Diet Nasi, Rahasia Turun Berat Badan 45 Kg dengan Metode Kuno yang Terlupakan

 Sejarah dan Rahasia Diet Nasi yang Wajib Kamu Tahu! Diet Ini Turunkan Berat Badan dengan Cara yang Mengejutkan.

oleh Aditya Eka Prawira diperbarui 18 Agu 2024, 17:00 WIB
Diterbitkan 18 Agu 2024, 17:00 WIB
Turunkan Berat Badan Hingga 45 Kg dengan Diet Nasi: Rahasia Kesehatan yang Terlupakan! (Foto Ilustrasi Makanan/Camilan/Nasi/Diet oleh Aditya Eka Prawira)
Turunkan Berat Badan Hingga 45 Kg dengan Diet Nasi: Rahasia Kesehatan yang Terlupakan! (Foto Ilustrasi Makanan/Camilan/Nasi/Diet oleh Aditya Eka Prawira)

Liputan6.com, Jakarta - Diet nasi mungkin terdengar aneh di telinga banyak orang, terutama bagi mereka yang ingin menurunkan berat badan. Bagaimana mungkin nasi, yang dikenal sebagai sumber utama karbohidrat, bisa membantu dalam penurunan berat badan?

Ternyata, rahasia ini sudah ada sejak lama dan pertama kali diperkenalkan pada tahun 1940-an oleh seorang dokter bernama Walter Kempner. Awalnya, diet ini digunakan untuk mengobati kondisi medis serius seperti tekanan darah tinggi dan gagal ginjal. Namun, seiring berjalannya waktu, diet nasi juga dikenal sebagai metode penurunan berat badan yang efektif.

Apa Itu Diet Nasi?

Diet nasi adalah pola makan yang tinggi karbohidrat, rendah lemak, dan rendah protein. Secara sederhana, diet ini berfokus pada konsumsi nasi dalam jumlah besar, ditambah dengan buah-buahan, sayuran, dan beberapa jenis protein tertentu. Meski terdengar sederhana, diet ini sangat ketat dan membatasi asupan kalori harian.

Bagaimana Diet Nasi Menurunkan Berat Badan?

Rahasia utama dari diet nasi terletak pada defisit kalori. Diet ini mengurangi asupan kalori harian sehingga tubuh dipaksa untuk membakar lemak yang tersimpan sebagai sumber energi. Selain itu, karena diet ini rendah natrium dan lemak jenuh, tubuh pun akan lebih mudah mengontrol tekanan darah dan kadar kolesterol.

 

Sejarah Diet Nasi

Menurut situs Medical News Today, Walter Kempner merancang diet nasi pada tahun 1940-an sebagai pengobatan untuk hipertensi maligna, sebuah kondisi tekanan darah tinggi yang ekstrem dan gagal ginjal.

Pada saat itu, pilihan pengobatan sangat terbatas, dan Kempner menemukan bahwa diet nasi bisa membantu menurunkan tekanan darah secara signifikan. Pada tahun 1975, Kempner dan timnya melakukan penelitian untuk melihat efek diet nasi pada orang-orang dengan obesitas.

Hasilnya cukup mengejutkan, semua peserta dalam penelitian tersebut mengalami penurunan berat badan yang signifikan, dengan beberapa di antaranya berhasil menurunkan hingga 45 kg. Angka ini tentu mengesankan dan membuat diet nasi semakin dikenal sebagai metode penurunan berat badan yang efektif.

Namun, perlu dicatat bahwa penelitian ini tidak meneliti apakah penurunan berat badan tersebut berkelanjutan dalam jangka panjang. Setelah penelitian selesai, tidak ada data yang menunjukkan apakah peserta mampu mempertahankan berat badan ideal mereka.

Apakah Diet Nasi Aman?

Meski diet nasi terbukti efektif dalam menurunkan berat badan, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Diet ini sangat ketat dan membatasi asupan protein dan lemak.

Hal ini bisa mengakibatkan kehilangan massa otot dan kekurangan nutrisi penting seperti vitamin B dan zat besi. Oleh karena itu, diet nasi tidak disarankan untuk jangka panjang tanpa pengawasan dari ahli gizi atau dokter.

Risiko Diet Nasi yang Harus Kamu Tahu

Berikut beberapa risiko diet nasi yang perlu diperhatikan.

  1. Kekurangan Nutrisi: Diet nasi sangat membatasi asupan protein dan lemak, yang dapat menyebabkan kekurangan nutrisi penting. Misalnya, orang yang menjalani diet nasi mungkin kekurangan vitamin B, zat besi, dan asam lemak esensial seperti omega-3. Ini bisa berdampak buruk pada kesehatan secara keseluruhan, terutama jika diet ini dilakukan dalam jangka panjang.
  2. Kehilangan Massa Otot: Kandungan protein yang rendah dalam diet nasi dapat menyebabkan hilangnya massa otot. Protein adalah komponen penting dalam membangun dan memperbaiki jaringan otot, jadi kekurangan asupan protein dapat mengakibatkan tubuh mengambil protein dari otot, yang menyebabkan penurunan massa otot.
  3. Energi Rendah: Diet ini juga membatasi asupan kalori secara signifikan, yang bisa membuat seseorang merasa lemah, lelah, atau pusing. Ini terutama bermasalah bagi mereka yang memiliki gaya hidup aktif atau membutuhkan energi lebih untuk aktivitas sehari-hari.
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya