Produsen Angkat Bicara Usai Viral Efek Samping Konsumsi Paramex

Sempat viral di X soal efek samping obat sakit kepala Paramex berupa anemia aplastik. PT Konimex buka suara.

oleh Benedikta Desideria diperbarui 20 Apr 2024, 12:00 WIB
Diterbitkan 18 Apr 2024, 17:08 WIB
Keterangan efek samping anemia aplastik di kemasan obat sakit kepala Paramex. (Foto: Tangkapan Layar X nutellaontweet)
Keterangan efek samping anemia aplastik di kemasan obat sakit kepala Paramex. (Foto: Tangkapan Layar X nutellaontweet)

Liputan6.com, Jakarta Usai komika Babe Cabita meninggal dunia dengan riwayat anemia aplastik pembahasan soal penyakit itu ramai di media sosial. Lalu, ada sebuah cuitan di Twitter atau kini disebut X tentang tambahan efek samping konsumsi obat  sakit kepala Paramex berupa anemia aplastik.

"Sender perhatiin ternyata keterangan efek sampingnya ditambahin, berisiko anemia aplastik. Kalo minum obat yg beredar di pasaran, mohon dibaca semua keterangannya utk jaga2 ya," demikian mengutip sebuah cuitan yang diunggah pada 14 April 2024.

Cuitan tersebut membuat warganet khawatir. Terutama yang mengandalkan obat tersebut saat pusing atau sakit gigi.

Menanggapi cuitan yang sudah dilihat 2,7 juta kali itu produsen Paramex yakni PT Konimex angkat bicara. Konimex mengungkapkan bahwa penambahan keterangan soal efek samping anemia aplasik berdasarkan hasil dari proses registrasi obat.

"PT Konimex sebagai pemilik merek dan produk Paramex menginformasikan bahwa penambahan keterangan mengenai efek samping risiko anemia aplasik adalah hasil dari proses registrasi obat dan telah sesuai dengan ketentuan yang menyertai Nomor Izin Edar dari BPOM DTL 78130003810A1," kata Chief Executive Officer PT Konimex, Rachmadi Joesoef dalam pernyataan tertulis.

Di bungkus kemasan Paramex juga sudah dicantumkan informasi mengenai aturan pakai dan dosis sesuai peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Bila dikonsumsi sesuai anjuran, Paramex aman digunakan. 

"Yaitu hanya untuk penggunaan sakit kepala dan sakit gigi yang tentunya diminum bila ada gejala tersebut dan bisa dihentikan setelah gejala hilang," kata Rachmadi lagi.

 

Tak Pernah Ada Keluhan Anemia Aplastik dari Konsumen

Rachmadi juga menuturkan bahwa obat yang sudah diproduksi sejak 1976 itu tidak pernah didapatkan keluhan dari konsumen terkait kasus anemia aplastik.

"Dalam Monitoring Efek Samping Obat yang dilakukan sejak produk dipasarkan tidak pernah ditemukan keluhan terhadap efek samping tersebut."

Tentang Penyakit Anemia Aplastik

Dalam surat pernyataan PT Konimex bertanggal 16 April 2024 itu, Rachmadi juga mengungkapkan fakta tentang penyakit anemia aplastik.

Anemia aplastik bisa disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya keturunan maupun gangguan kesehatan semasa hidup seperti:

  1. Penyakit autoimun yang dapat mengakibatkan sistem kekebalan tubuh menyerang sel sehat, termasuk sel pada sumsum tulang.
  2. Pernah menjalani perawatan radioterapi atau kemoterapi. Dua perawatan kanker ini berisiko menyebabkan kerusakan sel sehat dalam tubuh.
  3. Penggunaan obat-obatan tertentu seperti beberapa jenis antibiotik dan rheumatoid arthritis.
  4. Terinfeksi virus tertentu seperti HIV, Hepatitis, Cytomegalovirus, Epstein-Barr dan lain sebagainya.
  5. Terpapar bahan kimia berbahaya dan terjadi secara terus menerus seperti pestisida, benzene dan lain sebagainya.
  6. Kehamilan, karena masa kehamilan berisiko menyebabkan sistem kekebalan tubuh ibu menyerang sel pada sumsum tulang.

Kasus Anemia Aplastik Jarang Terjadi

Anemia Aplastik
Anemia Aplastik

Di kesempatan berbeda, praktisi kesehatan Ngabila Salama mengungkapkan bahwa anemia aplastik adalah kegagalan sumsum tulang belakang untuk memproduksi tiga jenis sel darah: sel darah merah (eritosit), sel darah putih (leukosit), keping darah (trombosit).

"Kondisi ini sangat jarang kurang 15.000 orang per tahunnya di Indonesia atau 5 kasus per 100.000 penduduk sehingga sulit dikenali gejalanya," kata Ngabila dalam pesan teks ke Health Liputan6.com.

Cegah sakit dengan pola hidup bersih sehat dan CERDIK setiap hari sehingga terhindar dari penyakit menular, tidak menular, termasuk kanker.

Lalu, hindari penggunaan antibiotik, zat kimia, obat-obatan tanpa resep dokter. Cegah kejadian meninggal dengan deteksi dan pengobatan dini. Perlu skrining berkala per 6 bulan perlu dilakukan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya