6 Larangan Malam Satu Suro dan Penjelasannya, Dipercaya Pembawa Sial

Hal-hal yang dilarang pada malam satu Suro, dipercaya jika dilakukan akan mendatangkan kesialan.

oleh Laudia Tysara diperbarui 14 Feb 2023, 11:30 WIB
Diterbitkan 14 Feb 2023, 11:30 WIB
Kirab Laku Bisu Pura Mangkunegaran
Abdi keraton membawa pusaka saat mengikuti upacara ritual Kirab Pusaka dan Tapa Bisu di Solo, Sabtu (31/8/2019) malam. Kirab tersebut dalam rangka memperingati pergantian tahun baru Hijriah yand dalam penanggalan Jawa disebut satu Suro. (merdeka.com/Iqbal S Nugroho)

Liputan6.com, Jakarta - Malam satu Suro adalah momen ketika masyarakat Jawa mengadakan berbagai macam aktivitas spiritual dan keagamaan. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Solo menggambarkan malam satu Suro adalah malam yang tepat untuk melakukan refleksi dan malam yang sangat sakral.

Adanya label sakral pada malam satu Suro atau bulan Suro, membuat tumbuhnya beberapa larangan malam satu Suro di masyarakat Jawa. Seperti larangan malam satu Suro untuk menikah, membangun rumah, pindah rumah, berbicara, dan masih banyak lagi. Masyarakat yang melanggar sejumlah larangan malam satu Suro dipercaya akan mendapat kesialan dalam hidupnya.

Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Solo pun menjelaskan di malam satu Suro masyarakat meyakini harus melakukan refleksi diri atau mengingat kembali kesalahan-kesalahan yang telah diperbuat selama satu tahun yang telah dilewati. Malam satu Suro menandai bergantinya tahun, sehingga pada lembaran baru ini diharapkan berubahnya sifat seseorang menjadi lebih baik dari sebelumnya.

Dalam buku berjudul Misteri Bulan Suro: Perspektif Islam Jawa (2010) oleh Muhammad Solikhin, sakralitas peringatan malam satu Suro adalah seringnya masyarakat Jawa seperti keraton Solo dan Yogyakarta melakukan upacara dan ritual, yang sampai saat ini pun masih terus diwariskan secara turun temurun.

Berikut Liputan6.com ulas lebih mendalam tentang larangan malam satu Suro dan penjelasannya, Selasa (14/2/2023).

Larangan Malam Satu Suro dan Penjelasannya

Kirab Laku Bisu Pura Mangkunegaran
Abdi keraton membawa pusaka saat mengikuti upacara ritual Kirab Pusaka dan Tapa Bisu di Solo, Sabtu (31/8/2019) malam. Kirab tersebut dalam rangka memperingati pergantian tahun baru Hijriah yand dalam penanggalan Jawa disebut satu Suro. (merdeka.com/Iqbal S Nugroho)

Ada Larangan Menikah di Malam Satu Suro

Larangan menikah di malam satu Suro khususnya diberlakukan bagi masyarakat di Solo dan Yogyakarta. Beberapa dari mereka mempercayai jika mengadakan hajatan pernikahan di bulan Suro akan mendatangkan malapetaka.

Dalam buku berjudul Panduan Syahadat (2015) oleh Taufiqurrohman, larangan malam satu Suro dengan mengadakan hajatan pernikahan, dinilai akan membawa kesialan bagi pasangan pengantin dan seluruh orang yang terlibat dalam acara.

Ada pula yang mengatakan larangan menikah di malam satu Suro, karena ini bulan "menantu" bagi Nyi Roro Kidul. Maka dari itu masyarakat setempat tidak diperkenankan mengadakan pernikahan karena akan membuat penguasa laut selatan murka dan meminta tumbal.

Ada Larangan Bicara atau Berisik (Tapa Bisu) di Malam Satu Suro

Larangan malam satu Suro yang paling sakral adalah “Tapa Bisu” atau berupa larangan berbicara. Masyarakat di Solo dan Yogyakarta masih banyak yang melakukannya, khususnya di sekitar lingkungan keraton.

Masyarakat dilarang berbicara sesuatu yang tidak penting, sesuatu yang buruk, hingga memanjatkan doa buruk karena diyakini bulan Suro segala ucapan dikabulkan. Selain dilarang berbicara, larangan malam satu Suro lainnya adalah makan, minum, bahkan merokok.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) menjelaskan, di Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat pada peringatan malam satu Suro, melakukan arak benda pusaka mengelilingi benteng kraton yang diikuti oleh ribuan warga Yogyakarta dan sekitarnya.

Selama melakukan ritual mubeng beteng inilah masyarakat tidak diperkenankan atau ada larangan malam satu Suro untuk berbicara seperti halnya orang sedang bertapa. Ritual ini juga dikenal dengan istilah tapa mbisu mubeng beteng.

Ada Larangan Membangun Rumah di Malam Satu Suro

Masyarakat Jawa khususnya di Solo dan Yogyakarta, ada larangan malam satu Suro seperti membangun rumah. Liputan6.com lansir dari berbagai sumber, hal ini tidak diperkenankan karena bisa membawa kesialan bagi pemiliknya. Seperti akan mendatangkan sakit, penderitaan, seretnya rezeki, dan lain sebagainya.

Larangan Malam Satu Suro dan Penjelasannya

Kirab Kebo Bule
Kawanan Kerbau Bule keturunan Kerbau Pusaka Keraton Kyai Slamet membuka jalan bagi rombongan Kirab Peringatan Malam 1 Suro Keraton Surakarta Hadiningrat, di Solo, Sabtu (31/8/2019). Kirab diadakan tepat malam 1 Suro yang menandai pergantian tahun baru penanggalan Jawa (merdeka.com/Iqbal S Nugroho)

Ada Larangan Pindah Rumah di Malam Satu Suro

Larangan malam satu Suro yang mirip adalah tidak diperbolehkan pindah rumah. Dampak buruk dari melanggar larangan pindah rumah, sama dengan akibat ketika membangun rumah di malam satu Suro. Masyarakat menyebutnya pamali dan bisa mendatangkan kesialan.

Ada Larangan Keluar Rumah di Malam Satu Suro

Keluar rumah di malam satu Suro dilarang karena beberapa alasan. Liputan6.com lansir dari berbagai sumber, masyarakat Jawa mempercayai jika arwah leluhur yang sudah meninggal akan datang kembali ke rumah keluarganya pada malam satu Suro.

Ini alasan mengapa ada larangan malam satu Suro seperti tidak boleh keluar rumah. Selain itu, beberapa sumber menyatakan di malam satu Suro banyak jin yang berkeliaran dan dapat mencelakai manusia hingga membuat mereka sial.

Ada Larangan Mengadakan Acara Lainnya di Malam Satu Suro

Larangan menggelar acara pernikahan di malam satu Suro sudah sangat umum, ini termasuk larangan menggelar acara atau hajatan lainnya di malam satu Suro. Seperti hajatan sunatan, hajatan kelahiran, dan hajatan sejenisnya.

Mengapa larangan malam satu Suro ini ada? Dalam buku berjudul Sajen dan Ritual Orang Jawa (2010) oleh Wahyana Giri, malam satu Suro adalah malam yang suci serta bulannya penuh rahmat.

Di malam satu Suro, beberapa orang Jawa Islam percaya, ini momen yang tepat mendekatkan diri kepada Tuhan bisa dengan cara membersihkan diri serta melawan nafsu manusiawinya.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya