Bayi Lelaki yang Kelahirannya Diinduksi Berisiko Besar Autisme

Persalinan dengan bantuan induksi atau dipercepat dengan obat ternyata ada risikonya. Bayi lebih besar kemungkinannya mengalami autisme.

oleh Melly Febrida diperbarui 13 Agu 2013, 17:30 WIB
Diterbitkan 13 Agu 2013, 17:30 WIB
rayen-autis-130402b.jpg
Persalinan dengan bantuan induksi atau dipercepat dengan obat ternyata ada risikonya. Bayi lebih besar kemungkinannya mengalami autisme.

Menurut penelitian di Amerika Serikat, bayi laki-laki yang lahirnya sulit sepertiga kali lebih berisiko mengalami autisme. Berbeda dengan ahli dari Inggris yang menyebutkan risikonya kecil, sekitar 1 dari 500 kelahiran yang dibantu.

Sekitar satu dari lima kelahiran di Inggris dibantu dengan obat-obatan seperti oksitosin untuk memicu persalinan.

Peneliti AS menganalisa 625.042 kelahiran yang hidup yang dihubungkan dengan catatan sekolah, termasuk 5.500 anak yang diklasifikasikan dengan autisme.

Anak-anak gadis ditemukan peningkatan risikonya kecil ketika menggunakan obat untuk meningkatkan kontraksi. Saat ini, sekitar 1 dari 100 anak mengalami autisme, tapi gejalanya tidak terlihat sampai tahun kedua kehidupan.

Autistic spectrum disorder (ASD) memengaruhi sekitar 600.000 anak-anak dan orang dewasa di Inggris.

Para peneliti di Duke University Medical Center, Durham, North Carolina, menemukan risiko autisme pada anak laki-laki yang kelahirannya diinduksi antara 15 persen dan 35 persen lebih tinggi dibandingkan yang tidak. Tapi kemungkinan anak yang kelahiran yang dibantu mengembangkan autis tetap sangat rendah. Hal ini diungkapkan dalam laporan di jurnal JAMA Pediatrics, seperti dikutip Dailymail, Selasa (13/8/2013).

Prof Kevin McConway, Profesor Statistik Terapan di Universitas Terbuka, mengatakan, ada bukti autisme dihubungkan dengan faktor risiko yang berhubungan dengan 'kelahiran yang sulit'. Tapi efek dari faktor risiko cukup kecil, sekitar 13 pada 1.000 anak laki-laki.

Namun, Profesor McConway menjelaskan, dengan penelitian ini bukan berarti melakukan induksi harus dihentikan.

"Kita tidak bisa hanya menghentikan induksi atau augmentasi. Dari penelitian sangat jelas menunjukkan ada manfaat yang sangat besar untuk ibu dan bayi dalam kasus-kasus tertentu," ujarnya.

(Mel)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya