Liputan6.com, Jakarta - Jemaah haji di seluruh penjuru dunia pastinya ingin merapatkan diri pada tembok Kakbah di antara hajar aswad dengan pintu Kakbah. Hal tersebut disunahkan.
Cara merapatkan diri ke tembok Kakbah adalah dengan menempalkan dada, wajah, dan kedua lengan. Cara ini telah dipraktikkan oleh sejumlah sahabat Nabi Muhammad, di antaranya Ibnu Abbas. Beliau berkata,
"Inilah Multazam, antara rukun hajar aswad dengan pintu Kakbah".
Advertisement
Dikutip dalam buku Sifat Haji & Umrah Nabi Muhammad karya Syaikh Muhammad Nashiruddin al-Albani, Syaikh Islam Ibnu Taimiyah berkata dalam Mansaknya:
"Jika seseorang suka untuk mendatangi Multazam, yaitu antara hajar aswad dengan pintu Kakbah, lalu menempelkan pada dada, wajah, kedua lengan, dan kedua telapak tangannya padanya, lalu berdoa dan memohon hajatnya kepada Allah. Maka dia boleh melakukan itu, dan boleh melakukan sebelum tawaf wada. Para sahabat dulu melakukan hal itu ketika mereka masuk ke Makkah," kata Syaikh Islam Ibnu Taimiyah.
Tidak terdapat doa khusus yang dibaca selama melakukan tawaf, selain rukun Yamani dan hajar aswad. Setiap orang boleh memilih membaca Alquran atau berzikir dan berdoa sesuai dengan yang diinginkan. Rasullah SAW bersabda:
الطَّوَافُ بِالْبَيْتِ صَلاَةٌ إِلاَّ أَنَّ اللَّهَ أَحَلَّ فِيهِ الْمَنْطِقَ، فَمَنْ نَطَقَ فِيهِ فَلاَ يَنْطِقْ إِلاَّ بِخَيْرٍ
"Tawaf di Baitullah adalah salat, hanya saja Allah menghalalkan berbicara di dalamnya. Maka barangsiapa yang ingin berbicara, janganlah dia berbicara kecuali dengan kebaikan"
(Desti Gusrina)