Lima mahasiswa Institut Pertanian Bogor menemukan teknologi pertanian daging tiruan atau "meat analog" yang berasal dari kecambah Kacang Komak (Lablab Purpureus L (Sweet) yang dapat menjadi substitusi atau pengganti daging sapi.
Kelima mahasiswa merupakan mahasiswa Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Pertanian (IPB) yang tergabung dalam Tim Program Kreativitas Mahasiswa Bidang Penelitian (PKMP) yaitu Ade Riyan S, Lisa, Sarah Tsaqqofa, Angela Ottolen Julita dan Efratia.
"Ada banyak cara menyiasati mahalnya daging sapi. Salah satunya dengan melakukan substitusi bahan baku makanan yang berbasis daging sapi dengan komoditas lain tanpa mengurangi kandungan nutrisinya," kata Ade Riyan selaku ketua Tim PKMP, dalam siaran pers Humas IPByang dikutip, Jumat (2/8/2013).
Â
Ade menyebutkan, daging tiruan bersumber dari protein nabati yang berasal dari kecambah Kacang Komak. Penelitian mengenai daging tiruan tersebut di bawah bimbingan Staf Pengajar Departemen ITP Fateta Dr Ir Nugraha Edie Suyatma, DEA.
  Â
Dijelaskannya, salah satu pemanfaatan sumber protein nabati yang sedang berkembang adalah pembuatan texturized vegetable protein (TVP).
"TVP adalah salah satu produk meat analog yang dibuat dengan memodifikasi protein nabati sehingga teksturnya menyerupai daging," katanya.
Ade menjelaskan, teknologi ini juga banyak diterapkan para industriawan untuk menyiasati mahalnya harga daging. Para industriawan mencari alternatif dengan menggunakan sumber protein nabati untuk mengganti sebagian atau seluruh protein daging.
Dikatakannya, perkembangan produk daging tiruan di pasar internasional cukup pesat. Mengingat kelebihan yang didapat dari daging tiruan adalah harganya yang relatif lebih murah dan ketersediaannya terjamin serta memberikan keuntungan gizi.
  Â
"Bahan yang banyak digunakan dalam pembuatan daging tiruan adalah campuran dari tepung kedelai dan gluten terigu," ujarnya.
Namun, lanjut Ade, mahalnya harga kedelai di Indonesia, mendorong peneliti mencari alternatif sumber protein nabati lain.
"Salah satu bahan yang dapat digunakan sebagai alternatif pengganti kacang kendelai adalah Kacang Komak," katanya.
Menurut Ade, Kacang Komak berpotensi menggantikan sebagian atau seluruh kacang kedelai pada pembuatan produk pangan berbasis kacang kedelai, yaitu tempe, tauco, kecap, tepung komposit, makanan bayi, dan konsentrat protein adalah produk yang dapat dihasilkan dari kacang komak.
  Â
Diungkapkannya, berdasarkan penelitian-penelitian terdahulu, Kacang Komak terbukti memiliki karakter fraksi protein dan sifat fungsional yang hampir sama dengan kacang kedelai.
Sifat tepung kacang komak yang tinggi protein namun rendah lemak (sekitar 1 persen) memungkinkan untuk digunakan sebagai bahan pangan berbasis protein seperti TVP, yang tidak memerlukan proses ekstraksi lemak terlebih dahulu sehingga lebih mudah dibuat dan tidak memerlukan waktu yang lama.
"Proses perkecambahan kacang komak membantu daya cerna nutrisi karena terjadi proses katabolis yang menyediakan zat-zat gizi penting bagi tubuh," tuturnya.
(Abd)
Kelima mahasiswa merupakan mahasiswa Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Pertanian (IPB) yang tergabung dalam Tim Program Kreativitas Mahasiswa Bidang Penelitian (PKMP) yaitu Ade Riyan S, Lisa, Sarah Tsaqqofa, Angela Ottolen Julita dan Efratia.
"Ada banyak cara menyiasati mahalnya daging sapi. Salah satunya dengan melakukan substitusi bahan baku makanan yang berbasis daging sapi dengan komoditas lain tanpa mengurangi kandungan nutrisinya," kata Ade Riyan selaku ketua Tim PKMP, dalam siaran pers Humas IPByang dikutip, Jumat (2/8/2013).
Â
Ade menyebutkan, daging tiruan bersumber dari protein nabati yang berasal dari kecambah Kacang Komak. Penelitian mengenai daging tiruan tersebut di bawah bimbingan Staf Pengajar Departemen ITP Fateta Dr Ir Nugraha Edie Suyatma, DEA.
  Â
Dijelaskannya, salah satu pemanfaatan sumber protein nabati yang sedang berkembang adalah pembuatan texturized vegetable protein (TVP).
"TVP adalah salah satu produk meat analog yang dibuat dengan memodifikasi protein nabati sehingga teksturnya menyerupai daging," katanya.
Ade menjelaskan, teknologi ini juga banyak diterapkan para industriawan untuk menyiasati mahalnya harga daging. Para industriawan mencari alternatif dengan menggunakan sumber protein nabati untuk mengganti sebagian atau seluruh protein daging.
Dikatakannya, perkembangan produk daging tiruan di pasar internasional cukup pesat. Mengingat kelebihan yang didapat dari daging tiruan adalah harganya yang relatif lebih murah dan ketersediaannya terjamin serta memberikan keuntungan gizi.
  Â
"Bahan yang banyak digunakan dalam pembuatan daging tiruan adalah campuran dari tepung kedelai dan gluten terigu," ujarnya.
Namun, lanjut Ade, mahalnya harga kedelai di Indonesia, mendorong peneliti mencari alternatif sumber protein nabati lain.
"Salah satu bahan yang dapat digunakan sebagai alternatif pengganti kacang kendelai adalah Kacang Komak," katanya.
Menurut Ade, Kacang Komak berpotensi menggantikan sebagian atau seluruh kacang kedelai pada pembuatan produk pangan berbasis kacang kedelai, yaitu tempe, tauco, kecap, tepung komposit, makanan bayi, dan konsentrat protein adalah produk yang dapat dihasilkan dari kacang komak.
  Â
Diungkapkannya, berdasarkan penelitian-penelitian terdahulu, Kacang Komak terbukti memiliki karakter fraksi protein dan sifat fungsional yang hampir sama dengan kacang kedelai.
Sifat tepung kacang komak yang tinggi protein namun rendah lemak (sekitar 1 persen) memungkinkan untuk digunakan sebagai bahan pangan berbasis protein seperti TVP, yang tidak memerlukan proses ekstraksi lemak terlebih dahulu sehingga lebih mudah dibuat dan tidak memerlukan waktu yang lama.
"Proses perkecambahan kacang komak membantu daya cerna nutrisi karena terjadi proses katabolis yang menyediakan zat-zat gizi penting bagi tubuh," tuturnya.
(Abd)