Pria yang Menikah Hidup Lebih Lama?

Menikah itu baik untuk kesehatan, khususnya bila Anda seorang pria. Pria yang menikah cenderung hidup lebih lama dibandingkan yang tidak

oleh Gabriel Abdi Susanto diperbarui 24 Sep 2013, 13:30 WIB
Diterbitkan 24 Sep 2013, 13:30 WIB
pria-menikah-130924b.jpg
Menikah itu baik untuk kesehatan, khususnya bila Anda seorang pria. Pria yang menikah cenderung hidup lebih lama dibandingkan dengan yang tidak. Mereka juga lebih rajin kontrol kesehatan ke dokter dan memiliki risiko lebih rendah meninggal karena serangan jantung atau stroke.
diyah triarsari

Pria menikah cenderung lebih panjang umur. Alasannya, ketika mengalami nyeri dada karena serangan jantung, pria yang menikah cepat dibawa ke rumah sakit dibandingkan dengan yang hidup sendiri.

Pada perempuan, status pernikahan tidak ada hubungannya dengan seberapa cepat kaum Hawa mencari pengobatan setelah mengalami nyeri dada karena serangan jantung. Demikian menurut studi yang diterbitkan dalam Canadian Medical Association Journal.

“Salah satu alasannya, secara tradisional perempuan cenderung menjadi pihak yang mengurus dalam sebuah hubungan suami istri, dan lebih mendorong suami untuk mencari pengobatan medis daripada sebaliknya,” kata Clare Atzema, MD, peneliti di Institute for Clinical Evaluative Sciences, organisasi nirlaba yang berpusat di Toronto dan mempelajari perawatan kesehatan di Ontario.

Peran perempuan dalam perkawinan itu begitu berakar, sehingga seorang istri tak perlu secara fisik berada di dekat suaminya ketika serangan jantung, untuk punya pengaruh terhadap suaminya. “Pria hanya tahu kapan istrinya kembali dan mengetahui terkena serangan jantung setelah menunggu selama lima atau enam jam. Antisipasi harus menunggu berjam-jam itu membuat pria mencari pengobatan lebih cepat dan efektif,” tambahnya.

pria-ilfil-130917c.jpg


Pria cenderung abai

“Pria memang cenderung mengabaikan gejala penyakit pada dirinya dan istrinya. Secara umum, istri lebih memperhatikan kesehatan suaminya. Ada konsekuensi menguntungkan buat kesehatan pria dalam pernikahan,” kata Janice Kiecold-Glaser, Ph.D, profesor psikiatri dan psikologi dari Ohio State University’s Institute for Behaviorial Medicine Research, yang juga meneliti soal manfaat perkawinan tetapi tidak terlibat dalam penelitian ini.

Atzema dan timnya menganalisis catatan medis 4.403 pasien di Ontario yang dirawat di rumah sakit setelah mengalami nyeri dada. Selanjutnya mereka dirawat karena serangan jantung. Nyeri dada adalah gejala serangan jantung yang umum, meski tidak terjadi di semua kasus.

Sebagian besar pria dan perempuan, responden penelitian ini, rata-rata berusia 67 tahun. Mereka tiba di ruang gawat darurat enam jam setelah gejala pertama timbul.

Hasil penelitian itu, tiga perempat dari orang yang menikah mencari perawatan medis dalam waktu enam jam dibandingkan dengan 68 persen yang tak menikah, 69 persen yang bercerai, dan 71 persen yang pasangannya sudah meninggal. Secara keseluruhan, orang yang menikah pergi ke rumah sakit rata-rata 30 menit lebih cepat daripada yang tidak menikah.

Setelah menghitung faktor-faktor lain yang potensial meringankan seperti usia, pendapatan, dan berbagai ukuran kesehatan, peneliti menemukan bahwa tindakan menelepon ambulan adalah yang paling erat hubungannya dengan kedatangan pasien di ruang gawat darurat dibandingkan dengan status pernikahan. Bahkan, riwayat serangan jantung sebelumnya juga punya dampak yang besar.

Namun, ketika mencermati lebih mendalam, para peneliti menemukan perbedaan pengobatan antara mereka yang menikah dan yang tidak, hanya terjadi pada pria. Atzema mencurigai, pola ini menjadi semakin tidak bermakna dalam beberapa generasi mendatang ketika peran jenis kelamin berevolusi dan tidak seperti sekarang lagi.

Ketika pria mengambil peran sebagai suami yang mengurus keluarga dan kini lebih banyak pasangan sejenis yang menikah, pria mungkin lebih memperhatikan kesehatannya. Atzema menduga, perbedaan pengobatan pria menikah dan tidak seperti dalam penelitiannya akan berkurang pula.

(Abd)

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya