6 Tempat Terdingin di Tata Surya, Suhu Mencapai -200 Derajat Celsius!

Ketika suhu mencapai titik nol mutlak, molekul-molekul berhenti bergerak sepenuhnya dan memasuki keadaan tenang yang sempurna.

oleh Ricka Milla Suatin diperbarui 19 Jul 2024, 13:51 WIB
Diterbitkan 19 Jul 2024, 13:51 WIB
Ilustrasi Planet, Tata Surya
Gambaran planet dan tata surya. (Foto: Brgfx/Freepik)

Liputan6.com, Jakarta Suhu di luar angkasa memang sangat dingin, meskipun terdapat banyak bintang seperti matahari yang bersinar di sana. Menurut Live Science, suhu terendah yang dapat dicapai oleh objek di ruang angkasa adalah 1 derajat Kelvin atau -273 derajat Celsius. Pada titik ini, yang dikenal sebagai nol absolut, tidak ada suhu yang bisa lebih rendah lagi.

Pada suhu nol absolut, molekul-molekul benar-benar berhenti bergerak. Menariknya, meskipun tata surya kita memiliki matahari sebagai sumber panas, ada beberapa tempat yang suhunya mendekati nol absolut. Salah satu tempat terdingin di tata surya adalah Kawah Hermite di Bulan, yang terletak di kutub utara Bulan.

Data dari wahana luar angkasa robot NASA, Lunar Reconnaissance Orbiter, menunjukkan bahwa kawah-kawah yang selalu berada dalam bayangan di kutub selatan Bulan juga bisa menjadi tempat terdingin di tata surya. Kawah Hermite memiliki luas sekitar 104 kilometer persegi dan suhunya bisa mencapai hingga -249 derajat Celsius.

Salah satu alasan mengapa kawah ini sangat dingin adalah karena lokasinya yang tidak pernah terkena sinar matahari. Jadi, suhu di luar angkasa sangatlah dingin, bahkan mendekati nol absolut. Kawah Hermite di Bulan adalah salah satu tempat terdingin di tata surya. Selain Kawah Hermite, berikut enam tempat terdingin di tata surya dengan suhu mencapai -200 derajat Celsius, dilansir Liputan6.com dari berbagai sumber, Jumat (19/7/2024).

1. Pluto

Pluto Berbentuk Sama dengan Bulan
Pluto. (Sumber: Tumblr.com)

Pluto adalah planet kerdil yang memiliki jarak terdekat dengan Matahari yaitu sekitar 4,4 miliar km dan jarak terjauhnya mencapai 7,3 miliar km. Perbedaan jarak ini sangat mempengaruhi suhu di Pluto.

Menurut laman Space, ketika berada pada jarak terdekat dengan Matahari, suhu di Pluto bisa mencapai -223 derajat Celsius. Suhu rata-rata di permukaannya berkisar antara -233°C hingga -223°C (-387°F hingga -369°F). Namun, saat Pluto berada pada titik terjauh dari Matahari, suhu di sana bisa turun hingga -240 derajat Celsius.

Meskipun suhunya sangat dingin, peneliti NASA menemukan bahwa es-es di Pluto dapat menyublim menjadi gas ketika jaraknya lebih dekat dengan Matahari. Dengan kondisi yang ekstrem ini, Pluto tetap menjadi objek penelitian yang menarik di kalangan ilmuwan. Keberadaannya di Sabuk Kuiper dan perubahan suhunya yang drastis membuat Pluto menjadi salah satu planet kerdil yang paling unik dan menarik untuk dipelajari.

2. Awan di Uranus

Planet Uranus
Planet Uranus. (Sumber: cool2bkids.com)

Uranus, planet ketujuh dalam tata surya, ternyata menyimpan misteri yang memukau. Ditemukan oleh William Herschel pada tahun 1781, planet ini memiliki ciri khas yang membuatnya begitu menarik. Seperti Saturnus, Uranus juga memiliki cincin, meskipun cincinnya lebih tipis. Namun, yang membuat Uranus begitu istimewa adalah suhu ekstremnya.

Walaupun bukan planet yang paling jauh dari matahari, Uranus adalah planet dengan suhu rata-rata paling dingin di seluruh tata surya. Diperkirakan suhunya mencapai -214 derajat Celsius! Bayangkan betapa dinginnya itu. Ada alasan ilmiah mengapa Uranus menjadi planet paling dingin.

Planet ini memancarkan sangat sedikit panas primordial. Panas primordial adalah sisa-sisa dari pembentukan planet-planet di tata surya. Jadi, Uranus tidak memiliki banyak panas yang dipancarkan, membuatnya menjadi sangat dingin. Namun, keajaiban Uranus tidak berhenti di situ.

Para peneliti menemukan sesuatu yang mengejutkan, yakni awan-awan di Uranus memiliki suhu yang lebih dingin lagi! Suhunya mencapai -224 derajat Celsius. Bayangkan betapa beku dan dinginnya awan-awan di planet ini. Penemuan ini tentu saja membuat Uranus menjadi semakin menarik. Planet yang misterius ini terus mengungkapkan keunikan dan keindahannya kepada kita. Siapa sangka, di balik kegelapan dan dinginnya, terdapat keajaiban yang tak terduga. Uranus, planet yang mempesona dan penuh misteri.

3. Neptunus

Gambar Terjernih Neptunus.
Planet Neptunus. (NASA, ESA, CSA, STScI; image processing by Joseph DePasquale (STScI))

Neptunus, adalah tempat paling dingin di Tata Surya. Neptunus sendiri dikenal sebagai planet es raksasa yang tidak bisa dilihat dengan mata telanjang dari Bumi. Dengan jarak sekitar 4,5 miliar kilometer dari Matahari, sinar matahari memerlukan waktu setidaknya 4 jam untuk mencapai permukaannya.

Neptunus, planet terjauh dari Matahari dan merupakan salah satu tempat terdingin di Tata Surya. Suhu rata-rata di permukaan Neptunus diperkirakan sekitar -218°C (-360°F). Bahkan, suhu rata-rata di Neptunus lebih rendah daripada Uranus, yaitu sekitar -214 derajat Celsius.

4. Triton di Neptunus

Triton, bulan Planet Neptunus
Triton, bulan Planet Neptunus (NASA)

Triton, satelit alami terbesar yang mengelilingi Neptunus, menyajikan pemandangan yang benar-benar membeku. Meskipun tidak termasuk dalam sabuk Kuiper, suhu permukaan Triton tetap sangat dingin, diperkirakan mencapai sekitar -235°C (-391°F).

Permukaan Triton memiliki sifat yang sangat reflektif atau tingkat albedo yang tinggi. Ini berarti sebagian besar radiasi Matahari yang mencapai Triton tidak diserap, melainkan dipantulkan kembali ke luar angkasa. Akibatnya, suhu permukaannya tidak mengalami peningkatan yang signifikan.

Atmosfer Triton sangat tipis dan jarang. Atmosfer yang tipis ini tidak mampu menyimpan panas seperti atmosfer yang lebih tebal, sehingga suhu permukaannya lebih rentan terhadap fluktuasi dan secara keseluruhan lebih dingin. Posisi Triton juga membuatnya terkena efek pendinginan dari sistem surya di bagian luar Tata Surya. Suhu rendah ini merupakan hasil dari keseimbangan antara radiasi Matahari yang diterima dan radiasi panas yang dipancarkan kembali ke luar angkasa.

5. Eris di Sabuk Kuiper

Haumea
Haumea menjadi satu-satunya planet kerdil di Tata Surya yang dikelilingi cincin. (Doc: Science Alert)

Eris adalah sebuah planet kerdil yang berada di sabuk Kuiper, jauh di luar orbit Neptunus. Karena jaraknya yang sangat jauh, Eris hanya menerima sedikit sekali radiasi dari Matahari, sehingga permukaannya sangat dingin.

Sabuk Kuiper sendiri adalah wilayah di luar orbit Neptunus yang dipenuhi dengan objek-objek es dan batuan. Objek-objek di sabuk Kuiper umumnya memiliki albedo yang tinggi, artinya mereka memantulkan sebagian besar cahaya Matahari yang diterima. Akibatnya, suhu permukaan Eris tetap rendah karena tidak banyak energi yang diserap.

Seperti objek-objek lain di sabuk Kuiper, Eris kemungkinan besar memiliki atmosfer yang sangat tipis atau bahkan tidak ada sama sekali. Atmosfer yang tipis ini tidak mampu menyimpan panas dengan efektif, sehingga suhu permukaan Eris sangat dipengaruhi oleh radiasi yang diterima dan tidak adanya efek rumah kaca yang bisa mempertahankan panas.

Menjadi bagian dari sabuk Kuiper, Eris mungkin terbentuk dari materi yang sangat dingin dan jarang mengalami proses pemanasan yang signifikan setelah pembentukannya. Hal ini juga berkontribusi pada suhu rendah yang dimilikinya saat ini. Jika dibandingkan dengan planet-planet utama seperti Bumi atau bahkan Mars, Eris dan objek-objek di sabuk Kuiper memang memiliki suhu permukaan yang sangat rendah, sering kali jauh di bawah titik beku air.

6. Titania dan Oberon

Planet Kerdil Haumea
Planet kerdil Haumea yang punya cincin, seperti Saturnus. (IAA-CSIC/UHU)

Dua dari lima satelit utama Uranus, yaitu Titania dan Oberon, memiliki suhu permukaan yang sangat rendah. Meskipun demikian, suhu ini tidak se-ekstrem yang tercatat di Neptunus atau Pluto.

Titania dan Oberon terbentuk dari materi yang mengelilingi Uranus selama pembentukan sistem Tata Surya. Proses ini terjadi pada jarak yang jauh dari Matahari, sehingga materi yang membentuk kedua satelit ini memiliki suhu awal yang rendah.

Selain itu, bahan padat seperti batuan dan es yang menyusun satelit-satelit ini memiliki kapasitas panas yang rendah. Akibatnya, mereka tidak mampu menyimpan panas dengan baik, berbeda dengan atmosfer atau permukaan yang lebih padat.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Disclaimer: Artikel ini ditulis ulang oleh redaksi dengan menggunakan Artificial Intelligence

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya