Liputan6.com, Jakarta Orang yang mengidap penyakit maag dan Gastroesophageal Reflux Disease (GERD) masih bisa menjalankan puasa Ramadhan dengan nyaman. Dengan catatan, menghindari kebiasaan dan makanan tertentu.
Salah satunya kebiasaan mengobrol saat makan. Menurut dokter spesialis penyakit dalam Eka Hospital BSD Dedy Sudrajat, ngobrol saat makan bisa memicu sakit maag.
Baca Juga
“Makan yang terlalu cepat apalagi sambil berbicara menyebabkan banyak udara masuk ke saluran cerna dan memicu sakit maag,” kata Dedy dalam keterangan pers yang diterima Health Liputan6.com, Jumat (24/3/2023).
Advertisement
Hindari Makanan Asam, Pedas, dan Bersantan ketika Buka Puasa
Dedy juga mengimbau pengidap maag dan GERD untuk menghindari konsumsi makanan yang mengandung asam, pedas, serta bersantan.
“Hindari makanan mengandung asam, pedas, serta bersantan karena akan merangsang asam lambung keluar lebih banyak.”
“Selain itu, kurangi juga makan makanan yang banyak mengandung gas seperti kubis atau kol, sawi, dan nangka. Serta hindari pula minuman berkafein seperti kopi, teh, dan minuman bersoda,” tambahnya.
Awali Buka Puasa dengan Makan Ringan
Alih-alih konsumsi makanan bersantan, Dedy mengimbau pengidap maag dan GERD untuk mengawali buka puasa dengan menyantap makanan ringan.
Menurut Dedy, tidak makan dan minum selama satu hari membuat perut lapar dan kosong. Ini membuat sebagian orang tak sabar untuk langsung makan besar sebagai “balas dendam” tapi itu merupakan tindakan yang salah.
“Lambung memerlukan penyesuaian terlebih dahulu secara perlahan sehingga tidak kaget. Maka dari itu saat buka puasa, awali dengan konsumsi makanan ringan, setelah itu lanjutkan dengan makan besar. Setelahnya, cukup konsumsi camilan ringan dan sehat seperti pisang atau biskuit,” katanya.
Setop Bikin Lambung Bekerja Keras
Selain dimulai dengan makanan ringan yang dimakan perlahan, jumlah konsumsi makanan pun tak boleh berlebihan. Baik ketika sahur maupun saat berbuka.
“Makanlah secara perlahan dan secukupnya, karena makan makanan dalam jumlah banyak dan berlebih dalam satu waktu dapat membuat lambung bekerja keras,” kata Dedy.
Hindari Tidur usai Makan
Setelah makan sahur, sebagian orang biasanya kembali tidur. Kebiasaan ini dinilai keliru.
“Setelah makan sebaiknya tidak langsung tidur, hal ini akan membuat tekanan dalam lambung meningkat, sehingga makanan dan cairan lambung bisa naik ke kerongkongan. Disarankan jika ingin tidur, 1-2 jam setelah makan sahur atau buka puasa.”
“Jika terpaksa harus tidur setelah makan, maka posisi tidur sebaiknya dalam posisi setengah duduk sehingga mengurangi kemungkinan refluks asam lambung,” ujar Dedy.
Advertisement
Kendalikan Emosi dan Perhatikan Perubahan Jadwal Minum Obat
Lebih lanjut, Dedy mengatakan bahwa pengendalian emosi dapat menurunkan tingkat stres dengan cara yang positif dan baik seperti istirahat sejenak jika lelah serta lakukan teknik relaksasi ataupun latihan pernapasan.
Bagi yang memiliki gangguan kesehatan maag atau GERD yang akut tentunya akan mengubah waktu dalam konsumsi obat-obatan. Hal ini bisa disiasati agar tidak kambuh dengan mengonsumsi obat pereda maag mendekati waktu imsak, sesaat setelah berbuka puasa, serta sebelum tidur.
“Dengan mengkonsumsi obat secara rutin dan memperhatikan segala makanan yang dikonsumsi beserta polanya, diharapkan puasa yang dilakukan dapat berjalan dengan lancar.”
“Jangan lupa selalu berkonsultasi dengan dokter spesialis penyakit dalam guna mendapatkan pemeriksaan medis yang tepat,” pungkas Dedy.
Terkait GERD dan Maag
Sebelumnya, Dedy menjelaskan GERD adalah kondisi ketika asam lambung naik dari perut menuju kerongkongan (refluks asam).
Sedangkan, penyakit maag dalam dunia kedokteran disebut sebagai dyspepsia atau gastritis, yakni penyakit akibat peradangan di dinding lambung.
“Kondisi ini biasanya ditandai nyeri pada ulu hati. Dua gangguan kesehatan ini tentu akan mengganggu bagi orang yang akan menjalankan ibadah puasa, karena berkaitan dengan sistem cerna dan pengaturan jadwal makan yang berubah,” jelas Dedy.
Advertisement