Liputan6.com, Jakarta - Di tengah panasnya isu keamanan tenaga medis di India, tragedi memilukan menimpa seorang dokter muda di Kolkata. Dokter berusia 31 tahun ini, yang sedang menempuh studi pascasarjana di rumah sakit pemerintah, ditemukan tewas setelah menjadi korban pemerkosaan dan pembunuhan pada Jumat dini hari, 9 Agustus 2024.
Tragedi ini memicu gelombang protes besar-besaran di seluruh negeri, khususnya di kalangan dokter junior dan tenaga medis lainnya. Para dokter di berbagai rumah sakit di India melakukan aksi mogok kerja selama 24 jam pada hari Minggu, 18 Agustus 2024.
Baca Juga
Dokter di Papua Jadi Korban Kekerasan Oknum Pejabat, PB IDI Minta Aparat Kepolisian Tindak Pelaku Sesuai Ketentuan
Dilempar dan Dipukul oleh Oknum Pejabat Papua, Dokter di RSUD Lukas Enembe Alami Patah Tulang
The Changcuters Kini Minta Riders Dokter Tiap Kali Konser Usai Insiden Tria Pingsan di Panggung
Aksi ini merupakan bentuk solidaritas dan tuntutan keadilan atas insiden tragis yang menimpa rekan mereka. Meskipun pemogokan resmi telah berakhir, banyak dokter yang masih menolak untuk kembali bekerja hingga keadilan ditegakkan.
Advertisement
Aksi Solidaritas yang Meluas
Menurut laporan Reuters seperti dikutip dari Channel News Asia, protes ini tidak hanya terjadi di Kolkata, tempat kejadian perkara, tapi juga meluas ke berbagai kota di India. Para dokter menggelar aksi menyalakan lilin, melakukan pawai, dan menolak menangani pasien non-darurat sebagai bentuk protes terhadap lemahnya perlindungan bagi tenaga medis, terutama dokter wanita.
Ayah korban, yang identitasnya dilindungi oleh hukum India, mengungkapkan rasa terima kasihnya kepada para dokter yang mendukung perjuangan keadilan bagi putrinya.
"Putri saya telah meninggal, tapi jutaan putra dan putri kini bersama saya. Ini memberi saya kekuatan besar, dan saya merasa kami akan mendapatkan sesuatu dari ini," ujarnya kepada wartawan.
Â
Keamanan Tenaga Medis Jadi Sorotan
Tragedi ini kembali menyoroti masalah kekerasan terhadap perempuan di India, meskipun sudah ada undang-undang yang lebih ketat setelah kasus pemerkosaan beramai-ramai di Delhi pada 2012. Para aktivis perempuan menilai bahwa perubahan hukum saja tidak cukup, dan upaya pencegahan kekerasan terhadap perempuan masih sangat kurang.
Asosiasi Medis India (IMA), yang memimpin aksi pemogokan, mendesak Perdana Menteri, Narendra Modi, untuk turun tangan. Mereka menuntut agar protokol keamanan di rumah sakit ditingkatkan, serupa dengan yang diterapkan di bandara, guna melindungi para dokter, terutama dokter wanita yang jumlahnya mencapai 60 persen dari total tenaga medis di India.
Â
Advertisement
Tuntutan Keadilan Belum Terpenuhi
Meskipun pemogokan resmi telah berakhir, banyak dokter yang belum kembali bekerja. Forum Aksi Bersama Seluruh Warga India dan Dokter Junior mengumumkan bahwa mereka akan melanjutkan protes dengan memberikan batas waktu 72 jam kepada pihak berwenang untuk melakukan penyelidikan menyeluruh dan menangkap pelaku.
Situasi di Rumah Sakit RG Kar, tempat korban bekerja, masih tegang dengan adanya demonstrasi yang terus berlangsung. Polisi setempat telah melarang adanya pertemuan massa dan mengerahkan petugas anti-huru-hara untuk menjaga ketertiban.
Tragedi ini bukan hanya menggugah perasaan, tapi juga menjadi panggilan bagi pemerintah India untuk mengambil tindakan nyata demi melindungi tenaga medis yang bekerja di garis depan. Para dokter kini berharap agar kejadian tragis ini tidak terulang dan keadilan bisa segera ditegakkan.