Arti Kata Candu dalam Cinta, Benarkah Bentuk Obsesi Berlebih?

Arti kata candu dalam cinta merupakan fenomena yang banyak dialami dalam hubungan pacaran maupun pernikahan.

oleh Fitriyani Puspa Samodra diperbarui 30 Jan 2024, 12:53 WIB
Diterbitkan 30 Jan 2024, 12:00 WIB
Pasangan Posesif
Ilustrasi Candu dalam Cinta Credit: freepik.com

Liputan6.com, Jakarta Arti kata candu dalam cinta menjadi salah satu istilah gaul yang banyak dipakai di media sosial. Istilah ini mencerminkan fenomena sosial di kalangan pengguna media sosial yang umumnya anak muda. Istilah "candu" sendiri memiliki konotasi yang kuat dengan ketagihan, dan dalam konteks cinta, hal ini bisa menjadi bentuk obsesi yang berlebihan. 

Arti kata candu dalam cinta merupakan fenomena yang banyak dialami dalam hubungan pacaran maupun pernikahan. Mencintai seseorang dengan sepenuh hati adalah hal yang wajar dan positif. Namun, masalah muncul ketika cinta tersebut berubah menjadi suatu kecanduan. Kecanduan cinta dapat mengarah pada perilaku yang tidak sehat dan dapat digolongkan sebagai gangguan mental. 

Sebagian orang mungkin tidak menyadari bahwa mereka tengah mengalami kecanduan cinta. Perasaan ini mungkin muncul karena berbagai faktor, termasuk rasa takut kehilangan pasangan atau keinginan untuk selalu bersama mereka. Adanya tekanan dari media sosial dan standar kecantikan yang tidak realistis juga dapat memperburuk situasi ini. Berikut ulasan lebih lanjut tentang arti kata candu dalam cinta yang Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Selasa (30/1/2024).

Mengenal Fenomena Candu dalam Cinta

Posesif
Ilustrasi Fenomena Candu dalam Cinta Credit: pexels.com/pixabay

Fenomena candu dalam cinta atau yang dikenal dengan istilah love addiction merupakan perilaku yang mencerminkan kegemaran atau ketertarikan berlebihan pada pasangan. Meskipun istilah "candu" sendiri termasuk dalam kelas nomina atau benda, arti kata candu dalam cinta mencirikan perilaku yang melampaui batas keseimbangan dan dapat berdampak buruk pada individu yang mengalaminya.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), candu diartikan sebagai sesuatu yang menjadi kegemaran, seperti senang menonton konser. Namun, dalam cinta, candu mengambil makna lebih serius. Ketika seseorang mengalami kecanduan cinta, perilaku yang muncul bisa jauh melampaui rasa senang atau kegemaran biasa. Sebaliknya, individu yang mengalami love addiction cenderung memiliki rasa tertarik berlebihan pada pasangan, hingga pada tingkat yang mengganggu kehidupan sehari-hari.

Fenomena ini dapat menimbulkan perilaku yang tidak terkontrol, sering kali dipengaruhi oleh perasaan kasih yang tidak dewasa, yang dikenal secara umum sebagai cinta buta. Dalam kasus kecanduan cinta, seseorang mungkin melakukan tindakan-tindakan nekat dan tidak masuk akal yang dapat memiliki konsekuensi negatif.

Candu dalam Cinta dapat Menjadi Bentuk Penyimpangan

[Bintang] Posesif
Ilustrasi pacar posesif. (Sumber Foto: Youqueen)

Candu dalam cinta atau love addiction dapat menjadi bentuk obsesi yang tidak sehat yang melibatkan ketertarikan berlebihan terhadap hubungan romantik. Fenomena ini tidak hanya mencerminkan perasaan kasih yang tidak dewasa, yang sering disebut sebagai cinta buta, tetapi juga dapat menimbulkan perilaku yang tidak terkontrol dan memiliki konsekuensi negatif yang serius.

Dalam kondisi kecanduan cinta, individu mungkin terperangkap dalam perasaan obsesif terhadap pasangan mereka. Hal ini bisa berdampak pada aktivitas sehari-hari, seperti urusan pekerjaan atau tugas kuliah yang terhambat. Selain itu, gangguan ini dapat merusak kemampuan seseorang untuk bersosialisasi dengan lingkungannya, menciptakan perbedaan antara kecanduan cinta dan cinta biasa.

Penelitian menunjukkan bahwa kecanduan cinta dapat terjadi pada sekitar 3-10% orang, dengan tingkat kecanduan yang lebih tinggi ditemukan pada kelompok tertentu, terutama mahasiswa yang mencapai 25%. Gangguan ini masuk dalam kategori kelainan perilaku karena dapat mengganggu fungsi sehari-hari dan aktivitas sosial individu yang terkena dampak.

Dua ciri utama kecanduan cinta melibatkan perilaku impulsif dan pencarian perhatian yang berlebihan terhadap pasangan. Orang yang mengalami kecanduan cinta dapat melakukan tindakan ekstrem dan dramatis untuk mendapatkan perhatian pasangan, termasuk ancaman bunuh diri atau menyakiti diri sendiri. Hal ini dapat mempengaruhi tidak hanya hubungan mereka dengan pasangan, tetapi juga hubungan dengan teman, saudara, dan keluarga.

Penting untuk memahami perbedaan antara kecanduan cinta, gangguan personaliti dependen, dan kecanduan seks. Meskipun beberapa gejala mungkin serupa, kecanduan cinta fokus pada ketergantungan terhadap pasangan dalam konteks percintaan, sedangkan gangguan personalitas dependen melibatkan ketergantungan pada orang lain dalam berbagai aspek kehidupan. Kecanduan seks, sementara itu, lebih berkaitan dengan perilaku mencari pasangan untuk memenuhi kebutuhan seksual yang berlebih.

Cara Mengatasai Candu dalam Cinta

Ilustrasi pasangan kekasih, marah, silent treatment
Ilustrasi pasangan kekasih obsesif, marah, silent treatment. (Photo Copyright by Freepik)

Mengatasi candu dalam cinta merupakan proses yang membutuhkan perhatian serius dan dukungan profesional. Berikut adalah beberapa langkah yang dapat diambil untuk mengatasi gangguan candu cinta.

1. Konsultasi dengan Psikolog atau Psikiater

Pertama-tama, sangat disarankan untuk mencari bantuan dari profesional kesehatan mental, seperti psikolog atau psikiater. Mereka memiliki pengetahuan dan keterampilan untuk membantu mengidentifikasi dan mengatasi masalah kecanduan cinta.

2. Psikoterapi

Psikoterapi atau konseling adalah pendekatan yang umum digunakan untuk mengatasi kecanduan cinta. Terapis dapat membantu individu memahami akar permasalahan, mengidentifikasi pola perilaku yang tidak sehat, dan mengembangkan strategi untuk mengubah pola-pola tersebut.

3. Terapi Perilaku

Terapi perilaku fokus pada mengubah pola perilaku yang tidak diinginkan. Ini dapat melibatkan pengembangan keterampilan sosial, pengelolaan stres, dan pembentukan kebiasaan baru yang lebih sehat.

4. Terapi Obat-obatan Psikofarmaka

Jika terdapat tanda-tanda depresi atau kecemasan yang signifikan, dokter dapat meresepkan obat-obatan psikofarmaka, seperti antidepresan atau obat anti-kecemasan, untuk membantu mengurangi gejala pada fase akut.

5. Terapi Kelompok

Terapi kelompok dapat menjadi metode yang efektif karena memungkinkan penderita untuk berbagi pengalaman mereka dengan orang lain yang mengalami kondisi serupa. Ini dapat menciptakan dukungan sosial dan saling pengertian di antara para peserta.

6. Kesadaran dan Penerimaan

Penting untuk individu yang mengalami kecanduan cinta untuk meningkatkan kesadaran terhadap masalah mereka dan menerima bahwa perubahan diperlukan. Penerimaan ini menjadi langkah awal menuju pemulihan.

7. Proses Terapi yang Lama

Proses terapi kecanduan cinta tidaklah instan dan memerlukan waktu yang cukup panjang. Kesabaran dan komitmen dalam menjalani proses terapi sangat diperlukan.

8. Pencegahan dan Pemahaman

Edukasi dan pemahaman terhadap gejala kecanduan cinta dapat membantu pencegahan. Melalui pemahaman ini, individu dapat mengidentifikasi tanda-tanda awal dan mencari bantuan sebelum masalah semakin parah.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya