Liputan6.com, Jakarta Puasa Ramadan bisa jadi tantangan besar bagi pasien gastroesophageal reflux disease (GERD) atau penyakit asam lambung.
Menurut dokter spesialis penyakit dalam RS EMC Cibitung, Steffie Simpinano Solin, GERD merupakan kondisi yang sering dikeluhkan pasien, terutama saat bulan Ramadhan.
Advertisement
Baca Juga
“Beberapa pengidap GERD mungkin khawatir bahwa puasa dapat memperburuk gejala mereka. Namun, dengan manajemen yang tepat, puasa dapat dijalani dengan nyaman tanpa menyebabkan kekambuhan GERD,” tulis Steffie di laman EMC, dikutip Rabu (5/3/2025).
Advertisement
Dia pun membagikan beberapa strategi yang dapat diterapkan untuk menghindari kambuhnya GERD selama puasa, yakni:
Pilih Makanan yang Tepat Saat Sahur dan Berbuka
Salah satu kunci utama dalam mengontrol GERD saat puasa adalah dengan memerhatikan jenis makanan yang dikonsumsi. Pilih makanan yang mudah dicerna, seperti karbohidrat kompleks (nasi, roti gandum, oatmeal) yang dapat membantu menjaga kestabilan asam lambung.
Hindari makanan pemicu GERD, seperti makanan pedas, asam, berlemak tinggi, dan gorengan. Konsumsi protein rendah lemak, seperti ayam tanpa kulit, ikan, dan tahu-tempe.
Perbanyak serat dari sayur dan buah untuk membantu pencernaan tetap lancar.
Atur Pola Makan yang Seimbang
Selain memilih makanan yang tepat, cara mengonsumsinya juga penting dalam menghindari GERD. Berikut beberapa hal yang perlu diperhatikan:
- Jangan makan berlebihan saat berbuka. Mulailah dengan air putih dan makanan ringan seperti kurma, lalu lanjutkan dengan makanan utama setelah 30 menit.
- Makan dengan porsi kecil tetapi sering. Jika memungkinkan, bagi waktu makan menjadi dua kali saat berbuka dan satu kali saat sahur.
- Kunyah makanan dengan baik untuk mengurangi beban kerja lambung.
- Hindari langsung berbaring setelah makan, beri jeda minimal 2-3 jam sebelum tidur.
Kontrol Pola Minum untuk Cegah Dehidrasi
Dehidrasi dapat memicu produksi asam lambung berlebih, yang dapat memperburuk GERD. Oleh karena itu disarankan:
- Minumlah air putih dalam jumlah cukup (8-10 gelas per hari), dibagi rata antara sahur dan berbuka.
- Hindari minuman berkafein seperti kopi, teh, dan soda yang dapat memicu refluks asam lambung.
- Kurangi minuman dingin atau berkarbonasi yang bisa memperburuk gejala GERD.
Advertisement
Hindari Kebiasaan yang Memicu GERD
Selain makanan dan minuman, beberapa kebiasaan juga dapat memperburuk GERD, seperti:
- Merokok dan konsumsi alkohol, yang dapat melemahkan katup esofagus bawah dan memicu refluks asam lambung.
- Kurang tidur atau tidur tidak teratur, karena stres dan kelelahan bisa memperburuk produksi asam lambung.
- Posisi tidur yang salah, sebaiknya tidur dengan posisi kepala lebih tinggi dari badan untuk mengurangi refluks asam lambung.
- Beraktivitas berat setelah makan, hindari olahraga atau aktivitas berat yang dapat meningkatkan tekanan pada perut setelah makan. Disarankan untuk berolahraga setelah 1-2 jam setelah makan.
Kelola Stres dan Emosi
Stres dapat memicu peningkatan produksi asam lambung yang bisa memperburuk GERD. Steffie menyarankan untuk:
- Lakukan teknik relaksasi, seperti meditasi, pernapasan dalam, atau dzikir setelah berbuka.
- Tidur yang cukup, minimal 6-8 jam sehari untuk menjaga keseimbangan hormon tubuh.
- Hindari tekanan emosional berlebihan, karena stres dapat menyebabkan produksi asam lambung meningkat.
Advertisement
Konsumsi Obat jika Diperlukan
Bagi pengidap GERD yang sudah dalam pengobatan, konsultasikan dengan dokter apakah obat dapat dikonsumsi saat sahur atau berbuka. Beberapa obat yang umum digunakan untuk mengatasi GERD antara lain:
- Antasida, untuk menetralisir asam lambung.
- Proton pump inhibitors (PPI) seperti omeprazole dan lansoprazole, untuk mengurangi produksi asam lambung.
- H2 receptor blockers, seperti ranitidine atau famotidine.
- Prokinetik, seperti antagonis dopamine dan antagonis receptor serotonin.
- Potassium – Competitive Acid Blocker (P-CAB), seperti tegoprazan
- Baclofen
- Sucralfat
- Alginat
- Rebamipide.
Jika gejala GERD tetap muncul meskipun sudah mengikuti panduan ini, segera konsultasikan dengan dokter untuk evaluasi lebih lanjut.
“Pasien GERD tetap bisa menjalani puasa dengan nyaman jika menerapkan pola makan sehat, menghindari pemicu GERD, menjaga pola tidur, dan mengelola stres dengan baik.”
“Konsultasi dengan dokter sebelum puasa sangat disarankan bagi pengidap GERD yang memiliki gejala berat atau sedang dalam pengobatan. Dengan strategi yang tepat, puasa bisa menjadi momen yang menyehatkan tanpa perlu khawatir akan kekambuhan GERD,” pungkasnya.
