BPOM Bandung Tebar Pasukan Pantau Takjil Berbahaya

Setiap satu pekan selama bulan Ramadan, puluhan takjil atau makanan buka puasa diperiksa sampelnya di lokasi berbeda.

oleh Arie Nugraha diperbarui 10 Jun 2017, 05:00 WIB
Diterbitkan 10 Jun 2017, 05:00 WIB
Takjil
Petugas Balai Besar POM Bandung memeriksa takjil atau penganan berbuka puasa yang terindikasi mengandung zat berbahaya di Pusat Dakwah Islam (Pusdai) Jawa Barat, Jalan Diponegoro, Kota Bandung. (Liputan6.com, Arie Nugraha)

Liputan6.com, Bandung - Jajaran Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (POM) Bandung menggelar operasi pengawasan dan pemeriksaan terhadap takjil atau penganan berbuka puasa selama bulan Ramadan. Teknisnya, setiap satu pekan selama bulan Ramadan, puluhan takjil atau makanan buka puasa diperiksa sampelnya di lokasi berbeda.

Menurut Kepala Balai Besar POM Bandung Abdul Rahim, dua kendaraan pemeriksa makanan buka puasa saat bulan Ramadan dikerahkan dalam setiap pemeriksaan untuk mengetahui adanya kandungan zat berbahaya.

"Ini kan bukan kimia murni, mereka sudah campurkan tentu salah satunya dimurnikan dulu. Ada teknik-teknik mengumpulkannya, menyarikannya, dan lain sebagainya," ucap Abdul di Pusat Dakwah Islam (Pusdai) Jawa Barat, Jalan Diponegoro, Kota Bandung, Jawa Barat Kamis, 8 Juni 2017.

Ia menjelaskan, saat diuji, pengotor-pengotor makanan yang berkimia itu berkurang. "Kalau tidak kita murnikan yang lain itu kan bukan zat yang kita cari, bisa saja itu mengganggu proses untuk identifikasinya."

Menurut Abdul, zat berbahaya yang digunakan pedagang dalam makanan buka puasa itu di antaranya formalin, boraks, dan pewarna tektsil. Dari beberapa kali pengawasan dan pemeriksaan oleh petugas Balai Besar POM Bandung beberapa tahun lalu, ada penganan mi dicampur dengan formalin.

Secara kasat mata, imbuh Abdul, zat berbahaya yang dicampur dengan takjil atau penganan buka puasa tidak dapat dikenali. Salah satu caranya adalah dengan dilakukan oleh indera perasa, yaitu mencoba kadar kekenyalan, bau menyengat, dan menggosokkan makanan berwarna ke kulit.

"Jika itu pewarna alami, maka akan mudah menghilang warnanya saat digosokkan ke kulit. Tapi, jika zat kimia, maka akan lama hilangnya," ujar Abdul.

Pada Kamis lalu, petugas Balai Besar POM Bandung menggelar pengawasan dan pemeriksaan makanan buka puasa untuk ke dua kalinya, berlokasi di Pasar Simpang Dago dan Pusdai Jawa Barat.

Sebanyak 60 sampel makanan diperiksa oleh peneliti kelayakan makanan dari BPOM. Sebelumnya pada pekan pertama bulan Ramadan, pengawasan dan pemeriksaan makanan buka puasa ini digelar di Lapangan Tegallega, Bandung.

Pedagang takjil atau penganan berbuka puasa di Pusat Dakwah Islam (Pusdai) Jawa Barat, Jalan Diponegoro, Kota Bandung. (Liputan6.com, Arie Nugraha)

Pengawasan dan pemeriksaan takjil pada tahun 2017, Balai Besar POM Bandung bekerja sama dengan Pramuka Kwarda Jawa Barat menemukan makanan buka puasa yang mengandung zat berbahaya seperti mi basah berformalin, Pacar China mengandung pewarna nonpangan (Rhodamine B), dan tutut (keong sawah) berformalin.

Sementara itu, Ketua Harian Kwarda Pramuka Jawa Barat Baim Setiawan menyebutkan, keterlibatan 60 pelatih Pramuka dalam mengawasi kelayakan pangan dalam makanan buka puasa tersebut sebagai salah satu cara memberikan pendidikan kepada masyarakat secara langsung.

"Anggota Pramuka itu dekat dengan masyarakat dan sekolah yang makanannya rentan dicampur dengan zat berbahaya," kata Baim.

Baim menjelaskan, dengan jumlah anggota Pramuka lebih dari enam juta orang di Jawa Barat, mereka dapat berpotensi mengajak kepada masyarakat untuk peduli terhadap kebersihan pangan.

Menurut dia, pengawasan terhadap takjil atau penganan buka puasa saat bulan Ramadan, sesuai dengan visi Pramuka yang harus terlihat, terasa, dan dirasakan keberadaannya oleh masyarakat sebagai salah satu bentuk pengabdian.

"Punya tanggung jawab terhadap masyarakat," Baim Setiawan memungkasi.

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya