Sadar akan dikaruniai seorang anak yang terlahir cacat dan tidak dapat bertahan hidup cukup lama, membuat pasangan suami istri Josh dan Robbyn Blick berjanji tidak akan bersedih, dan akan menciptakan hal-hal indah di sisa hidup sang anak.
Zion Yesaya lahir pada 11 Januari 2014 dengan berat hanya 4 pounds 7 ons (2.1 kilogram), dan diagnosa memiliki kelainan genetik yang langka. Dokter memvonis hidup sang anak tak lebih dari 10 hari.
Saat Zion lahir, Josh, Robby, serta ketiga anaknya berinisitaif untuk mendokumentasikan sepuluh hari berharga yang dimiliki Zion di kediamannya yang berada di Lake Zurich, Illinois. Dan tepat 21 Januari 2014, Zion tidur untuk selama-lamanya.
Melalui foto-foto indah yang diposting ke Instagram dan Vimeo, kedua orangtua berbahagia itu berbagi saat-saat Zion dilahirkan di rumah sakit, sampai perayaan ulangtahun satu minggu yang dikelilingi oleh saudara-saudaranya.
Dikenal sebagai pasangan Kristen yang taat, membuat keduanya tak lantas bersedih ketika diberi cobaan seperti itu. Kedua sadar, hidup pendek yang dimiliki Zion mengajarkan keduanya tentang kasih Tuhan dan harapan setelah kematian.
"My sweet precious, Zion. You are my gift," ucap Robby dalam video yang diunggah ke dalam Vimeo pribadi miliknya.
"Every breath you took was a moment to inhale perfection of God's beauty. Every beat of your heart was a measure of love," kata dia lagi.
Kepada the Blaze, keduanya mengaku bahwa pertama kali mengetahui anaknya itu memiliki trisomi 18 yang dikenal sebagai sindrom Edwards, saat usia kandungan Robbyn menginjak 20 minggu. Kondisi genetik yang dimiliki Zion, membuat kelainan pada bagian tubuh, dan tingkat kelangsungan hidup yang rendah karena kelainan jantung. Selain itu, Zion juga mengalami kelainan ginjal dan gangguan organ internal lainnya.
Beberapa anak dengan kelainan genetik seperti ini, akan membuat cacat di bagian telinga, rahang berukuran kecil dan kepala kecil, dan kelangsungan hidup di luar periode neonatal.
"Pilihan kita ingin anak itu hidup, dan memberinya kesempatan," kata Robbyn seperti dikutip Daily Mail, Kamis (6/2/2014)
Di saat Zion mengembuskan napas terakhirnya, kedua orangtua dan ketiga kakaknya mengucapkan terimakasih yang teramat dalam kepada Zion. Karena dia mampu mengajarkan hidup yang singkat, dan bagaimana dia mampu membawa semuanya dekat kepada Tuhan.
(Adt/Abd)
Zion Yesaya lahir pada 11 Januari 2014 dengan berat hanya 4 pounds 7 ons (2.1 kilogram), dan diagnosa memiliki kelainan genetik yang langka. Dokter memvonis hidup sang anak tak lebih dari 10 hari.
Saat Zion lahir, Josh, Robby, serta ketiga anaknya berinisitaif untuk mendokumentasikan sepuluh hari berharga yang dimiliki Zion di kediamannya yang berada di Lake Zurich, Illinois. Dan tepat 21 Januari 2014, Zion tidur untuk selama-lamanya.
Melalui foto-foto indah yang diposting ke Instagram dan Vimeo, kedua orangtua berbahagia itu berbagi saat-saat Zion dilahirkan di rumah sakit, sampai perayaan ulangtahun satu minggu yang dikelilingi oleh saudara-saudaranya.
Dikenal sebagai pasangan Kristen yang taat, membuat keduanya tak lantas bersedih ketika diberi cobaan seperti itu. Kedua sadar, hidup pendek yang dimiliki Zion mengajarkan keduanya tentang kasih Tuhan dan harapan setelah kematian.
"My sweet precious, Zion. You are my gift," ucap Robby dalam video yang diunggah ke dalam Vimeo pribadi miliknya.
"Every breath you took was a moment to inhale perfection of God's beauty. Every beat of your heart was a measure of love," kata dia lagi.
Kepada the Blaze, keduanya mengaku bahwa pertama kali mengetahui anaknya itu memiliki trisomi 18 yang dikenal sebagai sindrom Edwards, saat usia kandungan Robbyn menginjak 20 minggu. Kondisi genetik yang dimiliki Zion, membuat kelainan pada bagian tubuh, dan tingkat kelangsungan hidup yang rendah karena kelainan jantung. Selain itu, Zion juga mengalami kelainan ginjal dan gangguan organ internal lainnya.
Beberapa anak dengan kelainan genetik seperti ini, akan membuat cacat di bagian telinga, rahang berukuran kecil dan kepala kecil, dan kelangsungan hidup di luar periode neonatal.
"Pilihan kita ingin anak itu hidup, dan memberinya kesempatan," kata Robbyn seperti dikutip Daily Mail, Kamis (6/2/2014)
Di saat Zion mengembuskan napas terakhirnya, kedua orangtua dan ketiga kakaknya mengucapkan terimakasih yang teramat dalam kepada Zion. Karena dia mampu mengajarkan hidup yang singkat, dan bagaimana dia mampu membawa semuanya dekat kepada Tuhan.
(Adt/Abd)