Perusahaan Ini Viral Pecat Karyawan Lajang, Disebut Tak Berbakti ke Orang Tua

Aturan unik ini tuai kecaman dari berbagai pihak.

oleh Ibrahim Hasan Diperbarui 25 Feb 2025, 12:43 WIB
Diterbitkan 25 Feb 2025, 11:30 WIB
Ilustrasi jomblo, pria bahagia
Ilustrasi jomblo, pria bahagia. (Photo by Angelo Pantazis on Unsplash)... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta Setiap manusia diciptakan berpasang-pasang, pria dan wanita. Namun, tak sedikit orang memutuskan untuk masih sendiri dengan berbagai alasannya. Tak heran jika sebuah perusahaan di China ini viral lewat aturan terbarunya yang bikin heboh.

Shuntian Chemical Group di Shandong, China, baru saja ditegur pemerintah setelah mengeluarkan aturan perusahaan aneh. Perusahaan ini mengancam akan memecat karyawan lajang, janda, atau duda jika mereka tetap sendiri hingga akhir September. Kebijakan ini diklaim sebagai upaya untuk meningkatkan angka pernikahan di kalangan pekerja.

Aturan tersebut diberlakukan bagi karyawan berusia 28 hingga 58 tahun yang belum menikah atau sudah bercerai. Jika tidak menikah hingga Maret, mereka harus menulis surat kritik diri, sementara yang masih lajang hingga Juni akan dievaluasi. Bila tetap tidak menikah hingga September, pemecatan menjadi konsekuensi terakhir.

Perusahaan ini berdalih bahwa kebijakan tersebut didasarkan pada tradisi dan nilai-nilai bakti kepada orang tua. Namun, banyak pihak mengecam aturan tersebut sebagai pelanggaran hak pribadi dan tidak konstitusional. Berikut selengkapnya Liputan6.com merangkum kisah unik ini melansir dari South China Morning Post, Selasa (25/2/2025)

Lajang, Janda, dan Duda Wajib Nikah atau Dipecat

Ilustrasi Bekerja di Kafe
Coba untuk kerjakan skripsimu di tempat-tempat baru (copyright Freepik)... Selengkapnya

Shuntian Chemical Group memicu kontroversi dengan kebijakan yang memaksa karyawannya untuk menikah. Perusahaan mengklaim bahwa aturan ini bertujuan untuk meningkatkan angka pernikahan di tengah menurunnya minat generasi muda. Kebijakan ini berlaku bagi semua pekerja yang belum menikah atau bercerai dalam rentang usia 28 hingga 58 tahun.

Mereka yang tidak menikah hingga Maret harus menulis surat kritik diri kepada perusahaan. Jika tetap melajang hingga Juni, perusahaan akan melakukan evaluasi terhadap mereka. Jika hingga September mereka masih belum menikah, mereka akan dipecat dari pekerjaannya.

Perusahaan beralasan bahwa aturan ini sejalan dengan tradisi dan nilai-nilai bakti kepada orang tua di Tiongkok. "Tidak menanggapi seruan pemerintah untuk meningkatkan angka pernikahan adalah tindakan tidak setia," tulis perusahaan dalam pengumuman resminya. Kritik pun bermunculan, menyebut kebijakan ini sebagai bentuk intervensi berlebihan terhadap kehidupan pribadi karyawan.

Ditegur Pemerintah, Perusahaan Akhirnya Mencabut Aturan Kontroversial

tujuan kerja sama
tujuan kerja sama ©Ilustrasi dibuat AI... Selengkapnya

Setelah aturan perusahaan aneh ini viral, otoritas ketenagakerjaan China segera turun tangan. Biro Sumber Daya Manusia dan Jaminan Sosial setempat melakukan pemeriksaan terhadap Shuntian Chemical Group pada 13 Februari. Dalam waktu kurang dari sehari, perusahaan mengklaim telah mencabut kebijakan kontroversial tersebut.

Seorang staf pemerintah menyatakan bahwa aturan ini melanggar Hukum Ketenagakerjaan dan Hukum Kontrak Kerja China. "Perusahaan tidak memiliki hak untuk meminta status pernikahan sebagai syarat kerja," tegasnya. Pemerintah memastikan tidak ada karyawan yang dipecat akibat kebijakan ini.

Meski kebijakan itu sudah dicabut, kasus ini tetap menjadi sorotan. Banyak pihak menilai bahwa tekanan sosial terhadap pernikahan di China semakin besar. "Perusahaan gila ini seharusnya mengurusi urusannya sendiri dan menjauhi kehidupan pribadi karyawannya," ujar seorang netizen.

Krisis Pernikahan di China, Pemerintah Beri Insentif untuk yang Menikah

Upacara Pernikahan Tradisional di Guiyang
Sejumlah pengantin wanita memberi hormat dalam sebuah upacara pernikahan tradisional yang diadakan di Guiyang, ibu kota Provinsi Guizhou, China barat daya, pada 16 November 2020. (Xinhua/Ou Dongqu)... Selengkapnya

Penurunan angka pernikahan di China menjadi perhatian serius bagi pemerintah. Data menunjukkan bahwa jumlah pernikahan di negara itu turun ke titik terendah, hanya 6,1 juta pada tahun lalu. Angka ini mengalami penurunan drastis sebesar 20,5% dibandingkan tahun sebelumnya.

Beberapa daerah bahkan menawarkan insentif finansial agar warga mau menikah. Kota di provinsi Shanxi, misalnya, memberikan hadiah sebesar 1.500 yuan bagi pasangan yang menikah sebelum usia 35 tahun. Upaya ini menunjukkan bahwa pemerintah tengah berjuang keras untuk meningkatkan angka pernikahan dan kelahiran.

Namun, banyak anak muda yang tetap enggan menikah karena alasan finansial dan kebebasan pribadi. "Apakah mereka akan menghukum karyawan yang sudah menikah karena tidak memiliki anak?" sindir seorang netizen. Aturan-aturan kontroversial seperti yang dibuat Shuntian Chemical Group justru semakin memperlihatkan tekanan sosial yang berlebihan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Produksi Liputan6.com

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya