Bank Sampah Malaka Sari yang terletak di Jalan Delima III nomor 190, Kelurahan Malaka Sari, Kecamatan Duren Sawit, Jakarta Timur, sudah ada sejak tahun 2008. Setelah hampir 6 tahun berdiri, nasabah yang ada sudah lebih dari 300 orang, dan dicap sebagai bank sampah berstandar 'Gold' dari Pemerintah.
Lantas, bagaimana komentar para nasabah yang menabung sampah di sana?
Berikut penuturan beberapa orang nasabah kepada Health Liputan6.com di Bank Sampah Malaka Sari, Jakarta Timur, ditulis Sabtu (22/2/2014)
1. Rien Soedimulyo
Wanita berusia 68 tahun sudah lama menjadi nasabah tetap di Bank Sampah Malaka Sari, Jakarta Timur. Bahkan diakuinya, dirinya sudah menjadi nasabah sejak bank sampah itu berdiri pertama kali pada tahun 2008.
Selama ini pula, Rien tak pernah merasa kecewa terhadap pelayanan di bank sampah itu, dan untuk pembayarannya sendiri, Rien merasa beruntung karena dapat menjadi nasabah.
"Tahun kemarin saja jumlah uang saya mencapai Rp 1 juta lebih. Per bulannya saya cuma dapat Rp 100 ribu saja. Karena memang jenis sampah saya yang sampah-sampah rumah tangga. Pak Prokosonya juga baik, dan karyawannya pun demikian," kata Rien menuturkan.
Sebagai nasabah, Rien benar-benar merasakan manfaat yang begitu besar. Selain menyetor sampah, Rien juga dapat berpartisipasi untuk membuat kerajinan yang ada di sana.
2. Waluyo
Waluyo sudah 2 tahun ini menjadi nasabah di Bank Sampah Malaka Sari. Awalnya, dia sendiri tidak tahu menahu soal bank sampah ini, karena di tempat tinggalnya tidak ada yang seperti itu.
Setelah tahu di mana lokasinya dan prosedur yang ada, Waluyo menjadi semangat untuk dapat mengumpulkan sampah-sampah dan perlahan mengubah kebiasaannya untuk tidak membuang sampah sembarangan.
"Sekarang saya jadi pintar memilah mana sampah yang bernilai ekonomis dan mana yang tidak. Saya jadi berpikir lagi untuk membuang sampah sembarangan," kata pria 45 tahun itu menceritakan.
3. Asrinto
Bila Rien dan Waluyo adalah nasabah lama, berbeda dengan Asrinto yang tergolong nasabah baru. Sebab, baru Jumat kemarin dia resmi menjadi nasabah di Bank Sampah Malaka Sari, Jakarta Timur.
Asrinto yang merupakan warga Jayakusuma III ini memang mencari-cari bank sampah untuk menyetorkan sampah-sampah yang selama ini dipungutnya. Asrinto sendiri mengakui, lebih senang menyerahkan sampah-sampah itu ketimbang dia harus mengurusnya sendiri.
"Sampah-sampah yang saya bawa ini kumpulan dari dua bulan. Tapi masih tergolong 'kotor'. Saya juga baru tahu, kalau sampahnya 'bersih' jumlah uangnya akan semakin banyak," kata Asrinto menerangkan.
Karyawan lepas di salah satu perusahaan air minum itu mengatakan, mengetahui lokasi bank sampah tersebut dari tetangga sekitarnya. Dan hari itu, karena masih baru, maka uang dari setoran yang berjumlah Rp 103 ribu diambil langsung olehnya.
Bank sampah di Kelurahan Malaka Sari merupakan satu-satunya yang berstatus 'Gold' dalam program Jakarta Green and Clean karena berdasarkan jumlah nasabahnya sudah lebih dari 300 orang dan sampah yang dikelola setiap bulan mencapai 2-2,5 ton.
Dengan 2-2,5 ton sampah yang berhasil diserap nilainya mencapai Rp2,5 juta per bulan. Setiap tahun Bank Sampah Malaka Sari bisa menyerap lebih dari 10 ton sampah.
Pada 2012 sampah yang terserap dan dikelola sebanyak 18,5 ton dengan nilai rupiah mencapai Rp25 juta. Sedangkan pada 2013 sebanyak 14, 4 ton senilai Rp19,1 juta.
Bank sampah merupakan konsep pengelolaan sampah yang dipilah antara sampah organik dengan non organik dan memiliki manajemen layakna perbankan tapi yang ditabung adalah sampah.
Baca juga:
Menengok Bank Sampah Malaka Sari
Bank Sampah Malaka Sari Berstandar `Gold`, Nasabah Lebih dari 300
Bank Sampah Malaka Sari, Percontohan di Dalam dan Luar Negeri
Sampah Tak Selalu Harus Dibuang, Tapi Bisa Menghasilkan
Sampah di Indonesia Paling Banyak Berasal dari Rumah Tangga
Jumlah Sampah di Jakarta Sama dengan Berat 2.000 Ekor Gajah
21 Februari Hari Sampah, Mengenang Tragedi Sampah di Leuwigajah
Lantas, bagaimana komentar para nasabah yang menabung sampah di sana?
Berikut penuturan beberapa orang nasabah kepada Health Liputan6.com di Bank Sampah Malaka Sari, Jakarta Timur, ditulis Sabtu (22/2/2014)
1. Rien Soedimulyo
Wanita berusia 68 tahun sudah lama menjadi nasabah tetap di Bank Sampah Malaka Sari, Jakarta Timur. Bahkan diakuinya, dirinya sudah menjadi nasabah sejak bank sampah itu berdiri pertama kali pada tahun 2008.
Selama ini pula, Rien tak pernah merasa kecewa terhadap pelayanan di bank sampah itu, dan untuk pembayarannya sendiri, Rien merasa beruntung karena dapat menjadi nasabah.
"Tahun kemarin saja jumlah uang saya mencapai Rp 1 juta lebih. Per bulannya saya cuma dapat Rp 100 ribu saja. Karena memang jenis sampah saya yang sampah-sampah rumah tangga. Pak Prokosonya juga baik, dan karyawannya pun demikian," kata Rien menuturkan.
Sebagai nasabah, Rien benar-benar merasakan manfaat yang begitu besar. Selain menyetor sampah, Rien juga dapat berpartisipasi untuk membuat kerajinan yang ada di sana.
2. Waluyo
Waluyo sudah 2 tahun ini menjadi nasabah di Bank Sampah Malaka Sari. Awalnya, dia sendiri tidak tahu menahu soal bank sampah ini, karena di tempat tinggalnya tidak ada yang seperti itu.
Setelah tahu di mana lokasinya dan prosedur yang ada, Waluyo menjadi semangat untuk dapat mengumpulkan sampah-sampah dan perlahan mengubah kebiasaannya untuk tidak membuang sampah sembarangan.
"Sekarang saya jadi pintar memilah mana sampah yang bernilai ekonomis dan mana yang tidak. Saya jadi berpikir lagi untuk membuang sampah sembarangan," kata pria 45 tahun itu menceritakan.
3. Asrinto
Bila Rien dan Waluyo adalah nasabah lama, berbeda dengan Asrinto yang tergolong nasabah baru. Sebab, baru Jumat kemarin dia resmi menjadi nasabah di Bank Sampah Malaka Sari, Jakarta Timur.
Asrinto yang merupakan warga Jayakusuma III ini memang mencari-cari bank sampah untuk menyetorkan sampah-sampah yang selama ini dipungutnya. Asrinto sendiri mengakui, lebih senang menyerahkan sampah-sampah itu ketimbang dia harus mengurusnya sendiri.
"Sampah-sampah yang saya bawa ini kumpulan dari dua bulan. Tapi masih tergolong 'kotor'. Saya juga baru tahu, kalau sampahnya 'bersih' jumlah uangnya akan semakin banyak," kata Asrinto menerangkan.
Karyawan lepas di salah satu perusahaan air minum itu mengatakan, mengetahui lokasi bank sampah tersebut dari tetangga sekitarnya. Dan hari itu, karena masih baru, maka uang dari setoran yang berjumlah Rp 103 ribu diambil langsung olehnya.
Bank sampah di Kelurahan Malaka Sari merupakan satu-satunya yang berstatus 'Gold' dalam program Jakarta Green and Clean karena berdasarkan jumlah nasabahnya sudah lebih dari 300 orang dan sampah yang dikelola setiap bulan mencapai 2-2,5 ton.
Dengan 2-2,5 ton sampah yang berhasil diserap nilainya mencapai Rp2,5 juta per bulan. Setiap tahun Bank Sampah Malaka Sari bisa menyerap lebih dari 10 ton sampah.
Pada 2012 sampah yang terserap dan dikelola sebanyak 18,5 ton dengan nilai rupiah mencapai Rp25 juta. Sedangkan pada 2013 sebanyak 14, 4 ton senilai Rp19,1 juta.
Bank sampah merupakan konsep pengelolaan sampah yang dipilah antara sampah organik dengan non organik dan memiliki manajemen layakna perbankan tapi yang ditabung adalah sampah.
Baca juga:
Menengok Bank Sampah Malaka Sari
Bank Sampah Malaka Sari Berstandar `Gold`, Nasabah Lebih dari 300
Bank Sampah Malaka Sari, Percontohan di Dalam dan Luar Negeri
Sampah Tak Selalu Harus Dibuang, Tapi Bisa Menghasilkan
Sampah di Indonesia Paling Banyak Berasal dari Rumah Tangga
Jumlah Sampah di Jakarta Sama dengan Berat 2.000 Ekor Gajah
21 Februari Hari Sampah, Mengenang Tragedi Sampah di Leuwigajah