Liputan6.com, Jakarta - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) kembali merilis data sebaran COVID-19 per 23 Januari hingga 19 Februari 2023.
Menurut laporan COVID-19 Weekly Epidemiological Update Edition 131 yang dipublikasikan pada 22 Februari 2023, ada tiga negara yang menyumbang kasus baru terbanyak di Asia Tenggara. Ketiga negara itu adalah Indonesia, India, dan Thailand dengan rincian sebagai berikut:
Baca Juga
- Indonesia melaporkan 6.150 kasus baru atau 2,2 kasus baru per 100.000 penduduk, turun 49 persen
- India 2.996 kasus baru atau kurang dari satu kasus baru per 100.000 ribu penduduk, turun 38 persen
- Thailand 1.319 kasus baru atau 1,9 kasus baru per 100.000 penduduk, berkurang 72 persen dibanding dua pekan sebelumnya.
Khusus di Wilayah Asia Tenggara ada lebih dari 11.000 kasus baru atau turun 51 persen dibandingkan dengan periode 28 hari sebelumnya.
Advertisement
Tidak ada negara yang melaporkan peningkatan kasus baru sebesar 20 persen atau lebih.
Sedangkan, jumlah kematian baru di wilayah tersebut menurun sebesar 62 persen dibandingkan periode 28 hari sebelumnya, dengan 206 kematian baru dilaporkan.
Jumlah tertinggi kematian baru dilaporkan dari:
- Indonesia dengan 105 kasus kematian baru atau kurang dari satu kematian baru per 100.000 penduduk, turun 57 persen
- Thailand 66 kematian baru atau kurang dari satu kematian baru per 100.000 penduduk turun 73 persen
- India 27 kematian baru atau kurang dari satu kasus kematian baru per 100.000 penduduk turun 33 persen.
Tak Masuk Daftar COVID-19 Terbanyak Dunia
Meski menjadi negara dengan penambahan kasus tertinggi di Asia Tenggara, tapi Indonesia, India, dan Thailand tidak masuk dalam daftar negara dengan tambahan kasus terbanyak secara global.
Di tingkat negara, jumlah kasus baru tertinggi selama 28 hari terakhir dilaporkan dari negara-negara berikut:
- Amerika Serikat melaporkan 1.113.288 kasus baru atau turun 31 persen
- Jepang 1.095.815 kasus baru atau turun 71 persen dibanding dua minggu sebelumnya
- China 635.433 kasus baru atau turun 98 persen
- Republik Korea kasus barunya sebanyak 430.042 atau turun 68 persen
- Jerman 329.229 kasus baru atau turun 25 persen.
Sedangkan, angka kematian baru tertinggi tercatat di negara:
- Amerika Serikat dengan 13.517 kematian baru atau bertambah 1 persen
- China 9.945 kematian baru atau turun 86 persen dibanding dua minggu sebelumnya
- Jepang melaporkan 6.536 kematian baru atau turun 33 persen
- Australia 2.179 kematian baru atau bertambah 107 persen
- Inggris 2.063 kematian baru atau turun 52 persen.
Advertisement
Asia Tenggara di Tingkat Regional
Asia Tenggara sendiri termasuk dalam deretan wilayah yang mengalami penurunan kasus di tingkat regional. Rincian penurunan kasus di enam wilayah WHO yakni:
- Wilayah Pasifik Barat mengalami penurunan kasus 94 persen dibanding 28 hari sebelumnya
- Wilayah Asia Tenggara turun 51 persen
- Wilayah Amerika kasusnya turun 43 persen
- Wilayah Afrika penurunannya 34 persen
- Wilayah Eropa kasus barunya turun 33 persen
- Wilayah Mediterania Timur penurunan kasus barunya 26 persen.
Data juga menunjukkan jumlah kematian baru yang mengalami penurunan di lima wilayah sebagai berikut:
- Wilayah Pasifik Barat kasus kematiannya turun 77 persen dibanding dua minggu sebelumnya
- Wilayah Asia Tenggara mengalami penurunan 62 persen
- Wilayah Afrika kasus meninggalnya turun 52 persen
- Wilayah Eropa turun 50 persen
- Wilayah Amerika turun 14 persen.
Sedangkan di Wilayah Mediterania Timur, kasus kematiannya meningkat 18 persen.
Secara Global
Laporan juga menunjukkan, secara global, ada hampir 5,3 juta kasus baru dan lebih dari 48.000 kasus kematian dalam dua minggu terakhir. Terhitung sejak 23 Januari hingga 19 Februari 2023.
Dengan begitu, kasus positif turun 89 persen dan kasus kematian turun 62 persen dibandingkan 28 hari sebelumnya.
Per 19 Februari 2023, lebih dari 757 juta kasus terkonfirmasi dan lebih dari 6,8 juta kematian telah dilaporkan secara global.
Tren kasus COVID-19 yang dilaporkan saat ini tidak 100 persen sama dengan jumlah sebenarnya dari infeksi global dan infeksi ulang.
"Oleh sebab itu, data harus ditafsirkan dengan hati-hati mengingat beberapa negara secara bertahap mengubah strategi pengujian COVID-19. Ini membuat jumlah tes yang dilakukan menjadi lebih rendah. Akibatnya, jumlah kasus yang terdeteksi pun lebih rendah," kata laporan tersebut.
Selain itu, data dari minggu-minggu sebelumnya terus diperbarui untuk memperbaiki data yang ada terkait kasus baru dan kematian dari berbagai negara.
Advertisement