4 Cara Redakan Stres dan Kecemasan, Mulai dari Napas Diafragma hingga Namai Otak

Stres dan kecemasan dapat memengaruhi seluruh tubuh, menyebabkan peradangan, nyeri, kegelisahan, serta gangguan perut.

oleh Dyah Puspita Wisnuwardani diperbarui 27 Agu 2024, 20:00 WIB
Diterbitkan 27 Agu 2024, 20:00 WIB
Ilustrasi serangan panik, cemas, gelisah
Ilustrasi serangan panik, cemas, gelisah. (Image by freepik)

Liputan6.com, Jakarta - Psikiater bersertifikat ganda dan peneliti pencitraan otak di California, Dr Daniel Amen, berbagi empat solusi untuk mengelola pikiran dan mengurangi kecemasan. Dia berbicara pada 2,8 juta pengikutnya di TikTok, mengungkap beberapa statistik mengejutkan terkait kecemasan.

"Kecemasan merajalela--dua kali lipat pada anak-anak, tiga kali lipat pada orang dewasa," ujarnya.

Dia menjelaskan, stres dan kecemasan dapat memengaruhi seluruh tubuh, menyebabkan peradangan, nyeri, kegelisahan, serta gangguan perut. Oleh karena itu, mengurangi stres dan kecemasan, sesering mungkin dan sebanyak mungkin, sangat penting untuk meningkatkan kesehatan secara keseluruhan.

Amen merinci bagaimana pemikiran buruk berkembang hingga mencapai puncaknya

"Begitu banyak orang yang cemas, mereka memiliki pemikiran buruk, dan kemudian mereka memperburuknya, dan kemudian mereka memperburuk pemikiran tersebut. Sepertinya pikiranmu tidak terkendali.”

Dia mengatakan bahwa untuk mendapatka kendali diperlukan beberapa latihan kekuatan kognitif.

"Anda harus mengelola pikiran Anda, dan ada prosesnya. Orang yang sehat melakukan latihan fisik setiap hari, Anda juga harus melakukan latihan mental," jelasnya.

Dalam unggahan TikTok yang telah ditonton lebih dari 36.000 kali, Amen merekomendasikan cara meredakan stres dan kecemasan dengan pernapasan diafragma, musik santai, hipnosis, dan nama untuk otak Anda.

Pernapasan diafragma

Amen mengatakan bahwa dia penggemar berat pernapasan diafragma, seperti mengambil napas dua kali lebih lama dibandingkan saat menarik napas.

“Saya mengajari pasien saya hirup napas empat detik, tahan sebentar, lepaskan selama delapan detik,” jelasnya.

Dia menyebut teknik napas diafragma ini “sangat membantu” – dan dia tidak sendirian dalam mendukung gaya pernapasan ini.

Penelitian menunjukkan bahwa napas dalam-dalam dan lambat mengirimkan lebih banyak oksigen ke otak, yang membantu mengaktifkan sistem saraf parasimpatis, sehingga menghasilkan keadaan yang lebih tenang. Teknik pernapasan ini juga bermanfaat untuk mempersiapkan tubuh untuk tidur.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Musik yang Menenangkan

Orang yang mengalami kecemasan sebaiknya mendengarkan musik yang menenangkan untuk menenangkan pikirannya, kata Amen.

Manfaat mendengarkan musik mungkin lebih dari sekadar kelegaan sesaat.

Para peneliti di Universitas Exeter di Inggris menemukan bahwa orang-orang yang “terikat dengan musik” sepanjang hidup mereka cenderung memiliki daya ingat yang lebih baik dan kesehatan otak secara keseluruhan yang lebih baik seiring bertambahnya usia.

 


Hipnosis

Amen juga menyebut hipnosis sebagai alat yang dapat membantu menghilangkan stres dan mengurangi kecemasan.

Hipnoterapis NYC Elena Mosaner menjelaskan bagaimana dan mengapa hipnosis bekerja: “Apa yang kami lakukan adalah menggunakan teknik relaksasi,” sehingga pasien “memasuki keadaan pikiran yang rileks, dan alam bawah sadar [mereka] terbuka terhadap sugesti.

“Pikiran sadar kita adalah pikiran yang kita gunakan saat kita benar-benar terjaga,” katanya kepada The Post.

“Pikiran bawah sadar Anda adalah bagian terdalam dari diri Anda dan berisi informasi seperti keyakinan, kebiasaan, dan pola Anda – pada dasarnya, pandangan Anda terhadap dunia.”


Menamai Otak

Beri nama pada otak Anda dan Amen memastikan disonansi akan membantu menenangkan pikiran.

“Kami mengajari orang-orang bagaimana mendapatkan jarak psikologis dari kebisingan di kepala mereka dengan memberi nama pada pikiran mereka,” katanya.

Steven Hayes, penulis “A Liberated Mind,” juga mendorong orang-orang yang cemas untuk menamai otak mereka dan kemudian memperkenalkan diri mereka kepadanya seperti yang mereka lakukan pada orang asing di sebuah pesta.

Hayes menjelaskan bahwa memberi nama pada pikiran menciptakan pemisahan yang sehat antara pikiran dan keyakinan.

“Ketika Anda mendengarkan orang lain, Anda dapat memilih untuk setuju dengan apa yang mereka katakan atau tidak. … Itu adalah postur yang ingin Anda ambil dengan suara internal Anda.”

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya