Jangan Didiamkan, Ini Cara Atasi Luka Kronis agar Tak Berujung Komplikasi

uka kronis merupakan luka yang gagal sembuh melalui proses penyembuhan luka normal dalam jangka waktu tiga bulan atau lebih.

oleh Dyah Puspita Wisnuwardani diperbarui 15 Okt 2024, 20:57 WIB
Diterbitkan 15 Okt 2024, 20:00 WIB
Ilustrasi Luka
Ilustrasi luka. (Foto: Unsplash/Dian Polekhina)

Liputan6.com, Jakarta - Dalam dunia medis, luka kronis merupakan salah kondisi yang perlu perhatian serius. Luka kronis merupakan luka yang gagal sembuh melalui proses penyembuhan luka normal dalam jangka waktu tiga bulan atau lebih.

Luka kronis tidak hanya mengganggu kenyamanan individu, melainkan juga berdampak besar pada sistem kesehatan nasional, khususnya jika berujung pada amputasi. Kondisi seperti ini bisa terjadi pada banyak pasien, terlebih pada mereka yang menderita penyakit kronis seperti diabetes.

Riset Etiology, Epidemiology and Disparities in the Burden of Diabetic Foot Ulcers di National Library of Medicine menunjukkan, sekitar 20 persen individu yang memiliki luka diabetes memerlukan amputasi kaki, baik minor (di bawah pergelangan kaki), maupun mayor (di atas pergelangan kaki), atau keduanya. Fakta lainnya, diperkirakan 10 persen akan meninggal dalam waktu satu tahun setelah diagnosis luka diabetes yang pertama. Infeksi luka diabetes terjadi pada sekitar 60 persen dari pasien luka diabetes. Di antara orang-orang yang mengalami infeksi luka diabetes, sebagian besar memerlukan tindakan bedah untuk membersihkan luka, dan sebanyak 15—20 persen memerlukan tindakan amputasi.

“Problem yang mungkin dihadapi pada luka yang sulit sembuh adalah adanya jaringan nekrotik atau jaringan mati, bakteri atau infeksi, eksudat (nanah) yang berlebih. Selama problem masih ada penyembuhan tidak akan berjalan atau berhenti. Dampaknya akan membuat perawatan menjadi lama, biaya perawatan dan pengobatan meningkat, dan fungsi sosialnya akan terganggu (produktivitas, pergaulan, pekerjaan, dan lain-lain),” ungkap Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, Prof. Dr. dr. David Sontani Perdanakusuma, Sp.BP-RE(K) dalam temu media bersama Kalbe di Jakarta, Sabtu (12/10). 

 

Perawatan Luka yang Tepat

Beberapa dampak tersebut bisa dihindari dengan penanganan luka yang tepat. David menekankan, percepatan penyembuhan luka dapat dilakukan dengan modalitas terkini dari hasil penelitian, yakni menggunakan secretome dan stem cell. David menambahkan, penggunaan metode modern wound dressing (balutan luka modern) dan Negative Pressure Wound Therapy atau NPWT (perawatan luka tekanan negatif) juga dapat menjadi solusi untuk mempercepat proses penyembuhan luka dan mencegah luka semakin memburuk.

Menurutnya, pendekatan modern dalam perawatan luka yang terpenting adalah memastikan kondisinya tetap "moist" atau lembap. Hak ini menjadi kunci utama mempercepat proses penyembuhan. David juga menambahkan bahwa jenis perawatan yang dipilih harus disesuaikan dengan kondisi luka, baik itu luka basah maupun kering.

Untuk luka yang menghasilkan banyak cairan (eksudat), foam atau busa adalah pilihan yang tepat. Foam bekerja menyerap cairan berlebih dari luka dan menjaga kelembapan yang optimal. Sementara untuk luka yang kering, gel bisa menjadi pilihan ideal karena membantu mempertahankan kelembaban yang diperlukan untuk proses penyembuhan.

"Kalau basah, pilih yang bentuknya foam, kalau kering, pilih yang bentuknya gel," jelasnya.

Selain itu, dalam kasus di mana terdapat infeksi bakteri, penggunaan dressing yang mengandung silver dapat membantu menekan pertumbuhan bakteri dan mempercepat penyembuhan.

"Kalau ada bakteri, pilih yang ada silvernya," tambahnya.

 

Kapan Harus ke Dokter Saat Mengalami Luka?

Sekretaris KSM Bedah RSCM dan Koadminko Departemen Bedah FKUI, Dr. dr. Dedy Pratama, Sp.B, Subsp.BVE(K) menyoroti pentingnya mendeteksi luka sejak dini dan segera berkonsultasi dengan dokter jika kondisi luka tidak menunjukkan tanda-tanda penyembuhan.

"Jangan ditunggu, jangan ditunda, sebaiknya segera konsultasi dengan dokter," tegas Dedy.

Dalam banyak kasus, terutama bagi pasien dengan penyakit seperti diabetes, luka kecil yang diabaikan bisa berkembang menjadi masalah serius yang sulit ditangani.

Ia menambahkan bahwa salah satu indikasi yang perlu diperhatikan adalah ketika luka mulai memerah, bengkak, atau bahkan mengeluarkan cairan nanah. Kondisi seperti ini harus segera ditangani oleh tenaga medis untuk mencegah komplikasi lebih lanjut.

"Jika sudah muncul tanda-tanda seperti itu, sebaiknya segera datang ke fasilitas kesehatan untuk penanganan lebih lanjut," jelas Dedy.

PT Kalbe Farma Tbk (Kalbe) pun berkomitmen menyehatkan bangsa dengan edukasi kesehatan dan menyediakan obat-obatan, termasuk untuk perawatan luka kronik, terlebih yang terkait kondisi diabetes.

"Kalbe sangat peduli terhadap penanganan penyakit diabetes di Indonesia melalui Kalbe Diabetes Total Solution. Komplikasi diabetes dapat menyebabkan berbagai penyakit seperti gagal ginjal, stroke termasuk juga luka yang sulit sembuh,” ujar Pharma Marketing Deputy Director PT Kalbe Farma Tbk, dr. Selvinna, M. Biomed.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya