Quraish Shihab: Iman seperti Orang Merajut Cinta, Awalnya Penuh Keraguan

Apakah seorang yang beriman baru dinamai beriman kalau dia telah mengamalkan apa yang diperintahkan agama?

oleh Maria Flora diperbarui 02 Mei 2019, 08:00 WIB
Diterbitkan 02 Mei 2019, 08:00 WIB
Quraish Shihab
Puasa membentengi seseorang dari rayuan setan dan memeliharanya dari keterjerumusan dalam aneka keburukan.

Liputan6.com, Jakarta - Dalam Mutiara Hati kali ini, cendekiawan muslim sekaligus pendiri Pusat Studi Alquran, Quraish Shihab membahas soal iman.

Iman biasa diterjemahkan dengan percaya. Tapi, apakah percaya itu? Dari segi bahasa, percaya berarti pembenaran hati terhadap apa yang didengar oleh telinga.

Menurut cendikian muslim ini, terkadang apa yang diimani bisa jadi tidak diketahui. Bahkan, ada sebagian pakar menyebut iman menyangkut sesuatu yang tidak terjangkau oleh nalar. Karena kalau sudah terjangkau oleh nalar, maka tidak lagi dinamai iman.

Kembali, iman adalah pembenaran hati. Apakah seorang yang beriman baru dinamai beriman kalau dia telah mengamalkan apa yang diperintahkan agama? Ada sebagian ulama yang tidak berpandangan demikian.

Menurut mereka, iman berdiri sendiri dan kesempurnaannya adalah apabila seseorang mengamalkan tuntunan-tuntunan agama.

Iman, khususnya pada tahap-tahap awal, selalu disertai oleh tanda tanya. Namun, sebagin pakar memiliki pandangan berbeda. Orang beriman bagaikan berada di tengah lautan, lalu dia melihat nun jauh di sana pulau yang sedang dia tuju.

Tetapi, dalam perjalanan dia menghadapi ombak dan gelombang yang cukup besar. Pada saat itu dia bertanya, apakah dirinya akan sampai di pulau harapan? Itulah gambaran tentang iman.

Dalam pemaparannya soal Iman, Quraish Shihab menggambarkan iman seperti orang yang tengah merajut cinta dengan seseorang. Awalnya selalu didahului dengan keraguan. Namun, jangan khawatir dengan keraguan itu.

Dahulu para sahabat Nabi Muhammad SAW. ada yang berkata kepada baginda Nabi, "Wahai Nabi, kami merasakan di dalam hati kami pertanyaan-pertanyaan yang kami tidak sanggup untuk mengutarakannya kepadamu. Kami khawatir untuk mengutarakannya kepadamu.”

Mendengar ucapan itu, Nabi SAW bertanya, "Apakah engkau telah mendapatkan itu? Apakah engkau telah mendapatkan pertanyaan-pertanyaan yang menggelisahkan hatimu?" Para sahabat membenarkannya.

Nabi pun bersabda, "Itulah substansi iman dari tahap-tahap keimanan".

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya