Bank sampah di Malaka Sari Jakarta Timur saat ini merupakan satu-satunya bank sampah di Jakarta yang berstandar "gold" dilihat dari jumlah nasabahnya dan sampah yang terserap dari masyarakat.
"Jumlah nasabah kita sudah lebih dari 300 orang dan sampah yang terserap setiap bulan bisa mencapai 2-2,5 ton," kata pelopor bank sampah, Prakoso di Jakarta, seperti dikutip dari Antara Jumat (21/2/2014).
Standarisasi tersebut diberikan oleh Pemda DKI Jakarta melalui program "Jakarta Green and Clean", tambah Prakoso.
Menurut dia, nasabah Bank Sampah Malaka Sari bukan hanya warga setempat tapi juga dari Tambun, Bekasi, Pondok Gede, Bintaro termasuk beberapa perusahaan.
"Awalnya pada 2008 nasabah kita hanya 20 orang, tapi karena publikasi dan sosialisasi terus-menerus sampai saat ini nasabah kita terus bertambah," katanya.
Dengan 2-2,5 ton sampah yang berhasil diserap nilainya mencapai Rp2,5 juta per bulan. Setiap tahun Bank Sampah Malaka Sari bisa menyerap lebih dari 10 ton sampah.
Pada 2012 sampah yang terserap dan dikelola sebanyak 18,5 ton dengan nilai rupiah mencapai Rp25 juta. Sedangkan pada 2013 sebanyak 14, 4 ton senilai Rp19,1 juta.
Prokoso mengatakan, sampah yang sudah dipilah di rumah nilainya lebih tinggi daripada yang tidak dipilah.
Hasil tabungan di bank sampah bisa menambah pendapatan dan membantu ekonomi keluarga, misalnya, kata Prakoso, hasil tabungan sampah bisa ditukar dengan sembako.
"Selain bisa menambah pendapatan keluarga juga membantu pemerintah mengurangi sampah dan mengurangi emisi," kata dia.
Bank sampah adalah upaya pengelolaan sampah dengan prinsip 3R (reduce, reuse dan recycle) menggunakan manajemen perbankan konvensional.
Warga yang menabung sampah atau nasabah, memiliki buku tabungan yang dinilai dengan rupiah.
Saat ini dari 65 kelurahan di Jakarta Timur hanya enam kelurahan yang belum memiliki bank sampah. (Abd)
"Jumlah nasabah kita sudah lebih dari 300 orang dan sampah yang terserap setiap bulan bisa mencapai 2-2,5 ton," kata pelopor bank sampah, Prakoso di Jakarta, seperti dikutip dari Antara Jumat (21/2/2014).
Standarisasi tersebut diberikan oleh Pemda DKI Jakarta melalui program "Jakarta Green and Clean", tambah Prakoso.
Menurut dia, nasabah Bank Sampah Malaka Sari bukan hanya warga setempat tapi juga dari Tambun, Bekasi, Pondok Gede, Bintaro termasuk beberapa perusahaan.
"Awalnya pada 2008 nasabah kita hanya 20 orang, tapi karena publikasi dan sosialisasi terus-menerus sampai saat ini nasabah kita terus bertambah," katanya.
Dengan 2-2,5 ton sampah yang berhasil diserap nilainya mencapai Rp2,5 juta per bulan. Setiap tahun Bank Sampah Malaka Sari bisa menyerap lebih dari 10 ton sampah.
Pada 2012 sampah yang terserap dan dikelola sebanyak 18,5 ton dengan nilai rupiah mencapai Rp25 juta. Sedangkan pada 2013 sebanyak 14, 4 ton senilai Rp19,1 juta.
Prokoso mengatakan, sampah yang sudah dipilah di rumah nilainya lebih tinggi daripada yang tidak dipilah.
Hasil tabungan di bank sampah bisa menambah pendapatan dan membantu ekonomi keluarga, misalnya, kata Prakoso, hasil tabungan sampah bisa ditukar dengan sembako.
"Selain bisa menambah pendapatan keluarga juga membantu pemerintah mengurangi sampah dan mengurangi emisi," kata dia.
Bank sampah adalah upaya pengelolaan sampah dengan prinsip 3R (reduce, reuse dan recycle) menggunakan manajemen perbankan konvensional.
Warga yang menabung sampah atau nasabah, memiliki buku tabungan yang dinilai dengan rupiah.
Saat ini dari 65 kelurahan di Jakarta Timur hanya enam kelurahan yang belum memiliki bank sampah. (Abd)