Deodoran Alami dari Daun Bluntas ala Mahasiswa UNY

Mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta ini membuat deodoran dari Daun bluntas. Bagaimana caranya?

oleh Gabriel Abdi Susanto diperbarui 24 Jan 2014, 15:00 WIB
Diterbitkan 24 Jan 2014, 15:00 WIB
deodoran-anak130129b.jpg
Pohon beluntas banyak ditemui di desa sebagai tanaman pagar atau tumbuhan liar di kebun. Meski daunnya bisa dimanfaatkan, tidak banyak orang (terutama orang desa) yang tahu apa manfaatnya selain digunakan untuk lalapan dan membuat urap.

Tak heran bila oleh sebagian besar penduduk desa digunakan sebagai pakan ternak penduduk, seperti sapi, kambing dan kerbau. Dalam industri modern, daun beluntas bahkan bisa digunakan untuk obat di antaranya untuk penurun panas, meredakan nyeri rheumatik, dan mencegah timbulnya bau badan.

Ini karena daun beluntas mengandung senyawa fitokimia yaitu senyawa tannin, fenol, flavonoid, sterol, dan alkaloid yang berpotensi sebagai sumber antioksidan dan antibakteri.
 
Untuk menambah manfaat daun beluntas tersebut, para mahasiswa FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta antara lain Anita Ekantini, Indarti, Sri Kusyani, Chandra Dewi Puspitasari (Prodi Pendidikan IPA), dan Yuli Subekti (Pendidikan Kimia) melakukan penelitian dengan judul “Deodorant  Spray  Ekstrak Pucuk Daun Beluntas (Pluchea indica (L) Less”.
 
Anita menjelaskan bahwa pembuatan ekstrak pucuk daun beluntas ini dilakukan dengan cara yang paling sederhana, yaitu dengan menghaluskan pucuk daun beluntas dengan blender kemudian memerahnya dan menyaringnya. Dengan metode ini didapatkan hasil ekstrak pucuk daun beluntas yang berwarna hijau tua. Untuk menghilangkan warna hijau, kami menggunakan norit (arang aktif) sebagai penyerap zat warna.
 
Norit sebanyak 3 gram dicampurkan dengan ekstrak pucuk daun beluntas sebanyak 100 mL. Dari penyampuran ini didapatkan cairan yang berwarna itam. Campuran ini dimasukkan ke dalam botol dan kemudian didiamkan selama sehari (12 jam). Setelah itu, campuran antara ekstrak pucuk daun beluntas dan norit disaring dengan kertas saring. Tujuan dari penyaringan ini adalah untuk memisahkan antara norit dengan ekstrak pucuk daun beluntas. Penyaringan ini dilakukan sebanyak tiga kali untuk mendapatkan ekstrak pucuk daun beluntas yang jernih.
 
“Setelah didapatkan sari dari pucuk daun beluntas, kemudian dibuat ekstrak pucuk daun beluntas dengan berbagai konsentrasi, yaitu 100 persen, 75 persen, 50 persen, dan 25 persen. Pembuatan varian konsentrasi dari ekstrak pucuk daun beluntas ini dengan cara mengencerkan ekstrak pucuk daun beluntas konsentrasi 100 persen dengan aquades," jelas Anita seperti dikutip dari uny.ac.id, Jumat (24/1/2014).

Selanjutnya dilakukan pengujian aktivitas antibakteri dengan metode Weel Difusion. Metode ini dapat menentukan diameter hambat dari ekstrak pucuk daun beluntas (Pluchea indica (L) Less) terhadap bakteri Staphylococcus epidermidis.
 
Berdasarkan hasil pengujian aktivitas antibakteri dalam  ekstrak pucuk daun beluntas terhadap bakteri Staphylococcus epidermidis, diketahui bahwa konsentrasi ekstrak pucuk daun beluntas yang paling efektif untuk membunuh bakteri Staphylococcus epidermidis  adalah pada konsentrasi 100 persen.
 
Pembuatan deodorant spray estrak pucuk daun beluntas dilakukan dengan cara mencampur eksrak pucuk daun beluntas pada berbagai konsentrasi dengan alkohol dan akuades. Formulanya adalah, 20 ml alkohol 96 persen, 30 ml ekstrak pucuk daun beluntas dengan konsentrasi 100 persen,  dan 40 ml aquades.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya