Liputan6.com, Jakarta - Anjing dikenal sebagai sahabat terbaik manusia, dan kini peran mereka semakin luas dengan kemampuannya membantu manusia dalam berbagai aspek. Termasuk kesehatan mental.
Penelitian terbaru menunjukkan bahwa anjing terlatih dapat membantu mendeteksi Post-Traumatic Stress Disorder (PTSD) melalui indra penciuman mereka yang tajam.
Baca Juga
Kemampuan luar biasa ini membuka harapan baru orang de PTSD dalam mendapatkan diagnosa dan pengobatan yang tepat.
Advertisement
Apa Itu PTSD?
Dilansir dari Metro, PTSD, singkatan dari Post-Traumatic Stress Disorder, adalah kondisi kesehatan mental yang dipicu oleh peristiwa menakutkan dan traumatis. Kejadian ini bisa berupa kecelakaan mobil, serangan teror, bencana alam, atau pengalaman mengerikan lainnya.
Gejalanya bisa meliputi kilas balik, mimpi buruk, kecemasan berat, serta pikiran yang tidak terkendali tentang peristiwa tersebut. Penderita PTSD juga mungkin mengalami kesulitan tidur, mudah marah, dan sulit berkonsentrasi.
PTSD bisa berkembang segera setelah seseorang mengalami peristiwa traumatis, atau bisa muncul bertahun-tahun kemudian. Penyebab pastinya belum diketahui, namun beberapa faktor risiko yang dapat meningkatkan peluang seseorang terkena PTSD adalah:
- Memiliki riwayat trauma sebelumnya
- Mengalami peristiwa traumatis yang sangat parah
- Memiliki riwayat keluarga dengan PTSD
- Memiliki masalah kesehatan mental lainnya
Anjing-anjing tersebut akan dilatih untuk mengendus bau stres yang dikeluarkan oleh tubuh manusia ketika mengalami kecemasan atau ketakutan, yang merupakan gejala umum PTSD.
Mendeteksi PTSD Lewat Bau Napas
Sebuah studi pilot menunjukkan bahwa anjing dapat dilatih untuk mendeteksi aroma reaksi trauma. Penemuan ini dapat meningkatkan efektivitas anjing pendamping bagi penderita PTSD.
Para peneliti dari Universitas Dalhousie di Kanada melatih 25 anjing untuk mendeteksi PTSD melalui bau napas. Hanya dua anjing, Ivy (Golden Retriever) dan Callie (campuran German Shepherd dan Belgian Malinois), yang berhasil menyelesaikan pelatihan.
"Anjing pelayanan PTSD saat ini dilatih untuk membantu orang selama episode distress," kata Laura Kiiroja, penulis pertama studi ini. "Namun, anjing-anjing ini dilatih untuk merespons isyarat perilaku dan fisik. Studi kami menunjukkan bahwa setidaknya beberapa anjing juga bisa mendeteksi episode ini melalui napas."
Kemampuan anjing untuk mendeteksi PTSD melalui bau napas dapat membantu anjing pendamping untuk memberikan bantuan yang lebih tepat dan efektif bagi para penderitanya.
Setiap manusia memiliki "profil aroma" senyawa organik volatil (VOCs) - molekul yang dipancarkan oleh tubuh dalam sekresi seperti keringat - yang dipengaruhi oleh genetika, usia, aktivitas, dan variabel lainnya.
Sebelumnya, ada beberapa bukti bahwa anjing mungkin mampu mendeteksi VOC yang terkait dengan stres manusia. Namun, tidak ada studi sebelumnya yang menyelidiki apakah anjing bisa belajar untuk mendeteksi VOC yang terkait dengan gejala PTSD.
Advertisement
Bentuk Deteksi Dini dan Intervensi Efektif
Para peneliti dari Universitas Dalhousie di Kanada sedang mempelajari bagaimana anjing pendamping dapat membantu pasien PTSD dengan memberi peringatan dan mengganggu episode ketika teman mereka mengalami kesulitan dengan gejalanya.
"Anjing pendamping dapat membantu pasien dengan memberi peringatan dan mengganggu episode ketika teman mereka mengalami kesulitan dengan gejalanya," kata Ms. Kiiroja, salah satu peneliti dalam proyek ini.
Jika anjing bisa merespons penanda stres pada napas, tim peneliti mengatakan mereka bisa potensial mengganggu episode pada tahap awal - membuat intervensi mereka lebih efektif.
Penelitian ini merupakan kolaborasi lintas disiplin antara laboratorium psikologi klinis Dr. Sherry Stewart dan laboratorium olfaksi anjing Dr. Simon Gadbois, keduanya di Universitas Dalhousie, Kanada.
"Ini adalah kolaborasi lintas disiplin yang menarik antara para ahli di bidang psikologi klinis dan olfaksi anjing," kata Ms. Kiiroja.
"Penelitian ini memiliki potensi untuk memberikan wawasan baru tentang bagaimana anjing dapat membantu pasien PTSD dan untuk mengembangkan intervensi yang lebih efektif."