Persiapan Arus Balik, Dokter Sebut si Tukang Ngorok Enggak Boleh Nyetir

Dokter yang mendalami kesehatan tidur Andreas Prasadja mengungkapkan siapa saja orang yang sebaiknya tidak menyetir. Salah satunya ternyata pendengkur atau kerap ngorok saat tidur. Penting dicatat nih bagi yang siap-siap mau kembali ke perantauan.

oleh Diviya Agatha diperbarui 23 Apr 2023, 16:00 WIB
Diterbitkan 23 Apr 2023, 16:00 WIB
Dokter Jelaskan Siapa Saja yang Tidak Boleh Berkendara, Salah Satunya adalah Pendengkur.
Dokter Jelaskan Siapa Saja yang Tidak Boleh Menyetir, Salah Satunya adalah Pendengkur. (Sumber: TikTok/drprasadja)

Liputan6.com, Jakarta Usai melewati Lebaran Idul Fitri hari kedua, beberapa orang sudah bersiap-siap meninggalkan kampung halaman. Tak sedikit yang menempuh jalur darat dan berkendara menggunakan mobil maupun motor.

Dokter yang mendalami kesehatan tidur dari Snoring & Sleep Disorder Clinic Jakarta, Andreas Prasadja pun mengungkapkan ada beberapa orang yang tidak disarankan untuk menyetir. Salah satunya ternyata pendengkur.

"Pendengkur tidak boleh berkendara. Jadi ada aturannya tuh di negara-negara lain, di negara-negara maju dimana kalau ada pendengkur datang ke klinik gangguan tidur, ke sleep disorder clinic, ke sleep lab SIM-nya mesti ditahan dulu sampai dinyatakan sehat kembali," ujar Prasadja mengutip video yang diunggah olehnya melalui akun TikTok @drprasadja, Minggu (23/4/2023)

Prasadja menjelaskan, penyebabnya berkaitan dengan risiko kecelakaan yang ternyata jauh lebih tinggi pada pendengkur. Setidaknya, pendengkur punya risiko 15 kali lipat lebih tinggi untuk mengalami kecelakaan dibanding yang tidak.  

Pendengkur Punya Risiko Tercekik dan Sesak

Lebih lanjut Prasadja mengungkapkan bahwa pada pendengkur dengan kategori yang parah, ada risiko untuk tercekik dan mengalami sesak saat menarik napas.

"Ketika tercekik sesak kan, karena sesak, bangun. Ini yang parah seperti itu, yang tidak parah, tidak terdeteksi juga banyak. Tapi, prinsipnya, berhenti-berhenti itu napas. Oksigennya turun naik, turun naik," kata Prasadja.

"Nah, pada gelombang otak apa yang terjadi? Micro arousal. Proses tidurnya terpotong-potong, karena sesak bangun tidur lagi, bangun tidur lagi tanpa terjaga," sambungnya.

Pendengkur Berisiko Alami Hipersomnia

Pemudik Manfaatkan Kemacetan di Tol MBZ untuk Beristirahat Sejenak
Pendengkur berisiko alami hipersomnia saat berkendara. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Prasadja yang aktif memberikan konten edukasi di TikTok turut mengungkapkan bahwa itulah sebabnya mengapa pendengkur tidak disarankan untuk berkendara. Mengingat tidur yang dialami sehari-hari terpotong dan tidak terjaga dengan baik saat malam hari.

"Ini sebabnya. Bangun enggak segar, siang ngantukan. Kita sebut sebagai hipersomnia atau kantuk yang berlebihan," ujar Prasadja.

Lantas, apa yang harus dilakukan? Menurut Prasadja, penting bagi para orang yang sering mendengkur untuk lebih dulu melakukan pengobatan. Jika memang nanti sudah dinyatakan sembuh, maka pasien bisa kembali berkendara.

"Nah, pendengkur tidak boleh berkendara. Jadi gimana? Ya dirawat dulu sampai sembuh," kata Prasadja.

Berkendara Saat Ngantuk Sama Seperti Mabuk

Berkendara saat ngantuk sama berbahayanya seperti mabuk
Berkendara saat ngantuk sama berbahayanya seperti mabuk. (Sumber: TikTok/drprasadja)

Dalam kesempatan berbeda, Prasadja mengungkapkan bahwa berkendara saat sedang mengantuk sebenarnya sama berbahayanya dengan mengendara saat mabuk. Pasalnya, bukan hanya dapat menyebabkan micro sleep.

"Berkendara dalam kondisi mengantuk itu sama bahayanya dengan dalam kondisi mabuk. Bukan takut microsleep ketiduran, bukan itu saja. Ngantuknya saja sudah bahaya. Konsentrasi, kewaspadaannya, respons refleknya sudah buruk. Jadi karena itu, istirahat dulu," ujar Prasadja.

Menurut Prasadja, penting untuk menabung tidur. Artinya, lengkapi tidur malam dengan durasi tujuh sampai delapan jam setiap harinya.

"Sebisa mungkin cukup tidur. Sebelum berangkat mudik, paling enggak enam jam tidur ya, minimum. Kemudian dua tiga jam sekali, istirahat. Berkendaralah di waktu yang biasanya Anda terjaga, jangan di waktu tidur. Kalau biasanya tidur malam, jangan berkendara di malam hari, di siang hari dong," kata Prasadja.

Manfaatkan Rest Area untuk Istirahat Waktu Mudik

FOTO: Antrean Kendaraan Masuki Rest Area Tol Cikopo - Palimanan Sebabkan Kemacetan
Rest area bisa dimanfaatkan untuk istirahat waktu mudik. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Prasadja menjelaskan, penting untuk memanfaatkan rest area sewaktu perjalanan panjang. Dirinya pun memberi tips untuk minum kopi lebih dulu sebelum tidur. Dengan begitu, Anda bisa dapat dua manfaat dari kopi maupun tidur.

"Namanya nap a latte, apa tuh? Masuk ke rest area, ngopi dulu. Habis ngopi, istirahat deh, tidur siang. 15 menit setengah jam. Anda akan mendapatkan semua manfaat tidur. Semangat lagi, fresh lagi, konsentrasi lagi, refleksnya bagus lagi," ujar Prasadja.

"Kemudian dalam 30 menit, kafeinnya kick in, mulai bekerja. Jadi Anda mendapatkan manfaat kopinya, mendapatkan manfaat tidurnya," pungkasnya.

Infografis Prediksi Pergerakan 123 Juta Orang Saat Musim Mudik Lebaran 2023. (Liputan6.com/Trieyasni)
Infografis Prediksi Pergerakan 123 Juta Orang Saat Musim Mudik Lebaran 2023. (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya