Liputan6.com, Jakarta - Nisfu Syaban adalah hari pertengahan atau hari ke-15 bulan Syaban dalam tahun Hijriah. Dikutip dari Jurnal Institut Agama Islam Negeri Jember yang berjudul Tradisi Nisfu Syaban di Pondok Pesantren Bintang Sembilan Dukuhdempok Jember, istilah "Nisfu Syaban" diambil dari kata bahasa Arab, "Nisfu" yang berarti mencapai tengah-tengah atau setengah, dan "Syaban" yang merujuk pada bulan ke-8 dalam kalender Hijriah. Oleh karena itu, Nisfu Syaban bermakna hari pertengahan atau tengah-tengah bulan Syaban.
Baca Juga
Advertisement
Menurut laman Kementerian Agama (Kemenag) RI, Nisfu Syaban memiliki makna spiritual yang mendalam. Pada malam ini, Allah SWT membuka 300 pintu rahmat dan pintu ampunan bagi umat manusia. Nisfu Syaban adalah dianggap sebagai momen istimewa untuk memohon ampunan, berdoa, dan mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Pahala dan rahmat Allah pada malam ini dianggap melimpah. Umat Islam dianjurkan untuk memanfaatkannya dengan amalan-amalan baik serta introspeksi diri.
Dalam buku "89 Kesalahan Seputar Puasa Ramadhan" karya Abdurrahman Al-Mukaffi (2015), dijelaskan bahwa malam Nisfu Syaban adalah dimulai setelah sholat Magrib atau Isya. Hal ini menegaskan kekhususan malam tersebut serta umat Islam dianjurkan untuk meningkatkan ibadah, berdoa, dan melakukan amalan kebaikan.
Pemahaman akan arti Nisfu Syaban menjadi penting karena merupakan kesempatan emas untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT dan meraih berkah-Nya. Berikut Liputan6.com ulas lebih mendalam tentang sejarah Nisfu Syaban, keistimewaan, dan amalan yang dianjurkan, Kamis (22/2/2024).
Sejarah Nisfu Syaban
Peringatan malam Nisfu Syaban di Indonesia menjadi tradisi yang melekat dari generasi ke generasi, menunjukkan kedalaman nilai-nilai agama. Sejarah Nisfu Syaban, seperti yang dijelaskan dalam buku "Mana Dalil Malam Nishfu Sya’ban" karya Ust Ma’ruf Khozin, mencatat bahwa amalan malam Nisfu Syaban pertama kali dilakukan oleh kalangan Tabi'in di Syam.
Para sahabat, seperti Abdullah bin Ja’far, sudah mengetahui keistimewaan malam tersebut, namun kewajiban jihad mengalahkan rencana ibadah pada malam itu.
Meski sahabat tidak sempat melaksanakan ibadah di malam Nisfu Syaban, praktik tersebut tidak dianggap sebagai bid’ah. Sebaliknya, amalan-amalan ini pertama kali dilakukan oleh para Tabi'in di Syam, seperti Khalid bin Ma’dan, Makhul, dan Luqman bin ‘Amir, yang mengagungkan malam ke-15 bulan Syaban dengan beribadah.
"Tabi'in tanah Syam seperti Khalid bin Ma'dan dan Makhul, mereka bersungguh-sungguh dalam beribadah pada malam Nisfu Sya'ban. Nah dari mereka inilah orang-orang kemudian ikut mengagungkan malam Nisfu Sya'ban. Dikatakan, bahwa telah sampai kepada mereka atsar israiliyat (kabar atau cerita yang bersumber dari ahli kitab, Yahudi dan Nasrani yang telah masuk Islam) tentang hal tersebut. Kemudian ketika perayaan malam Nisfu Sya'ban viral, orang-orang berbeda pandangan menanggapinya. Sebagian menerima, dan sebagian lain mengingkarinya. Mereka yang mengingkari adalah mayoritas ulama Hijaz, termasuk dari mereka Atha' dan Ibnu Abi Malikah. Abdurrahman bin Zaid bin Aslam dari kalangan fuqaha' Madinah menukil pendapat bahwa perayaan malam Nisfu Sya'ban seluruhnya adalah bid'ah. Ini juga merupakan pendapat Ashab Maliki dan ulama selainnya," dikutip dari kitabnya Al-Mawahib Al-Laduniyah.
Berasal dari sinilah tradisi ini diteruskan dan dihargai oleh umat Islam, yang berlomba-lomba meraih keutamaan pada malam Nisfu Syaban.
Seiring waktu, ulama di wilayah Syam memiliki pendapat beragam tentang pelaksanaan ibadah pada malam Nisfu Syaban. Beberapa menganjurkan ibadah berjamaah di masjid dengan pakaian terbaik, sementara yang lain lebih menekankan pada ibadah pribadi.
Namun, sejarah Nisfu Syaban memberikan gambaran tentang makna dan nilai-nilai yang terkandung dalam tradisi ini, memperkaya pemahaman dan penghayatan umat Muslim terhadap keberkahan malam tersebut.
Advertisement
Keistimewaan Nisfu Syaban
Ada empat keistimewaan Nisfu Syaban yang rugi dilewatkan umat muslim. Ini keistimewaan yang dimaksud, mengutip buku Taudhihul Adillah oleh M. Syafi'i Hadzami dan Menggapai Berkah di Bulan-bulan Hijriah oleh Siti Zamratus Sa'adah:
1. Malam Penuh Rahmat
Salah satu keistimewaan Nisfu Syaban adalah menjadi malam yang penuh dengan rahmat Allah SWT. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
"(Rahmat) Allah turun ke langit dunia pada malam Nisfu Sya'ban untuk mengampuni segala sesuatu, kecuali bagi orang musyrik atau orang yang munafik."
Hadits ini menegaskan bahwa malam Nisfu Syaban merupakan momen di mana Allah SWT menurunkan rahmat-Nya dengan melimpahkan ampunan kepada hamba-Nya yang bertobat dan memohon ampunan. Hal ini menunjukkan pentingnya memanfaatkan malam tersebut untuk bertaubat dan memperbaiki hubungan dengan Allah SWT.
2. Malam Penuh Ampunan
Dalam kumpulan dalil Nisfu Syaban, banyak menjelaskan tentang keutamaan malam tersebut. Dalam sebuah hadits, disebutkan bahwa Nisfu Syaban adalah malam di mana Allah SWT akan mengampuni dosa-dosa para hamba-Nya. Hal ini sesuai dengan riwayat yang menyatakan:
"Allah Yang Maha Mulia memandang kepada semua ciptaan-Nya pada malam Nisfu Sya'ban, kemudian Allah mengampuni semua ciptaan-Nya kecuali orang-orang yang musyrik dan yang membawa permusuhan."
Dari sini, kita dapat memahami bahwa malam Nisfu Syaban merupakan kesempatan emas bagi umat Islam untuk bertaubat dan memohon ampunan kepada Allah SWT.
3. Dikabulkan Doa-Doanya oleh Allah SWT
Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Ahmad, Nabi Muhammad SAW menyebutkan lima malam di mana doa tidak ditolak, salah satunya adalah malam Nisfu Syaban. Hal ini menunjukkan bahwa malam tersebut adalah waktu yang istimewa di mana doa-doa yang tulus dan sungguh-sungguh akan dikabulkan oleh Allah SWT.
"Ada lima malam di mana doa tidak ditolak: Malam pertama dari bulan Rajab, Malam Nisfu Sya'ban, Malam Jumat, Malam Idul Fitri, dan Malam Idul Adha."
4. Memperbanyak Amal Ibadah
Rasulullah SAW juga menganjurkan umat Islam untuk memperbanyak amal ibadah pada malam Nisfu Syaban. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Baihaqi, beliau bersabda:
"Ketika malam Nisfu Sya'ban tiba, dianjurkan untuk melaksanakan salat pada malamnya dan berpuasa pada siang harinya. Allah mengundang hamba-Nya pada saat matahari tenggelam, seraya berfirman, 'Siapa yang memohon ampunan kepada-Ku, pasti Aku akan mengampuninya. Siapa yang meminta rezeki kepada-Ku, pasti Aku akan memberikannya. Siapa yang sakit, pasti Aku akan menyembuhkannya. Dan siapa pun yang memiliki hajat, pasti Aku akan mengabulkannya.' Hal ini berlangsung hingga fajar menyingsing."
Dari hadits ini, tergambar bahwa malam Nisfu Syaban adalah waktu yang sangat dianjurkan untuk melakukan ibadah, seperti shalat malam dan puasa sunnah, serta memperbanyak doa dan dzikir kepada Allah SWT.
Amalan Nisfu Syaban
1. Memperbanyak Doa
Pada malam Nisfu Syaban, umat Islam dianjurkan untuk memperbanyak doa. Doa yang dipanjatkan harus ditujukan hanya kepada Allah SWT atau dapat pula bertawasul dengan amalan shalih lainnya, seperti membaca surat Yasin atau mendirikan shalat.
Dalam kitab "Madza fi Sya'ban," Sayyid Muhammad bin Alawi bin Abbas Al Maliki menyebutkan bahwa umat Islam dalam menyongsong bulan Ramadan terbiasa menyibukkan diri dengan tadarus Al-Quran dan membantu dhuafa serta orang-orang miskin.
2. Bersedekah dan Melakukan Silaturahmi
Bersedekah dan melakukan silaturahmi merupakan sunnah yang dianjurkan pada malam Nisfu Syaban. Hal ini memiliki kedudukan dan pahala besar dalam Islam. Menurut Sayyid Muhammad bin Alawi bin Abbas Al Maliki, Ibnu Rajab Al Hanbali menyatakan bahwa umat Islam pada awal bulan Syaban cenderung sibuk dengan tadarus Al-Quran dan memberikan harta mereka untuk membantu kelompok dhuafa dan orang-orang miskin dalam menyongsong bulan Ramadan.
3. Memperbanyak Membaca Istighfar
Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Muadz bin Jabal, Nabi Muhammad SAW menyatakan bahwa Allah SWT melihat kepada makhluk-Nya pada malam Nisfu Syaban, dan pada malam itu Dia mengampuni seluruh makhluk-Nya kecuali orang musyrik dan orang yang bermusuhan. Oleh karena itu, memperbanyak membaca istighfar pada malam tersebut merupakan amalan yang sangat dianjurkan.
"Allah SWT melihat kepada Makhluknya pada malam Nishfu Sya’ban, lalu Alloh mengampuni seluruh makhluk-Nya kecuali orang musyrik dan orang yang bermusuhan.” (Hadits Riwayat Imam Thabrani)
4. Memperbanyak Shalawat
Membaca shalawat kepada Nabi Muhammad SAW merupakan amalan sunnah yang langsung diperintahkan oleh Allah SWT. Surat Al-Ahzab ayat 56 menyatakan bahwa Allah dan para malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi, dan umat Islam juga dianjurkan untuk bershalawat untuk Nabi. Membaca shalawat pada malam Nisfu Syaban adalah bentuk penghormatan dan ketaatan kepada Allah SWT.
"Sungguh Allah dan para malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, shalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya." (Qs. Al-Ahzab: 56)
5. Memperbanyak Bacaan Al-Quran
Membaca Al-Quran pada malam Nisfu Syaban dapat dilakukan dengan membaca secara seluruhnya atau sebagiannya, seperti surat Yasin. Ini merupakan amalan yang sangat dianjurkan, karena Al-Quran adalah petunjuk dan tuntunan bagi umat Islam. Membaca Al-Quran pada malam Nisfu Syaban dapat meningkatkan keimanan dan mendekatkan diri kepada Allah SWT.
6. Memperbanyak Bacaan Dzikir
Imam Adz-Dzahabi dalam kitab Tadzkirotul Tahfidz menjelaskan bahwa melakukan dzikir pada malam Nisfu Syaban adalah amalan yang dianjurkan. Dzikir dan sholat sunnah dapat menghidupkan malam tersebut, seperti yang dilakukan oleh Ibnu Asakir yang selalu berjamaah, membaca Al-Quran, melakukan sholat sunnah, dzikir, dan menghidupkan malam Nisfu Syaban serta malam 'ied dengan sholat dan dzikir.
7. Shalat Sunnah
Melakukan shalat sunnah pada malam Nisfu Syaban termasuk dalam amalan yang dianjurkan. Shalat sunnah hajat, shalat istikharah, shalat tasbih, dan shalat witir adalah beberapa jenis shalat sunnah yang dapat dilakukan. Shalat sunnah memiliki niat yang berbeda-beda sesuai dengan jenisnya, namun semua dilakukan dengan tujuan mendekatkan diri kepada Allah SWT dan memperoleh keberkahan.
8. Berpuasa
Menjalankan puasa pada Nisfu Syaban adalah anjuran yang didasarkan pada sebuah hadis Rasulullah SAW yang menyatakan, "Apabila tiba malam Nisfu Syaban maka beribadahlah pada malamnya dan berpuasalah pada harinya." (HR. Ibnu Majah)
Ahya A. Shobari dalam buku "Kunci-Kunci Surga," bahwa menjalankan puasa pada Nisfu Syaban dianggap membawa keberuntungan. Hal ini karena Allah SWT telah mengharamkan jasad orang yang berpuasa pada bulan Syaban dari merasakan panasnya api neraka.
Lalu batas puasa sesuai anjuran hadis berikut ini: "Janganlah kalian berpuasa satu atau dua hari sebelum Ramadhan kecuali seseorang yang memiliki kebiasaan puasa,maka bolehlah ia berpuasa." (HR Bukhari dan Muslim)
Advertisement