Liputan6.com, Jakarta - Kasus Infeksi Saluran Pernapasan Akut atau ISPA melejit di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi (Jabodetabek) seiring dengan kondisi polusi udara disertai cuaca panas pada 2023. Tren ISPA Januari-Juni 2023 mencapai 150.000 - 200.000 kasus, yang semula 50.000 - 100.000 kasus tahun 2022.
Sebagian orang pun bertanya, apa perbedaan ISPA biasa dan ISPA akibat COVID? Seperti diketahui, ISPA yang paling umum adalah flu biasa dan influenza.
Baca Juga
Namun, COVID-19 juga termasuk dalam golongan ISPA karena virus yang masuk dalam tubuh langsung menyerang organ pernapasan. Walaupun sama-sama ISPA, lantas apa perbedaannya?
Advertisement
Beda Penyebab Virusnya
Dokter spesialis pulmonologi dan kedokteran respirasi Erlina Burhan menerangkan, ISPA biasa bukan disebabkan virus SARS-CoV-2, sedangkan ISPA COVID sudah pasti akibat virus COVID.
ISPA biasa dapat disebabkan virus lain, yakni:
- Rhinovirus dapat menyebabkan flu
- Pneumokokus menyebabkan pneumonia dan meningitis
- Adenovirus dapat menyebabkan bronkitis, pneumonia dan flu
- Virus Influenza dapat menyebabkan flu
“ISPA karena COVID sudah jelas ya virus COVID, sementara ISPA biasa ya bisa virus juga tapi bukan virus COVID. Jadi kalau ISPA biasa bisa virus yang lain,” terang Erlina dalam webinar bertajuk, Sadari, Siaga, Solusi Terhadap Mutasi Virus pada Masa Endemi COVID-19, ditulis Senin (11/9/2023).
ISPA pada Anak Lebih Mengganggu
Dilihat dari paparan, ISPA biasa dan ISPA COVID yang terjadi pada anak-anak lebih mengganggu dibanding dewasa. Daya tahan tubuh anak belum terbentuk optimal sehingga mudah terinfeksi.
“ISPA pada anak-anak ada banyak sekali dan pada orang dewasa ini terjadi, tapi biasanya gejalanya tidak mengganggu. Kalau pada anak-anak lebih mengganggu, karena anak-anak sistem imunnya belum optimal terbentuk, sehingga mudah terjadi ISPA,” jelas Erlina Burhan.
Anak-anak juga mudah terkena inflamasi atau peradangan.
“ISPA yang terjadi bisa iritasi, membuat anak bersin-bersin sehingga terjadi inflamasi. Kalau sudah inflamasi menghasilkan memproduksi yang gejalanya bisa batuk,” sambung Erlina yang berpraktik di RSUP Persahabatan Jakarta.
“Bahkan kalau anak ini punya kondisi berpotensi untuk asma atau bronkitis akan menimbulkan sesak, saluran napasnya menyempi karena inflamasi. Maka, anak akan menjadi sesak sehingga lebih berat pada anak daripada orang dewasa, kecuali orang dewasanya asma.”
Pencegahan ISPA Biasa dan ISPA COVID Sama
Walaupun beda virus penyebab, pencegahan ISPA biasa dan ISPA COVID sama.
“Tapi pencegahannya sama aja. Kalau punya komorbid artinya dikendalikan komorbidnya supaya tidak rentan dan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) jangan lupa ya. PHBS ini jargon dan terus-menerus kami sampaikan dan terbukti PHBS ini menjaga kita dari terinfeksi berbagai penyakit saluran napas,” ucap Erlina.
Advertisement
Terbebas dari Ancaman Penyakit
Guru Besar Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Wiku Adisasmito menambahkan, Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) sebagai upaya terbebas dari ancaman berbagai penyakit, termasuk infeksi pernapasan.
“Kalau di rumah, kita memastikan rumahnya bersih dan kalau dihitung kita ada sepertiga waktu di rumah. Kemudian sepertiga waktu ada di tempat kerja. Jadi pastikan di tempat kerja juga bersih,” tambahnya.
“Jadinya dua pertiga sudah ada, tinggal sepertiga lagi. Itu ya di kendaraan, jadi kita pastikan di kendaraan juga selalu bersih. Apakah kendaraan bermotor atau bukan dan semuanya harus bersih.”
Lingkungan Harus Bersih
Selain itu, lingkungan juga harus bersih sehingga beraktivitas pun menjadi nyaman.
“Dan lingkungan juga harus bersih. Lingkungan yang bersih, kitanya selalu bersih sehingga semua orang yang ada di situ melakukan aktivitas dalam kondisi bersih,” imbuh Wiku yang pernah menjadi Juru Bicara Satgas Penanganan COVID-19.
“Dengan melakukan hal itu, maka terbebas dari banyak ancaman penyakit. Intinya itu.”
Cuci Tangan Pakai Sabun Kurangi ISPA
Merujuk jurnal berjudul, Effectiveness of handwashing with soap for preventing acute respiratory infections in low-income and middle-income countries: a systematic review and meta-analysis, perilaku cuci tangan pakai sabun mengurangi infeksi ISPA.
Sebanyak 26 penelitian dengan 161.659 peserta memberikan 27 perbandingan (21 di antaranya secara acak). Bahwa intervensi mempromosikan cuci tangan pakai sabun mengurangi ISPA (95 persen) dibandingkan dengan tidak cuci tangan pakai sabun.
Intervensi tersebut juga mengurangi infeksi saluran pernapasan bagian bawah (64 persen) dan infeksi saluran pernapasan bagian atas (91 persen).
83 Persen Kematian ISPA
Sebagaimana jurnal yang dipublikasikan The Lancet pada 27 April 2023, ISPA merupakan penyebab utama morbiditas (angka kesakitan) dan mortalitas (kematian) di seluruh dunia dengan 83 persen kematian ISPA terjadi di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah sebelum pandemi COVID-19.
Penelitian kami bertujuan untuk memperkirakan dampak dari intervensi yang mempromosikan cuci tangan pakai sabun terhadap ISPA di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah. Intervensi yang mempromosikan cuci tangan pakai sabun dapat mengurangi ISPA dan membantu mencegah beban penyakit pernapasan yang besar, tulis peneliti Ian Ross, Sarah Bick dkk.
Jurnal di atas merupakan hasil tinjauan sistematis dan meta analisis yang diperoleh dari sumber MEDLINE, Embase, Web of Science, Scopus, Cochrane Library, Global Health, dan Global Index Medicus untuk studi intervensi cuci tangan pakai sabun di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah periode Januari hingga 25 Mei 2021.
Advertisement