protein hewani lebih dari satu jenis dalam satu hari, maka risiko untuk stunting ikut mengalami penurunan.
"Kalau tiga jenis (berbeda) protein hewaninya, itu menjadi kurang 6,1 persen. Ini juga dibuktikan bahwa ada 49 negara yang angka stuntingnya tinggi, semua itu terkait dengan rendahnya kandungan protein hewani dalam mpasi-nya," kata Yanti.
Advertisement