Berkah Ramadan, Pesanan Sandal Spon Asal Malang Capai 4.000 Pasang

Memenuhi permintaan pasar yang semakin tinggi, jumlah produksi sandal spon juga mereka tingkatkan

oleh Liputan6.com diperbarui 25 Mei 2018, 12:00 WIB
Diterbitkan 25 Mei 2018, 12:00 WIB
Usaha Rumahan
Sehari, karyawan di industri sandal bisa memproduksi 800 pasang (Tika Hapsari/JawaPos.com)

Malang - Bulan Ramadan tak membuat rumah produksi sandal spon di Desa Candirenggo, Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang, vakum. Mereka justru tampak lebih sibuk melakukan tugas mereka masing-masing.

Di ruangan semi terbuka dengan lebar sekitar 30 meter persegi, masing-masing pekerja ada yang mencetak alas sandal menggunakan cetakan khusus. Ada yang mengelem dan membuat lapisan. Ada juga yang membuat tali sandal sebelum finishing.

Maklum, usaha rumahan milik Syahrul Hasan (30) kebanjiran pesanan. Permintaan sandal spon melonjak drastis. 

Syahrul menjelaskan, sebelum Ramadan, permintaan di tempat mereka jadi lebih dari 200 kodi atau lebih dari 4.000 pasang. Padahal sebelumnya, permintaan hanya sekitar 150 kodi atau sekitar 3.000 pasang.

"Peningkatan sudah mulai dirasakan sejak dua bulan lalu. Setiap minggu permintaan tinggi," katanya, kepada JawaPos.com, Selasa (22/5/2018).

Memenuhi permintaan pasar yang semakin tinggi, jumlah produksi sandal spon juga mereka tingkatkan. Dalam sehari, delapan pekerjanya mampu memproduksi sebanyak 40 kodi. Masing-masing pekerja memproduksi lima kodi.

Artinya, dalam sehari produksi sandal rumahan milik bapak dua anak ini, memproduksi 800 pasang. Syahrul menjelaskan, model yang ditawarkan untuk sandal ini bermacam-macam.

Mulai dari sandal gunung, selop, sandal jepit. Bukan hanya untuk perempuan saja, namun juga bagi laki-laki dan perempuan.

Harga jual per kodi, lanjut Syahrul, berkisar antara Rp 100 ribu hingga Rp 360 ribu. Sandal-sandal mereka ini sudah dijual di seluruh Malang Raya.

"Yogyakarta, Banyuwangi, Situbondo dan Jember juga menjadi wilayah pemasaran kami," tegas dia.

Usaha yang sudah berdiri sejak 12 tahun lalu ini, lanjut lulusan SMK itu, tidak pernah mengalami kekurangan bahan baku.

"Alhamdulillah, bahan baku selalu ada. Penjualannya juga tinggi" katanya.

Baca berita menarik lainnya dari JawaPos.com di sini.

Saksikan video pilihan berikut ini:

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya