2 Remaja di Turi Sleman Bunuh Diri, Kriminolog Jelaskan Faktor Penyebab Internal dan Eksternal

Kasus bunuh diri kembali terjadi di Turi, Sleman. Seorang remaja usia 19, NP, mengakhiri hidupnya pada Selasa, 14 Februari 2023.

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 17 Feb 2023, 21:00 WIB
Diterbitkan 17 Feb 2023, 21:00 WIB
Ilustrasi berkabung
Ilustrasi berkabung. Foto: Freepik.

Liputan6.com, Jakarta Kasus bunuh diri terjadi di Turi, Sleman. Seorang remaja usia 19, NP, mengakhiri hidupnya pada Selasa, 14 Februari 2023.

Siswa sekolah menengah kejuruan (SMK) itu ditemukan gantung diri setelah sebelumnya mengunggah story di WhatsApp dengan pesan “See you man teman” lengkap dengan foto tambang biru menggantung di langit-langit kamarnya.

Sebelumnya, kasus bunuh diri juga terjadi di Kelurahan Bangunkerto Turi pada 27 Januari 2023. Korban kasus pertama juga sama-sama remaja setingkat SMK.

Terkait kasus ini, kriminolog Haniva Hasna memberi tanggapan. Menurut perempuan yang juga pemerhati anak dan keluarga ini, usia muda rentan dengan masalah mental. Misalnya kecemasan, depresi, gangguan bipolar, atau punya masalah insomnia.

Bisa pula ada masalah keluarga seperti perpisahan orangtua, korban perundungan (bullying), dan napza sehingga mereka memiliki risiko lebih tinggi untuk memiliki pikiran bunuh diri.

Namun, secara umum ada faktor internal dan eksternal yang menjadi sebab seseorang melakukan bunuh diri.

Faktor internal yang pertama karena gangguan psikologis, artinya bunuh diri merupakan pilihan sadar manusia. Korban bertindak secara sadar untuk mengakhiri hidupnya.

Kedua, bunuh diri secara obsesif. Ini merupakan bunuh diri yang tidak disebabkan oleh motif tertentu, tidak ada tujuan tertentu, atau bayangan tertentu. Korban hanya merasa terobsesi dan memiliki perasaan yang menghendaki untuk membunuh dirinya sendiri.

“Padahal ia tahu tidak apa motif ataupun alasan yang mendasarinya untuk melakukan tindakan bunuh diri itu,” kata kriminolog yang karib disapa Iva kepada Health Liputan6.com, Jumat (17/2/2023).

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Faktor Internal Berikutnya

Ketiga halusinasi, korban melakukan bunuh diri untuk menghilangkan bayangan yang dianggap membahayakannya atau menuruti panggilan misterius dari suatu yang abstrak.

Korban menganggap hanya dengan bunuh diri dapat terlepas dari segala halusinasi dan ilusi yang menghantuinya.

Keempat, depresi dan kesedihan yang mendalam. Ini merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya bunuh diri. Tindakan mengakhiri hidup dalam tingkat ini disebut dengan bunuh diri melankolis. Korban menganggap dirinya memiliki kehidupan yang sangat gelap, membosankan, dan hanya dipenuhi oleh penderitaan.

Kelima Tindakan impulsif saat pikiran negatif datang dan menguasai pikiran. Ini dapat memicu korban untuk melakukan tindakan-tindakan di luar akal sehat manusia.

Keenam, sakit menahun sehingga membuat putus asa.


Faktor Eksternal

Sedangkan, faktor eksternal penyebab bunuh di antaranya pengalaman hidup negatif, faktor keluarga, faktor sosial dan lingkungan (pengaruh media dan alkohol), faktor budaya, dan faktor ekonomi.

Remaja melakukan bunuh diri biasanya karena merasa mentok atau menghadapi jalan buntu atas segala persoalan yang dihadapi. Bisa karena masalah sekolah, kesehatan, percintaan, pertemanan, perundungan dan lain-lain.

Tindakan bunuh diri merupakan bentuk sikap penolakan terhadap masalah. Sehingga korban memilih untuk menarik diri atas segala persoalan yang dihadapi dengan cara memutus tali penderitaan dengan gantung diri.

“Banyak sekali remaja yang terjebak dalam masalah hidup tidak terampil mencari solusi sehingga menyebabkan depresi akibat stres dan kecemasan berkepanjangan, akhirnya mengambil pilihan yang paling singkat.”


Pencegahan Depresi

Pencegahan depresi dapat dilakukan dengan pengelolaan stres. Pengelolaan stres masing-masing individu berbeda.

Ada yang mengelola stres dengan melakukan kegiatan yang disukai seperti hobi, melakukan kegiatan refreshing, mendekatkan diri dalam konteks spiritual keagamaan. Bisa pula bercerita kepada orang lain untuk mengurangi beban stres. Baik kepada orangtua, teman, maupun profesional.

“Pentingnya kesadaran diri para remaja agar dapat mengelola pikiran, perasaan, dan perilakunya saat menghadapi tantangan dan permasalahan sangat diperlukan dalam perkembangan usia tersebut sehingga bisa menyelesaikan masalahnya dengan cara yang tepat,” tutup Iva.

 

KONTAK BANTUAN

Bunuh diri bukan jawaban apalagi solusi dari semua permasalahan hidup yang seringkali menghimpit. Bila Anda, teman, saudara, atau keluarga yang Anda kenal sedang mengalami masa sulit, dilanda depresi dan merasakan dorongan untuk bunuh diri, sangat disarankan menghubungi dokter kesehatan jiwa di fasilitas kesehatan (Puskesmas atau Rumah Sakit) terdekat.

Bisa juga mengunduh aplikasi Sahabatku: https://play.google.com/store/apps/details?id=com.tldigital.sahabatku

Atau hubungi Call Center 24 jam Halo Kemenkes 1500-567 yang melayani berbagai pengaduan, permintaan, dan saran masyarakat.

Anda juga bisa mengirim pesan singkat ke 081281562620, faksimili (021) 5223002, 52921669, dan alamat surat elektronik (surel) kontak@kemkes.go.id.

Fenomena Bunuh Diri di Gunungkidul
Infografis mengenai kenali faktor-faktor risiko bunuh diri
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya