Varian COVID EU.1.1 Muncul di Eropa, Kemenkes: WHO Belum Ada Warning

WHO belum ada warning terkait adanya varian COVID EU.1.1 yang baru-baru ini muncul di Eropa.

oleh Fitri Haryanti Harsono diperbarui 06 Jul 2023, 07:00 WIB
Diterbitkan 06 Jul 2023, 07:00 WIB
Asyiknya Warga Prancis Menikmati Cuaca Panas di Dekat Menara Eiffel
Ilustrasi WHO belum ada warning terkait adanya varian COVID EU.1.1 yang baru-baru ini muncul di Eropa. (AFP Photo/Gerard Julien)

Liputan6.com, Jakarta Varian COVID EU.1.1 yang merupakan subvarian dari 'anakan' Omicron XBB baru-baru ini muncul di Eropa. Temuan varian ini berhasil dilacak oleh Centers for Disease Control and Prevention (CDC) Amerika Serikat (AS) yang diumumkan pada Jumat (30/6/2023).

Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI Siti Nadia Tarmizi mengatakan, belum ada temuan varian virus Corona EU.1.1 di Indonesia. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) juga belum membuat suatu peringatan (warning) terkait virus tersebut.

"Pertama, Indonesia belum menemukannya (EU.1.1). Kedua, WHO belum membuat satu warning ya. Ini kan baru penemuan subvarian. Jadi dia masih kategori Variant Under Monitoring atau VUM," kata Nadia di Media Center MPR/DPR/DPD RI, Komplek Parlemen, Senayan, Jakarta pada Selasa, 4 Juli 2023.

Waspada dan Tidak Perlu Takut

Sebagai upaya antisipasi meski pandemi COVID-19 di Indonesia sudah berakhir, Pemerintah tetap meminta masyarakat untuk waspada. Kesadaran diri penting diterapkan dalam berbagai aktivitas.

"Walaupun pandemi sudah berakhir, Pemerintah kan terus melakukan edukasi untuk kita waspada. Tapi enggak perlu takut, tidak perlu cemas dalam melakukan berbagai aktivitas," lanjut Nadia.

"Kita masih mengatakan nih, pakai masker. Kalau sekarang yang pasca pandemi, perlindungan kepada diri kita itu menjadi tanggung jawab pribadi kita, bukan lagi sepenuhnya di driven oleh Pemerintah."

Anjuran Pakai Masker

Lebih lanjut, Siti Nadia Tarmizi menekankan, masyarakat tetap dianjurkan memakai masker, terutama saat sakit. Apabila sehat, boleh melepas masker.

Seiring lepas dari pandemi, kesadaran terhadap protokol kesehatan menjadi tanggung jawab masing-masing individu.

"Kalau dulu kan Pemerintah bilangnya enggak boleh lakukan aktivitas masyarakat, harus pakai masker di tempat umum, skrining kalau mau aktivitas kan," terang Nadia.

"Nah, sekarang kita sendiri kalau kita merasa ada ancaman penularan COVID, misalnya di tempat ramai ataupun berdesak-desakan, kami menganjurkan tetap menggunakan masker."

Sudah Tidak Ada Tracing Lagi

Di masa endemi ini jugaa masyarakat diperkenankan tes COVID mandiri. Jika positif pun, Pemerintah sudah tidak ada lagi pelacakan kontak erat (tracing) seperti pada kondisi kedaruratan.

"Kalau ada gejala, ya tes. Kalau positif, isolasi gitu kan. Udah enggak ada tracing lagi kan. Sekarang kalau positif ya enggak ada lagi 30 orang diperiksa, misalnya gitu," pungkas Nadia.

Persebaran Varian EU.1.1 di AS

Warga AS yang Sudah Divaksinasi Tak Perlu Kenakan Masker Lagi
Subvarian baru EU.1.1 ini pertama kali disorot oleh para ilmuwan pada awal 2023 karena peningkatannya yang cepat di beberapa negara Eropa. (AP Photo/John Locher)

Subvarian baru EU.1.1 ini pertama kali disorot oleh para ilmuwan pada awal 2023 karena peningkatannya yang cepat di beberapa negara Eropa. Varian ini merupakan keturunan yang lebih jauh dari varian XBB.1.5 (Omicron) dengan beberapa mutasi yang mendorong penyebarannya.

Saat ini, EU.1.1 telah menyumbang sekitar 1,7 persen dari semua kasus COVID-19 di Amerika Serikat dan sekitar 8,7 persen kasus di Montana, Wyoming, Utah, Colorado, dan Dakota.

Walau begitu, peneliti mengatakan bahwa masih terlalu dini untuk mengetahui, apakah EU.1.1 akan menyebabkan gejala baru atau berbeda di AS. Hal itu karena mayoritas orang Amerika Serikat sekarang sudah memiliki beberapa bentuk kekebalan dari vaksinasi atau infeksi di COVID-19 sebelumnya.

Kasus EU.1.1 di Utah

Di laboraturium di Utah telah mengurutkan kasus infeksi EU.1.1 di negara bagian AS tersebut. Utah berada di urutan pertama sebagai negara bagian dengan kasus EU.1.1 paling banyak, yaitu sekitar 100 kasus.

Sedangkan, laboratorium di negara bagian Nevada dan Colorado hanya melaporkan satu kasus infeksi dari EU.1.1, dikutip dari CBS News.

Belum Ada Risiko Perburukan

Epidemiolog Global Health Security Policy Centre for Environmental and Population Health Griffith University Australia, Dicky Budiman mengungkapkan, bahwa Omicron XBB memang jadi varian yang masih mendominasi di dunia.

"EU.1.1 ini turunan atau asal muasalnya dari XBB.1.5 yang kita tahu sekarang mendominasi di dunia, dengan kemampuan untuk menginfeksi yang jauh lebih kuat. Paling kuat bahkan menembus pertahanan tubuh atau imunitas," ujar Dicky pada Health Liputan6.com, Senin (3/7/2023).

Kemampuan Deteksi Dini Masih Dijaga

Menurut Dicky, munculnya varian baru seperti EU.1.1 dan terjadinya peningkatan kasus yang terdeteksi di negara-negara maju belum menunjukkan adanya risiko perburukan untuk situasi terkait COVID-19.

"Secara umum, sebetulnya saya saat ini belum melihat ada potensi perburukan situasi global atau nasional. Meskipun kasus infeksi meningkat terutama di negara dengan kemampuan deteksi dini genome sequencing yang masih dijaga seperti di negara maju," jelas Dicky.

Infografis 5 Cara Lindungi Diri dan Cegah Penyebaran Covid-19 Varian Omicron. (Liputan6.com/Trieyasni)
Infografis 5 Cara Lindungi Diri dan Cegah Penyebaran Covid-19 Varian Omicron. (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya