Mushola di Batam Manfaatkan Limbah Sampah Plastik sebagai Bahan Bangunan

Indonesian Plastic Recyclers (IPR) bersama Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Batam membangun mushola dengan seratus persen bahan bangunan limbah sampah plastik.

oleh Tiara Laninda diperbarui 28 Jun 2023, 19:00 WIB
Diterbitkan 28 Jun 2023, 19:00 WIB
Mushola dari Plastik
Mushola dengan bahan bangunan plastik daur ulang di Batam, Kepulauan Riau. (Sumber: Instagram @dlhkotabatam)

Liputan6.com, Jakarta - Guna menaikkan nilai sampah plastik low value, Indonesian Plastic Recyclers (IPR) bersama Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Batam membangun mushola dengan seratus persen bahan bangunan limbah sampah plastik.

Menurut Vice Chairwoman IPR, Amelia Maran, bahan bangunan mushola plastik tersebut diambil 100 persen dari sampah di tempat pembuangan akhir (TPA) daerah itu sendiri.

“Kita bangun mushola di Batam, tepatnya di TPA Punggur. Ini 100 persen dari sampah plastik dari tempat pembuangan akhir itu sendiri. Kita pakai sampah plastiknya sumbernya dan kita jadiin mushola. Jadi nggak perlu pakai kayu lagi karena sudah memanfaatkan daur ulang,” kata Amel pada Diskusi Media: Kontribusi Industri Daur Ulang terhadap Plastik Low-Value di Indonesia di kawasan Semanggi, Jakarta Selatan pada Senin (26/06/2023).

Amel mengonfirmasi bahwa mushola akan diresmikan pada bulan Juli 2023 mendatang.

“Ini dibangun di TPA-nya dan diresmikan kurang lebih bulan Juli ini oleh bupati,” jelasnya.

Amel bercerita bahwa saat ini banyak organisasi non-profit yang menganggap bahwa industri daur ulang hanya mengambil sampah plastik yang menguntungkan atau valuable saja. Sementara, sampah plastik low value sama sekali tidak diambil, bahkan dibakar.

Membantah hal tersebut, Amel menceritakan tentang mesin pembuat papan plastik yang menggunakan sampah plastik low value sebagai bahan dasarnya.

“Selama pandemi kami membuat mesin, dimana semua plastik yang saat itu tidak laku kami campur dan dibuat sejenis papan. Dari papan itu, kita bisa buat apa saja,” kata Amel.

Proses Pembuatan Papan

Proses Pembuatan Papan Plastik untuk Mushola di Batam
Proses Pembuatan Papan Plastik untuk Mushola di Batam, Kepulauan Riau. (Sumber: Instagram @dlhkotabatam)

Salah satu pekerja, Ahmad Afandi, mengungkap bahwa pembangunan mushola itu memakan waktu kurang lebih dua bulan. 

Luas bangunan mushola adalah 6 meter x 3 meter. Hampir seluruh bagian dari mushola tersebut menggunakan limbah plastik, kecuali atapnya menggunakan seng.

Menurut Ahmad, sebelum menjadi papan, limbah plastik dilelehkan terlebih dahulu menggunakan suhu panas 400 derajat celcius, seperti melansir Antara.

Limbah plastik yang sudah meleleh kemudian dimasukkan ke alat pencetak berbentuk papan dan balok, lalu dicelupkan ke dalam bak berisi air agar plastik yang meleleh segera mengeras.

Untuk mendapatkan satu papan dengan panjang dua meter, lebar 20 cm, dengan ketebalan 4 cm katanya, membutuhkan waktu 30 menit hingga akhirnya bisa digunakan.

“Untuk membuat satu balok juga sama dengan papan, butuh waktunya 30 menit juga,” katanya.

Terobosan yang Harus Digenjot

Mushola dari Sampah Plastik Daur Ulang di Batam
Mushola dengan bahan bangunan sampah plastik daur ulang di Batam, Kepulauan Riau. (Sumber: Instagram @dlhkotabatam)

Ahmad mengaku senang dengan pemanfaatan sampah daur ulang ini. Menurutnya membuat, bangunan dari limbah sampah plastik ini merupakan terobosan yang harus terus digenjot.

Dengan begitu, sampah-sampah plastik yang ada di daerah tersebut tidak akan menumpuk lagi.

“Kalau bisa semua bangunan di Batam ini pakai ini (papan dari limbah plastik), jadi tidak banyak lagi sampah-sampah yang menumpuk. Hasilnya juga menurut saya sangat kokoh,” kata Ahmad.

Solusi Jangka Panjang

Proses Pembuatan Papan Plastik untuk Mushola di Batam
Proses Pembuatan Papan Plastik untuk Mushola di Batam, Kepulauan Riau. (Sumber: Instagram @dlhkotabatam)

Menurut Amel, IPR ingin memanfaatkan sampah plastik low value menjadi solusi jangka panjang.

“Kami benar-benar ingin bermanfaatkan sampah plastik low value ini menjadi satu potensi yang dimana akan menjadi solusi jangka panjang, bukan jangka pendek,” tutur Amel.

Amel menjelaskan bahwa saat ini IPR mulai mengumpulkan sampah-sampah plastik low value untuk dijadikan bahan baku baru.

“Kami sudah mulai mengumpulkan sampah-sampah plastik low value, terutama dari sampah-sampah sisa makanan yang masih banyak orang yang tidak melirik, seperti sampah ciki dan bungkus mie, bungkus-bungkus multilayer seperti itu. Ini saya jadikan bahan baku baru,” lanjutnya.

Infografis Journal_ Sisa Makanan Jadi Sampah Dominan di Indonesia
Infografis Journal_ Sisa Makanan Jadi Sampah Dominan di Indonesia (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya