5 Fakta Aliran Hakekok Balatasutak, Begini Penjelasan MUI

Aliran Hakekok Balatasutak pertama kali muncul tahun 2004 dan kembali menghebohkan masyarakat karena ritual mandi telanjang yang dilakukan 16 anggotanya pada 11 Maret 2021.

oleh Laudia Tysara diperbarui 14 Mar 2021, 07:18 WIB
Diterbitkan 13 Mar 2021, 17:30 WIB
MUI Beri Fatwa Syariah Pada Proses dan Layanan Jasa KSEI
Sekretaris Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI), Anwar Abbas memberikan sambutan saat penyerahan Fatwa Syariah kepada PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) terkait proses bisnis dan layanan jasa di Gedung Bursa Efek Indonesia, Senin (1/4). (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta Ritual mandi telanjang 16 anggota aliran Hakekok Balatasutak di sebuah rawa pada 11 Maret 2021 sempat menghebohkan masyarakat.

Menurut penjelasan dari Wakil Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Anwar Abbas, aliran Hakekok Balatasutak di Pandeglang, Jawa Barat, adalah sesat.

Hal itu didasarkan pada ajaran Islam yang tidak memberikan tuntutan untuk melakukan kegiatan mandi bugil bersama.

"Jadi cara seperti itu tidak ada tuntunannya dalam agama Islam, artinya aliran sesat berarti," kata Anwar saat dihubungi via telepon kepada Liputan6.com, Sabtu (13/3/2021).

Pihak MUI Pandeglang, Hamdi Ma'ani mengatakan aliran Hakekok Balatasutak pernah dibina, tetapi muncul kembali. Masyarakat diimbau tetap tenang dan tidak terprovokasi.

Berikut Liputan6.com ulas fakta aliran Hakekok Balatasutak dari berbagai sumber, Sabtu (13/3/2021).

Aliran Hakekok Balatasutak Ada Sejak Tahun 2004

Keberadaan aliran Hakekok Balatasutak sudah ada sejak tahun 2004. Aliran sesat ini ditemukan di Kabupaten Pandeglang, Banten.

Pada tahun 2009 silam, aliran Hakekok Balatasutak sudah menghebohkan masyarakat. Para penganutnya disebut kerap menggauli santri dengan janji akan diberikan ilmu kesaktian.

Saat itu juga, aliran ini dibubarkan masyarakat karena mencabuli dua santriwati di padepokan Desa Sekon, Kecamatan Cimanuk, Kabupaten Pandeglang, dengan alasan kawin gaib.

Ketua MUI Pandeglang, Hamdi Ma'ani mengatakan pemimpin aliran Hakekok Balatasutak bernama Arya, usianya 52 tahun. Arya mengaku mengiming-imingi orang-orang agar mau menjadi pengikutnya dengan menawarkan sukses dunia akhirat hingga kaya raya.

Asal Usul Aliran Hakekok Balatasutak

Aliran Hakekok Balatasutak
Polsek Cigeulis menggelar konferensi pers terkait aliran Hakekok Balatasutak yang menggelar ritual mandi bugi bersama di sebuah penampungan air. (Liputan6.com/ Yandhi Deslatama)

Pada 2009 silam, Hakekok Balakutak dipimpin oleh Sahrudin yang berusia 45 tahun, yang merupakan keluarga dari pimpinan saat ini. Sahrudin sudah meninggal dunia, dan aliran itu diteruskan oleh Arya.

Dulu, pengikutnya berasal dari Jawa Barat, Jakarta, dan Banten. Arya merupakan warga asli Bogor, Jawa Barat.

Sang pimpinan aliran Hakekok Balatasutak bercerita kepada Hamdi, dia membuat perjanjian dengan Imam Mahdi untuk menyejahterakan hingga menyukseskan anggotanya di dunia dan akhirat. Akan tetapi, perjanjian itu belum terbukti.

"Tertutup mereka itu, sudah bertahun-tahun. Setelah mereka ada komitmen dengan yang namanya Imam Mahdi itu, mbah yang di sana, nanti akan diberikan kekayaan yang luar biasa, kehidupan yang baik," terang Hamdi.

Ritual Mandi Telanjang Aliran Hakekok Balatasutak

Sebanyak 16 anggota aliran Hakekok Balatasutak melakukan ritual mandi telanjang di sebuah rawa Desa Karang Bolong, Kecamatan Cigeulis, Kabupaten Pandeglang, Banten pada Kamis, 11 Maret 2021.

Kapolsek Cigeulis Iptu Paulus Bayu Triatmaja mengatakan, rawa yang dijadikan lokasi pemandian bugil adalah penampungan air milik PT GAL.

Paulus menjelaskan, dari 16 orang yang mengikuti ritual mandi bugil bersama, sebanyak 15 orang merupakan warga Kabupaten Pandeglang, Banten, dan 1 orang berasal dari Bogor. Mereka terdiri dari 13 orang dewasa dan 3 anak-anak.

Aksi aliran sesat ini didasarkan atas iming-iming kaya dan kesuksesan dunia akhirat, jika menjadi umat yang ‘soleh’. Tujuan utamanya, agar para penganut bisa mendapat kehidupan yang layak. Hal ini diungkap oleh pimpinan aliran Hakekok Balatasutak, Arya.

Pimpinan Aliran Hakekok Balatasutak Punya Ilmu Magis

Polisi menangkap dan mengamankan 16 anggota aliran Hakekok Balakutak, Pandeglang, demi menghindari kericuhan. (Foto: Liputan6.com/Yandhi Deslatama)
Polisi menangkap dan mengamankan 16 anggota aliran Hakekok Balakutak, Pandeglang, demi menghindari kericuhan. (Foto: Liputan6.com/Yandhi Deslatama)

Ketua aliran Hakekok Balakutak diyakini memiliki ilmu magis terutama untuk mempermudah aksinya. Hal ini yang membuat masyarakat awam mudah dipengaruhi olehnya.

"Sebagai pegangan yang bersangkutan, digunakan dia sebagai ketua, punya kemampuan lebih, sehingga bisa memengaruhi pengikutnya," ungkap Kapolres Pandeglang, AKBP Hamam Wahyudi, di Kejari Pandeglang.

Terdapat pula jimat, pusaka, kondom hingga kitab ditemukan dari rumah pimpinan aliran Hakekok Balakutak. Jimat hingga keris itu digunakan oleh Ketua Hakekok Balakutak sebagai kewibawaan, untuk memengaruhi pengikutnya agar patuh terhadap perintahnya. Untuk kegunaan kondom, polisi tidak menyebutkannya.

"Orangnya tertutup tidak bersosialisasi dengan warga, ikut pengajian juga enggak pernah. Memang saya dengar kalau A ini sering melakukan ritual. Tapi enggak tahu ritual apa, cuma dia itu hampir setiap hari ke hutan," kata salah satu warga yang enggan disebutkan identitasnya, Jumat (12/03/2021).

Fatwa Majelis Ulama Indonesia Terhadap Aliran Hakekok Balatasutak

Wakil Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Anwar Abbas menegaskan, aliran Hakekok Balatasutak di Pandeglang, Jawa Barat, adalah sesat. Hal itu berdasarkan tidak adanya ajaran Islam yang memberikan tuntutan untuk melakukan kegiatan mandi bugil bersama.

"Jadi cara seperti itu tidak ada tuntunannya dalam agama Islam, artinya aliran sesat berarti," kata Anwar saat dihubungi via telepon kepada Liputan6.com, Sabtu (13/3/2021).

Anwar mengimbau, agar mereka yang percaya pada aliran Bakekok Balatasutak bisa dibina oleh kelompok keagamaan setempat agar kembali ke jalan yang lurus.

"Kita harapkan mereka dibina, dan pelaku ritual juga sudah diamankan di kepolisian setempat dan sudah didatangi oleh pimpinan MUI di sana dan diajak berdialog," jelas dia.

"Katanya yang bersangkutan itu menyampaikan rasa salahnya, jadi menurut saya ya ini perlu dibina," lanjut Anwar.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya