Liputan6.com, Jeddah - Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Indonesia di Arab Saudi mulai mempersiapkan diri jelang pelaksanaan puncak haji. Persiapan mengantisipasi alur pergerakan jemaah haji saat wukuf di Arafah dan melempar jumrah di Mina.
Dua ritual ibadah haji di dua lokasi berbeda tersebut disebut-sebut menjadi titik rawan tumbangnya jemaah akibat kelelahan.
Baca Juga
"Arafah dikarenakan suhu ekstrim maka menjadi perhatian. Tapi Mina lebih rawan dan harus disiasati dengan baik," kata Kepala Bidang Perlindungan Jamaah PPIH yang juga bertindak sebagai Kepala Satuan Operasional (Kasatop) Arafah Muzdalifah dan Mina (Armuzna), Jaetul Muchlis saat sosialisasi persiapan Armuzna bagi petugas haji di Jeddah, Selasa (30/7/2019).
Advertisement
Dia menuturkan, saat puncak haji, jemaah haji bergerak dari satu tempat ke tempat yang lainnya. Hal ini harus didahului pergerakan dari petugas haji.
Nantinya, sebanyak 1.108 Petugas dari daerah kerja (daker) Bandara, Madinah maupun Makkah seluruhnya akan dikerahkan.
Jumlah itu masih ditambah Tim Mobile Crisis Rescue (MCR) sebanyak 220 orang hingga total 1.328 petugas non kloter yang tergabung dalam Satop Armuzna bergerak melayani jemaah pada puncak haji.
"Tim mobile crisis ini sekitar 220 orang dengan berbagai unsur, yaitu unsur perlindungan jemaah, unsur tim gerak cepat Kemenkes, ada P3JH Kementerian Agama dan juga teman-teman dari Media Center Haji juga akan terlibat di situ," ujar Jaetul.
Para petugas haji yang ada di satuan tugas Arafah sudah mulai bergerak menuju Arafah pada 7 Dzulhijjah atau 8 Agustus pukul 20.00 Waktu Arab Saudi (WAS). Hal itu mengantisipasi kedatangan jemaah yang sudah mulai bergerak sejak 8 Dzulhijjah atau 9 Agustus 2019.
"Puncaknya adalah wukuf di Arafah pada 9 Dzulhijjah atau 10 Agustus 2019,"lanjut dia.
Setelah itu jemaah bergerak menuju muzdalifah dan bermalam (mabit) di Mina pada 10 Dzulhijjah. Pergerakan jemaah terus berlanjut sampai 13 Dzulhijjah atau 14 Agustus untuk melakukan rangkaian lempar jumrah.
Saat bolak-balik melempar jumrah inilah salah satu titik paling rawan dalam rangkaian ibadah haji yang harus diperhatikan para jamaah. Hal itu disebabkan berkumpulnya seluruh jemaah dari seluruh dunia untuk melempar jumrah di waktu bersamaan.
"Titik-titik kritis sudah kita petakan. Bagaimana seluruh petugas Haji ini bisa mengantisipasi juga melakukan tindakan dini terhadap potensi-potensi kritis yang terjadi ke jemaah haji kita," kata dia.
Tahun ini jamaah haji Indonesia mencapai 231 ribu jiwa. Jumlah itu terdiri dari 214 ribu haji reguler dan 17 ribu haji khusus.
Kemenag Kirim 54 Petugas Haji Tambahan ke Tanah Suci
Kementerian Agama (Kemenag) mengirimkan 54 petugas haji tambahan ke Arab Saudi. Kedatangan petugas Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) 2019 ini untuk membantu operasional layanan haji di Tanah Suci.
Seperti diketahui tahun ini, selain kuota haji 204 ribu untuk reguler, Arab Saudi juga memberikan tambahan sebanyak 10 ribu. Sehingga total jemaah haji reguler di Tanah Suci mencapai 214 ribu.
Petugas tambahan tiba di Bandara King Abdul Aziz, Jeddah pada Senin (29/7/2019) sore. Mereka langsung bertolak ke Makkah.
"Ini akan kita deploy ke operasional haji untuk sementara menjelang wukuf di Arafah. Jadi semua akan kita tempatkan di Makkah" ujar Direktur Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah, Nizar Ali saat menyambut petugas PPIH tambahan di Jeddah.
Petugas haji tambahan ini berasal dari berbagai instansi. Mulai dari Kementerian Agama, kepolisian, TNI, perguruan tinggi, hingga organisasi masyarakat (ormas).
Dengan pembagian tugas kerja, seperti pada pelayanan umum, akomodasi, konsumsi, perlindungan jemaah (linjam) dan administrasi.
Kemudian setelah masa puncak haji selesai, akan ada perubahan penempatan bagi petugas tambahan. Sebagian tetap berjaga di Makkah dan lainnya ke Madinah.
Pergeseran demi mengoptimalkan layanan, terutama saat masa kepulangan jemaah haji.
Advertisement