Liputan6.com, Jakarta Penelitian kehidupan orang zaman Firaun tak pernah berhenti. Baru-baru ini, peneliti telah mengungkap parfum orang masa Piramid. Temuan ini hasil analisis bahan-bahan balsem yang digunakan dalam mumifikasi Senetnay, seorang wanita bangsawan Mesir kuno yang meninggal sekitar 3500 tahun yang lalu.
Baca Juga
Advertisement
Balsem tersebut berbau seperti ramuan lilin lebah, aspal, minyak tumbuhan, dan damar pohon. Melansir dari New Scientist, para ilmuwan mengendus produk-produk yang digunakan selama mumifikasi. Teknik ini memahami praktik pemakaman orang Mesir kuno dan jalur perdagangan bahan-bahan yang tidak biasa.
Para peneliti, termasuk Barbara Huber dari Institut Geoantropologi Max Planck di Jerman, menggunakan teknologi canggih seperti kromatografi gas-spektrometri massa. Tujuannya ialah untuk menganalisis residu balsem di dua toples yang berisi organ Senetnay selama proses mumifikasi.
Sosok Senetnay yang memiliki hubungan dengan firaun Amenhotep II. Bahkan sebab derajat sosial, dia dimakamkan di Lembah Para Raja dekat Thebes, Luxor. Berikut Liputan6.com merangkum temuan unik ilmuwan ciptakan parfum mumi melansir dari New Scientist dan New York Post, Minggu (3/9/2023).
Dijuluki Aroma Keabadian
Barbara Huber di Institut Geoantropologi Max Planck komposisi kimia residu balsem yang ditemukan di dua toples yang berisi organ Senetnay selama proses mumifikasi. Balsem yang tidak terlalu kasar ini terbuat dari “lilin lebah, minyak nabati, lemak, bitumen, resin Pinaceae, bahan balsamic, dan damar atau resin pohon Pistacia.
Aroma sosok kuno tersebut, yang muminya dirawat dengan sangat baik, direkayasa ulang dan akan dipajang di Museum Moesgaard di Denmark pada musim gugur ini, lapor Guardian, dan menyebutnya sebagai “aroma keabadian ” . Sebuah toples model bertuliskan Senetnay sudah dipajang di Met .
“Ini adalah balsem terkaya dan paling kompleks yang pernah diidentifikasi pada periode awal ini,” tulis para peneliti.
Advertisement
Aroma Balsem Sesuai dengan Peran Tokoh di Masyarakat
Hasil penelitian ini memungkinkan mereka untuk mengidentifikasi komposisi kimia balsem yang digunakan dalam mumifikasi Senetnay pada tahun 1450 SM. Diketahui juga bahwa aroma yang berbeda digunakan untuk membalsem orang sesuai dengan peran mereka dalam masyarakat.
“Bagi hidung kita, aroma larch yang hangat, resin, dan seperti pinus mungkin lebih mengingatkan kita pada produk pembersih, dan aroma aspal yang belerang mungkin mengingatkan kita pada aspal,” kata William Tullett, pakar sejarah sensorik dan dosen di Universitas York.
“Tetapi bagi orang Mesir, bau ini jelas memiliki sejumlah arti lain terkait dengan spiritualitas dan status sosial," umbuhnya.