Kemenkes: Cakupan Skrining Perlu Diperluas untuk Deteksi Dini Penyakit

Dengan diagnosis penyakit yang lebih dini, masyarakat bisa mengetahui penyakit yang ada dalam tubuhnya dan segera lakukan intervensi.

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 03 Agu 2024, 18:48 WIB
Diterbitkan 03 Agu 2024, 18:00 WIB
Cakupan Skrining Penyakit Perlu Diperluas, Kemenkes Harap Indonesia Tak Selalu Bergantung pada Produk Impor
Direktur Jenderal Farmasi dan Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) Lucia Rizka Andalusia soal Layanan Diagnostik Penyakit, Jakarta, Sabtu (3/8/2024). Foto: Liputan6.com/Ade Nasihudin.

Liputan6.com, Jakarta Akses pada layanan diagnostik adalah hal penting untuk membawa masyarakat Indonesia pada taraf kesehatan yang lebih tinggi. Bila penyakit didiagnosis lebih dini, maka dapat menghindari hal-hal yang dapat memperparah kondisinya serta segera melakukan penanganan tepat sesuai arahan dokter.

Maka dari itu, Direktur Jenderal Farmasi dan Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) Lucia Rizka Andalusia mengatakan bahwa cakupan skrining perlu diperluas.

“Kita ingin memperluas cakupan skrining dan diagnostik penyakit agar dapat ditemukan sedini mungkin dan dapat dilakukan intervensi. Tentunya jumlah (temuan penyakit) akan meningkat. Dengan meningkatnya jumlah itu, tentu kita membutuhkan anggaran yang lebih besar lagi,” kata Rizka usai acara Roche Fair 2024 bertajuk Shaping the Future: Rethinking Access Through Diagnostics In Indonesia di Jakarta, Sabtu (3/8/2024).

Untuk mencapai skrining penyakit yang lebih luas, maka perlu ada kecukupan alat diagnostik seperti reagen di Indonesia dengan harga yang lebih ekonomis dan efisien. Sehingga, dapat mencakup semua program skrining yang dilakukan.

“Kita juga mengharapkan kita tidak hanya tergantung pada produk impor. Waktu pandemi COVID-19 kita kesulitan mendapatkan reagen dan obat-obatan karena kita tergantung pada produk impor. Sehingga kita perlu membangun kapasitas dalam negeri.”  

“Dan saya rasa Roche Diagnostic sebagai leader dalam diagnostic tools (alat diagnosis) harapannya ikut berpartisipasi,” papar Rizka

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Hampir Setengah Populasi Dunia Tak Miliki Akses Layanan Diagnostik

Lee Poh Seng
Director Diagnostics Division PT Roche Indonesia, Lee Poh Seng soal alat diagnosis penyakit, Jakarta, Sabtu (3/8/2024). Foto: Liputan6.com/Ade Nasihudin.

Dalam acara yang sama, Director Diagnostics Division PT Roche Indonesia, Lee Poh Seng, menjelaskan soal pentingnya akses terhadap diagnostik terintegrasi untuk pelayanan kesehatan yang berkualitas. Pasalnya, hampir setengah populasi dunia tidak memiliki akses tersebut.

“Hampir setengah dari populasi dunia tidak memiliki akses pada tes dan layanan diagnostik yang penting untuk mendiagnosis penyakit seperti diabetes, kanker, penyakit menular, dan berbagai penyakit serius lainnya,” kata Lee.

“Setiap orang berhak mendapatkan pelayanan kesehatan yang tepat sesuai kebutuhannya, di manapun dan kapanpun. Kami di Roche menjadikan diagnostik sebagai fokus utama kami untuk memenuhi hak ini dan menyerukan pentingnya peran diagnostik dalam keseluruhan rantai perawatan pasien. Sebab, diagnostik merupakan kunci dalam pengambilan keputusan kesehatan yang tepat,” tambahnya.


Inovasi Diagnostik Terintegrasi

Cobas Pulse System
Cobas Pulse System yang merupakan solusi pengukuran gula darah yang dapat terkoneksi dengan sistem rumah sakit. Foto: Liputan6.com/Ade Nasihudin.

Pada Roche Fair 2024, Roche mendorong transformasi kesehatan di Indonesia melalui inovasi diagnostik terintegrasi.

Roche meluncurkan dua inovasi diagnostik terbaru dalam ajang Roche Fair, yakni:

  • Cobas Pulse System yang merupakan solusi pengukuran gula darah yang dapat terkoneksi dengan sistem rumah sakit.
  • Elecsys HCV Duo Immunoassay untuk membantu mendiagnosis dan menangani pasien dengan infeksi virus hepatitis C akut atau kronis.

Kedua inovasi ini dapat meningkatkan akses dan layanan diagnosis sehingga penyakit dapat dideteksi dengan lebih cepat serta memaksimalkan perawatan yang diberikan.


Integrasi Layanan Kesehatan Primer dan Inovasi Diagnostik Jadi Prioritas

Roche Fair 2024
Roche Fair 2024 bertajuk Shaping the Future: Rethinking Access Through Diagnostics In Indonesia di Jakarta, Sabtu (3/8/2024). Foto: Liputan6.com/Ade Nasihudin.

Rizka menambahkan, sebagai langkah nyata menuju Indonesia Sehat 2045, integrasi pelayanan kesehatan primer, termasuk inovasi diagnostik menjadi prioritas.

“Pemerintah berkomitmen untuk meningkatkan kemampuan diagnostik, mendukung penelitian, dan memastikan akses pelayanan kesehatan yang merata, guna memberikan dampak positif terhadap kualitas hidup jutaan orang di Indonesia.”

Menghadapi tantangan akses kesehatan merupakan tanggung jawab bersama antar pemangku kepentingan, lanjut Rizka.

“Integrasi diagnostik bersama pemerintah membutuhkan kerja sama yang efektif dan kohesif agar akses pelayanan kesehatan merata. Kami mengapresiasi inisiatif dan kinerja para pemangku kepentingan serta pihak swasta, termasuk Roche Indonesia, yang terus berinovasi dan konsisten memberikan kontribusi nyata dalam mendukung transformasi pelayanan kesehatan.”

"Kerja sama ini, khususnya di bidang diagnostik, harus terus berlanjut sambil mempromosikan kesehatan preventif kepada masyarakat melalui deteksi dini,” ujarnya.

Infografis  Apa yang Mempengaruhi Orang Mendiagnosis Sendiri Terkait Kesehatan Mental?
Apa yang Mempengaruhi Orang Mendiagnosis Sendiri Terkait Kesehatan Mental?(Liputan6.com/Abdillah).
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Live Streaming

Powered by

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya