Profil Jimmy Carter, Presiden ke-39 AS yang Meninggal di Usia 100 Tahun

Jimmy Carter, presiden ke-39 AS, meninggal di usia 100 tahun. Pemenang Nobel Perdamaian ini dikenal karena dedikasinya pada hak asasi manusia dan perdamaian global.

oleh Andre Kurniawan Kristi diperbarui 30 Des 2024, 11:22 WIB
Diterbitkan 30 Des 2024, 11:22 WIB
Presiden AS ke-39 Jimmy Carter
Presiden AS ke-39 Jimmy Carter (AP Photo/Diane Bondareff)

Liputan6.com, Jakarta Mantan Presiden Amerika Serikat Jimmy Carter tutup usia pada Minggu (29/12/2024) di kampung halamannya di Plains, Georgia. Berita duka ini dikonfirmasi oleh Carter Center, lembaga nirlaba yang ia dirikan bersama sang istri, Rosalynn Smith. Sosok Jimmy Carter tak hanya dikenang sebagai pemimpin AS dari 1977 hingga 1981, tetapi juga sebagai pemenang Hadiah Nobel Perdamaian yang mengabdikan hidupnya pada kemanusiaan.

Sebagai presiden ke-39 AS, Jimmy Carter mencatatkan berbagai prestasi luar biasa. Dari menjembatani perdamaian antara Mesir dan Israel hingga menjalin hubungan diplomatik dengan China, dedikasi Carter pada diplomasi damai dan hak asasi manusia tetap relevan hingga kini. Bahkan di usia lanjut, ia masih aktif dalam kegiatan kemanusiaan bersama Habitat for Humanity dan Carter Center.

Kematian Jimmy Carter mengakhiri perjalanan panjang seorang pemimpin yang telah hidup hingga usia 100 tahun. Ia adalah mantan presiden AS pertama yang mencapai usia seabad. Namun, warisan perjuangannya dalam memperjuangkan perdamaian dunia dan kesejahteraan masyarakat global akan terus dikenang.

Masa Kecil dan Pendidikan Jimmy Carter

Jimmy Carter lahir pada 1 Oktober 1924 di kota kecil Plains, Georgia, dari keluarga petani dan pengusaha. Ayahnya, James Earl Carter Sr., adalah seorang petani sukses, sementara ibunya, Lillian Gordy Carter, dikenal sebagai perawat yang berdedikasi. Sejak kecil, Carter tumbuh dalam lingkungan sederhana yang membentuk pandangannya tentang kerja keras dan empati.

Ia menempuh pendidikan dasar di sekolah umum Plains sebelum melanjutkan ke Georgia Southwestern College dan Georgia Institute of Technology. Pada 1946, Carter lulus dari United States Naval Academy dengan gelar Bachelor of Science. Karirnya di Angkatan Laut dimulai sebagai kru kapal selam hingga menjadi perwira senior di program kapal selam nuklir.

Keputusan besar datang pada 1953, ketika ayahnya meninggal dunia. Carter keluar dari Angkatan Laut dan kembali ke Georgia untuk mengambil alih bisnis keluarga sekaligus terjun ke politik lokal.

Karier Politik: dari Senat hingga Gedung Putih

Perjalanan politik Jimmy Carter dimulai pada 1962 saat ia terpilih menjadi senator negara bagian Georgia. Kariernya terus menanjak hingga ia menjadi Gubernur Georgia pada 1971. Dalam posisi ini, Carter dikenal sebagai reformis progresif yang mendukung hak-hak sipil dan perbaikan sistem pendidikan.

Pada 1976, Carter mencalonkan diri sebagai presiden AS dari Partai Demokrat. Ia berhasil mengalahkan Gerald Ford dalam pemilihan presiden, membawa harapan baru dengan fokus pada transparansi dan kejujuran dalam pemerintahan.

Kepemimpinan sebagai Presiden ke-39 AS

Jimmy Carter saat dilantik sebagai presiden ke-39 AS, oleh Ketua Mahkamah Agung Warren Burger pada tahun 1977. (AP/File)
Jimmy Carter saat dilantik sebagai presiden ke-39 AS, oleh Ketua Mahkamah Agung Warren Burger pada tahun 1977. (AP/File)

Masa jabatan Carter sebagai presiden (1977-1981) ditandai dengan berbagai pencapaian di bidang diplomasi. Ia memainkan peran penting dalam Perjanjian Camp David yang mendamaikan Mesir dan Israel. Carter juga berhasil menjalin hubungan diplomatik resmi dengan China dan menyelesaikan negosiasi perjanjian pembatasan senjata nuklir SALT II dengan Uni Soviet.

Meski demikian, masa kepresidenannya juga diwarnai tantangan besar seperti krisis sandera di Iran dan inflasi yang tinggi. Namun, dedikasinya pada hak asasi manusia dan perdamaian dunia tetap menjadi sorotan utama.

Kiprah Setelah Kepresidenan

Setelah meninggalkan Gedung Putih, Carter aktif dalam berbagai kegiatan sosial dan kemanusiaan. Bersama istrinya, ia mendirikan Carter Center pada 1982, yang berfokus pada promosi demokrasi, hak asasi manusia, dan kesehatan global. Pada 2002, ia dianugerahi Hadiah Nobel Perdamaian atas upayanya yang tak kenal lelah untuk menyelesaikan konflik internasional secara damai.

Carter juga terlibat dalam Habitat for Humanity, membantu membangun rumah bagi keluarga kurang mampu hingga usia 90-an. Ia menulis lebih dari 30 buku yang mencerminkan pemikirannya tentang agama, politik, dan kehidupan.

Warisan Jimmy Carter: Inspirasi untuk Generasi Mendatang

Mantan Presiden AS Jimmy Carter menjalani perawatan home hospice care, setelah serangkaian perawatan singkat di rumah sakit. (Dokumentasi AP)
Mantan Presiden AS Jimmy Carter menjalani perawatan home hospice care, setelah serangkaian perawatan singkat di rumah sakit. (Dokumentasi AP)

Jimmy Carter meninggalkan warisan yang melampaui batas waktu dan geografi. Ia dikenal sebagai pemimpin yang selalu mengutamakan nilai-nilai kemanusiaan di atas ambisi politik. Carter percaya bahwa perdamaian tidak dapat dicapai tanpa keadilan. Kata-kata ini mencerminkan dedikasi dan prinsip hidupnya.

Apa kontribusi terbesar Jimmy Carter sebagai presiden?

Jimmy Carter dikenal karena Perjanjian Camp David, yang mendamaikan Mesir dan Israel, serta hubungan diplomatik resmi dengan China.

Mengapa Jimmy Carter mendapat Hadiah Nobel Perdamaian?

Ia dianugerahi Nobel Perdamaian pada 2002 atas usahanya yang tak kenal lelah dalam mempromosikan perdamaian, demokrasi, dan hak asasi manusia.

Apa warisan terbesar Jimmy Carter setelah meninggalkan Gedung Putih?

Carter mendirikan Carter Center yang telah berkontribusi pada pencegahan penyakit, promosi demokrasi, dan penyelesaian konflik internasional.

Bagaimana kehidupan pribadi Jimmy Carter?

Carter menikahi Rosalynn Smith pada 1946 dan memiliki empat anak. Hingga akhir hayatnya, ia hidup sederhana di Plains, Georgia.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya