Kasus Antraks di Gunungkidul Jadi 3 Orang Meninggal Dunia, 93 Lainnya Positif

Kasus antraks di Gunungkidul bertambah menjadi 3 orang meninggal dunia dengan 93 orang lainnya positif.

oleh Fitri Haryanti Harsono diperbarui 05 Jul 2023, 14:00 WIB
Diterbitkan 05 Jul 2023, 14:00 WIB
ilustrasi sakit/unsplash
ilustrasi kasus antraks di Gunungkidul bertambah menjadi 3 orang meninggal dunia dengan 93 orang lainnya positif. /unsplash

Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI mencatat kasus antraks di Gunungkidul, DI Yogyakarta bertambah menjadi tiga orang meninggal dunia. Sebelumnya, dilaporkan dua suspek kasus antraksi di Kecamatan Semanu, Gunungkidul meninggal usai makan daging dari ternak sapi yang mati.

Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kemenkes RI Siti Nadia Tarmizi mengungkapkan, tiga orang yang meninggal karena antraks sama-sama berdomisili di Kecamatan Semanu. Sementara kasus lain terdapat di Karangmojo, namun tidak ada kasus yang meninggal di sana.

Laporan tiga kasus meninggal ini tidak disebutkan lebih rinci oleh Nadia, apakah ketiganya positif antraks atau tidak. Sebab, pada dua kasus sebelumnya masih tercatat sebagai suspek.

"Jadi kasus antraks yang baru muncul ini ada di Gunungkidul yang tersebar di dua kecamatan. Kecamatan Semanu dan kecamatan Karangmojo ya," ungkap Nadia di Media Center MPR/DPR/DPD RI, Komplek Parlemen, Senayan, Jakarta pada Selasa, 4 Juli 2023.

"Yang meninggal itu tiga orang di Kecamatan Semanu, yang Karangmojo tidak ada yang meninggal. Tapi ada yang dalam pemeriksaannya itu positif antraks di dalam tubuhnya."

Kasus Pertama di Tahun 2023

Lebih lanjut, Nadia mengatakan, laporan tiga kasus antraks di Gunungkidul merupakan kasus pertama di tahun 2023.

"Baru tiga orang yang meninggal. Ini baru kasus pertama antraks yang terjadi di tahun 2023 ya," katanya.

93 Orang Positif Antraks

Selain tiga kasus meninggal, Kemenkes juga melaporkan 93 warga lainnya di Gunungkidul positif antraks. Dari 93 orang tersebut, tidak semuanya dirawat di rumah sakit, melainkan ada yang sudah sembuh.

"93 yang seropositif. Tapi kita masih lakukan penyelidikan epidemik yang lebih lanjut. Ini baru laporan jumlah angkanya saja," imbuh Siti Nadia Tarmizi.

"Kemudian yang 93 orang ini ada yang tidak dirawat, ada yang sudah sembuh tapi diketahui positif."

Dua Suspek Meninggal

Pada kasus suspek pertama yang meninggal merupakan seorang lansia berusia 73 tahun. Ia mengeluhkan gejala mengalami demam, pusing, dan batuk pada 29 Mei 2023 dan sempat dirawat di rumah sakit setempat pada 1 Juni 2023.

Lansia tersebut dirujuk ke rumah sakit karena mengalami kaku leher bagian belakang. Kemudian tanggal 4 Juni 2023 meninggal dunia.

Kasus suspek kedua antraks di Gunungkidul merupakan lansia berusia 78 tahun. Pada awalnya, ia mengeluhkan mual dan badan membengkak.

Sebagaimana laporan yang diterima Kemenkes, lansia ini juga mengonsumsi daging sapi yang sama seperti pada kasus suspek berusia 73 tahun. Sayangnya, pada tanggal 29 Mei 2023 saat dirawat di rumah sakit setempat.

Namun, nyawanya tak tertolong. Ia mengembuskan napas terakhir pada tanggal 29 Mei 2023.

Penelusuran Antraks Masih Berlangsung

Tahapan gejala penderita demam berdarah
Ilustrasi masih dilakukan penelusuran kasus antraks di Gunungkidul. (pexels.com/@pavel-danilyuk)

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Gunungkidul Dewi Irawaty mengatakan, antraks terjadi di Padukuhan Jati, Kalurahan Candirejo, Kapanewon Semanu.

"Satu orang meninggal dunia pada 4 Juni 2023. Hasil diagnosa RS Sardjito dinyatakan positif antraks," katanya dalam keterangannya, Selasa (4/7/23).

Informasi itu kemudian ditindaklanjuti dengan menerjunkan Satgas One Health Kapanewon Semanu. Petugas melakukan investigasi dan menemukan fakta baru terkait dengan penyebaran penyakit yang dibawa oleh bakteri Bacillus anthracis.

"Dari 125 warga yang diperiksa, 85 di antaranya positif antraks," ujarnya.

Sebanyak 85 warga yang terpapar antraks kini dalam pantauan Satgas One Health. Rata-rata tidak bergejala antraks. Kemudian 18 orang bergejala dengan luka bengkak, diare dan mengalami pusing berada di rumah masing-masing.

"Tentu surveilans tidak berhenti. Hingga sekarang kami masih menelusuri, masih dilakukan penelusuran," jelasnya.

Konsumsi Ternak Sapi yang Mati

Terkait kronologi zoonosis menyebabkan hilangnya satu nyawa, berawal dari aktivitas warga di lokasi yang mengonsumsi hewan ternak sapi mati. Daging sapi itu dimasak dan dimakan.

"Korban meninggal dunia berusia 77 tahun, waktu itu ikut mengonsumsi daging yang diduga terpapar antraks," beber Dewi Irawaty.

Dinas Kesehatan Kabupaten Gunungkidul saat ini sedang fokus pada penanganan dan edukasi. Dewi berpesan ketika masyarakat mengonsumsi daging hendaknya memilih yang sehat.

"Kalau ada ternak mati atau sakit mendadak, kemudian disembelih itu sebaiknya tidak dikonsumsi. Ketika tidak mengonsumsi pasti tidak terkena penyakit itu," pesannya.

Infografis Gejala Covid-19 Omicron dan Cara Penanganan
Infografis Gejala Covid-19 Omicron dan Cara Penanganan (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya