Tradisi Unik Bernuansa Ramadan Dunia, No 5 dan 6 dari Indonesia

Berikut ini sejumlah tradisi unik bernuansa Ramadan dari seluruh dunia, dua di antaranya dari Indonesia.

oleh Liputan6.com diperbarui 14 Mei 2020, 00:20 WIB
Diterbitkan 14 Mei 2020, 00:20 WIB
Imbas Corona, Arab Saudi Tutup Sementara Masjidil Haram
Suasana Masjidil Haram di Mekah, Arab Saudi, Kamis (5/3/2020). Selain Masjidil Haram, pemerintah Arab Saudi juga menutup sementara Masjid Nabawi di Madinah untuk mencegah penyebaran virus corona (COVID-19). (ABDEL GHANI BASHIR/AFP)

Liputan6.com, Jakarta Ramadan menjadi bulan yang penting bagi seluruh umat Muslim di dunia, karena bulan ini dianggap bulan suci yang penuh berkah.

Makna Ramadan pun bervariasi dan salah satunya adalah kebersamaan keluarga. 

Tak sedikit tradisi Ramadan yang menarik dan unik, yang membawa suasana kekeluargaan. 

Memang, tahun ini suasana Ramadan akan terasa sedikit berbeda karena adanya social distancing yang dianjurkan oleh pemerintah untuk meminimalisir penyebaran COVID-19.

Berikut ini enam tradisi unik Ramadan dari berbagai belahan dunia, salah satunya dari Indonesia, dikutip dari SEAsia.co, Rabu (13/05.2020) 

1. Tradisi Gerga’aan dari Kuwait

Ilustrasi Bendera Kuwait (Pixabay)
Ilustrasi Bendera Kuwait (Pixabay)

Dikutip dari SEAsia.co, di Kuwait ada tradisi bernama Gerga’aan. Biasanya berlangsung selama tiga hari di dua minggu menjelang Ramadan. Dalam tradisi ini, anak-anak akan bernyanyi dan keliling di daerah tetangga masing-masing. 

Tak hanya itu, anak-anak juga akan mendapatkan makanan kecil seperti permen dan coklat. Tradisi ini cukup mirip dengan tradisi Gulf yang ada di Arab. Kata "gerga'aan" sendiri masih menjadi perdebatan di Kuwait. Karena kata tersebut bisa memiliki arti "berkat pada bulan" dan dari kata Badui yang berarti campuran.

2. Makanan Kunafa dari Palestina

Melihat Tradisi Bangunkan Sahur di Palestina
Dua pemuda "Musharati" Palestina memukul gendang saat membangunkan umat muslim untuk sahur pada malam kedua selama bulan suci Ramadan di Rafah di Jalur Gaza selatan (25/4/2020). (AFP/Said Khatib)

Di beberapa negara Islam, mereka memiliki makanan penutup khusus mereka sendiri yang biasanya dimakan selama bulan Ramadan. Kunafa  menjadi salah satu makanan yang paling populer di Palestina.

Kunafa merupakan makanan jalanan Palestina yang berupa adonan keju panas lembut dan semolina, disiram sirup dan ditambah dengan pistachio yang dihancurkan. Pewarna makanan dibubuhkan untuk mengubah makanan penutup berwarna oranye terang, seringkali sampai menjadi neon.

Dipercaya bahwa Kunafa ini berasal dari kota Nablus. Biasanya kunafa dimakan sepanjang tahun, baik di Palestina maupun di daerah Timur Tengah lainnya, tempat itu muncul dalam berbagai bentuk. Tapi itu telah menjadi sangat terkait dengan Ramadan, di mana kunafa ni kerap menjadi sungguhan manis. 

Kombinasi sedikit asin keju dan manisnya sirup, bersama dengan tekstur lengket yang kontras, keju halus dan adonan yang terlihat kasar dan renyah menjadikannya makanan penutup yang lebih enak yang merupakan kenikmatan bagi selera. Saat ini, Nablus masih terkenal karena memiliki kunafa terbaik di dunia, dengan vendor di seluruh kota menyambarnya. 

3. Fanoos dari Mesir

Jelang Ramadan, Warga Palestina Berhias Lentera
Pedagang Palestina menjual lentera Ramadan tradisional di sebuah pasar di Kota Nablus, Tepi Barat (19/4/2020). Jelang Ramadan, warga Palestina membeli lentera beraneka warna, yang dikenal sebagai fanoos dalam bahasa Arab, untuk anak-anak mereka atau sebagai hiasan di rumah. (Xinhua/Rizek Abdeljawad)

Tak hanya di Palestina, fanoos juga terkenal di Mesir dan beberapa negara Timur Tengah lainnya.

Fanoos ini biasanya terbuat dari logam dan kaca berwarna, lentera dekoratif digantung di mana-mana dari rumah dan mal ke jalan-jalan dan tenda Ramadan selama bulan suci. Tetapi Kairo dianggap sebagai tempat kelahiran lampu fanoos, meski demikian memiliki tempat khusus di hati orang-orang Mesir.

 

4. Piknik Iftar di India

Ilustrasi bendera India (AFP Photo)
Ilustrasi bendera India (AFP Photo)

Di India ada piknik Iftar yang menarik masyarakat di sana, terutama orang-orang akan berkumpul di Masjid Jama untuk melakukan tarawih. Di acara ini ratusan umat Muslim berkumpul setiap malam untuk berbuka puasa, kecuali jika Ramadan jatuh pada musim dingin ekstrem.

Mereka biasanya meletakkan kain besar di atas batu bendera tempat duduk dan makan hidangan berbuka puasa yang disiapkan di rumah.

 

5. Nyekar

Tradisi Ziarah Kubur Saat Lebaran
Warga berdoa saat berziarah di TPU Karet Pasar Baru Barat, Jakarta, Sabtu (16/6). Ziarah kubur atau "nyekar" pada hari raya lebaran merupakan salah satu tradisi umat muslim untuk mendoakan sanak keluarga yang meninggal dunia. (Liputan6.com/Arya Manggala)

Dikutip dari SEAsia.co, tradisi ini dilakukan sebelum Ramadan untuk menghormati para leluhur sebelumnya. Aktivitas berkunjung ke makam ini untuk menaburkan bunga dan berdoa. 

Tradisi Nyekar ini sangat populer di pulau Jawa, dalam tradisi tersebut umat Muslim akan berdoa untuk beberapa hal, seperti kesehatan dan nasib baik untuk mereka dan keluarga. Di beberapa tempat lain di Jawa, umat Muslim akan mengunjungi makan keraton. 

Di daerah pedesaan, orang Jawa juga membuat persembahan makanan kepada leluhur mereka, ketika mengunjungi makam kerabat untuk ritual yang disebut nyandran.

Para perempuan akan menyeimbangkan keranjang makanan di kepala mereka, melakukan perjalanan ke kuburan dengan berjalan kaki untuk membuat persembahan mereka, seringkali harus berjalan beberapa kilometer.

Orang-orang yang lebih kaya biasanya menawarkan kue-kue kecil dan buah-buahan, sedangkan yang kurang mampu akan menawarkan apa pun yang mereka bisa beli.

6. Padusan

Wisata Pacet Mojokerto
Pemandian Air Panas Padusan / Sumber: disparpora.mojokertokab.go.id

Padusan diyakini merupakan peninggalan leluhur di tanah Jawa, yang sudah dilaksanakan secara turun temurun. Namun, kini sudah terjadi pergeseran dari warisan para leluhur itu sendiri.

Misalnya, kini para anak muda hanya memahaminya sebagai mandi bersama satu hari menjelang bulan Ramadan. Padahal, makna padusan itu sendiri sebenarnya harus diberi perhatian secara khusus.

Padusan sesungguhnya memiliki makna membersihkan jiwa dan raga sehingga bersih di dalam maupun di luar, siap sebenar-benarnya menyongsong bulan Ramadan yang mulia.

Padusan juga bisa menjadi media untuk merenung dan instropeksi atas kesalahan yang pernah dilakukan di masa lalu. Dengan begitu, akan tercipta kesadaran untuk memperbaiki diri di masa mendatang.

Karena itulah, padusan sebenarnya harus dilaksanakan di tempat yang sepi dan seorang diri. Dengen keheningan yang timbul serta suasana yang syahdu, akan menambah keyakinan dan kesadaran untuk memasuki bulan Ramadan sebagai pribadi yang lebih baik.

Reporter: Yohana Belinda

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya