Liputan6.com, Jakarta - Intermittent fasting (IF) semakin populer sebagai pola makan yang diklaim memberikan banyak manfaat kesehatan. Selain membantu menurunkan berat badan, Dokter Gizi dari Siloam Hospitals Kebon Jeruk, dr. Marya Haryono, M.Gizi, Sp.GK, FINEM, mengatakan, intermittent fasting bisa memberikan hasil positif bagi kesehatan tubuh, termasuk dalam menstabilkan tekanan darah, gula darah, dan menurunkan kadar kolesterol jahat.
Namun, Marya mengingatkan untuk memahami bahwa setiap orang memiliki respons yang berbeda terhadap metode ini. "Tujuan dari intermittent fasting tentu baik, tetapi adaptasi tubuh terhadap pola ini bisa berbeda-beda pada setiap individu," ujar dr. Marya.
Advertisement
Baca Juga
Perhatikan Adaptasi Tubuh terhadap Intermittent Fasting
Saat menjalani intermittent fasting, tubuh membutuhkan waktu untuk beradaptasi. Bagi sebagian orang, pola ini bisa memberikan manfaat kesehatan, tetapi bagi sebagian lainnya bisa menimbulkan efek samping seperti:
Advertisement
- Pusing berkepanjangan
- Kesulitan berpikir atau merasa lemas
- Tidak bertenaga saat berolahraga
- Gula darah turun drastis atau menjadi tidak stabil
"Jika seseorang mengalami efek samping seperti ini, maka intermittent fasting mungkin tidak cocok untuknya," kata Marya dalam sebuah diskusi bersama media belum lama ini.
Setiap orang memiliki kondisi tubuh yang berbeda, sehingga tidak bisa menyamaratakan satu metode pola makan untuk semua orang.
Intermittent Fasting Apakah Baik untuk Kesehatan?
Agar intermittent fasting tetap memberikan manfaat kesehatan, dr. Marya menekankan pentingnya menjaga keseimbangan gizi. "Kalau mendapat manfaat dari intermittent fasting, baik secara klinis maupun dari hasil laboratorium, silakan lanjutkan. Namun, tetap harus mengadaptasi pola makan dengan nilai gizi seimbang," jelasnya.
Jika seseorang merasa pusing atau bahkan pingsan setelah mencoba intermittent fasting, maka sebaiknya pola makan ini dievaluasi kembali. "Jangan sampai hanya karena ingin kurus, kita mengabaikan kesehatan tubuh lainnya," tambahnya.
Diet yang baik adalah yang tetap memenuhi kebutuhan nutrisi tubuh tanpa menimbulkan efek samping negatif.
Advertisement
Jangka Panjang dan Konsistensi
Selain itu, dr. Marya juga menekankan bahwa kebiasaan baru, termasuk intermittent fasting, membutuhkan waktu adaptasi yang berbeda untuk setiap individu. "Ada yang bilang kebiasaan bisa terbentuk dalam 21 hari. Namun, jika sejak awal sudah terasa tidak nyaman, mungkin pola ini memang tidak cocok," ungkapnya.
Tidak hanya intermittent fasting, masih ada banyak metode diet lain yang bisa diterapkan sesuai dengan kebutuhan tubuh masing-masing. "Yang penting adalah memastikan bahwa pola makan yang dipilih tetap memenuhi kebutuhan gizi seimbang dan memberikan manfaat bagi kesehatan jangka panjang," tambah dr. Marya.
Pertimbangan Penting Sebelum Memulai IF
Intermittent fasting bisa menjadi cara efektif untuk menurunkan kolesterol, gula darah, serta mengontrol tekanan darah. Namun, setiap individu perlu memperhatikan bagaimana tubuhnya beradaptasi dengan metode ini. Jika mengalami efek samping yang mengganggu aktivitas sehari-hari, sebaiknya pola makan ini dievaluasi kembali atau mencari alternatif yang lebih sesuai.
Seperti yang disampaikan oleh dr. Marya Haryono,"Intermittent fasting tidak wajib bagi semua orang. Yang terpenting adalah menerapkan pola makan yang sehat, seimbang, dan memberikan manfaat jangka panjang bagi tubuh."
Advertisement
![Loading](https://cdn-production-assets-kly.akamaized.net/assets/images/articles/loadingbox-liputan6.gif)