Liputan6.com, Jakarta - Merangkum dari laman NU Online, Prof Quraish Shihab menjelaskan, surat Al-'Adiyat 1-5 merupakan gambaran datangnya hari Kiamat secara tiba-tiba seperti mendadaknya serangan tentara berkuda.
Qasam atau sumpah merupakan salah satu uslub yang berfungsi menetapkan dan menguatkan informasi dalam Al-Qur'an, sebagaimana dijelaskan oleh Imam Az-Zarkasi dalam kitabnya Al-Burhan.
Syekh Manna' Al-Qathan menjelaskan, qasam dalam Al-Qur'an digunakan untuk menghilangkan keraguan, membatalkan syubhat, menegakkan argumentasi, menekankan berita dan menetapkan hukum dalam bentuk yang paling sempurna.
Advertisement
Dari penjelasan di atas memberikan pemahaman bahwa sebenarnya yang terpenting adalah subjek sumpahnya (muqsam alaih atau disebut juga jawab qasam). Maksudnya adalah subyek sumpahlah yang ditetapkan dan dikuatkan, sehingga perlu menggunakan sumpah.
Namun perlu diyakini bahwa objek sumpah dalam Al-Qur'an pasti mempunyai keutamaan dan manfaat tersendiri, sehingga dijadikan sebagai objek sumpah oleh Allah. Menurut Az-Zarkazi ketika Allah bersumpah dengan makhluknya, itu karena keutamaan atau manfaatnya.
Sebagaimana yang terdapat dalam QS. Al-'Adiyat ayat 1 -5:
وَالْعٰدِيٰتِ ضَبْحًاۙ (1) فَالْمُوْرِيٰتِ قَدْحًاۙ (2) فَالْمُغِيْرٰتِ صُبْحًاۙ (3) فَاَثَرْنَ بِهٖ نَقْعًاۙ (4) فَوَسَطْنَ بِهٖ جَمْعًاۙ (5)
Artinya : "(1) Demi kuda-kuda perang yang berlari kencang terengah-engah, (2) yang memercikkan bunga api (dengan hentakan kakinya), (3) yang menyerang (dengan tiba-tiba) pada waktu pagi (4) sehingga menerbangkan debu, (5) lalu menyerbu ke tengah-tengah kumpulan musuh."
Baca Juga
Saksikan Video Pilihan ini:
Kedatangan Kiamat secara Mendadak Sebagai Objek Sumpah
Para mufasir, semisal Syekh Thantawi (wafat 2010), menjelaskan keutamaan muqsam bih (objek sumpah) kuda yang digunakan untuk jihad fi sabilillah, karena manfaatnya untuk digunakan dalam hal agama ataupun dunia. Berikut selengkapnya:
وقد أقسم- سبحانه- بالخيل المستعملة للجهاد في سبيله، للتنبيه على فضلها، وفضل ربطها، ولما فيها من المنافع الدينية والدنيوية، ولما يترتب على استعمالها في تلك الأغراض من أجر وغنيمة، ومن ترويع لجموع المشركين، وتمزيق لصفوفهم
Artinya : "Allah bersumpah dengan kuda yang digunakan untuk jihad fi sabilillah untuk mengingatkan keutamaannya dan keutamaan memeliharanya, karena terdapat beberapa manfaat diniyah (agama) dan dunyawiyah (dunia). Sebab menggunakannya untuk jihad akan mendatangkan pahala, ghanimah, mengejutkan, memecah belah dan mengacaukan gerombolan dan barisan musuh."
Prof Quraish Shihab selalu pakar tafsir Indonesia dalam bukunya Tafsir Al-Misbah menjelaskan, surat Al-'Adiyat 1-5 merupakan gambaran mendadaknya kedatangan hari Kiamat. Seperti mendadaknya serangan tentara berkuda di tengah kelompok yang merasa kuat, tetapi ternyata mereka diporakporandakan.
Advertisement
Perbedaan Tafsir Prof Quraish Shihab dengan Mufassir lainnya
Diketahui dalam kitab-kitab tafsir turats belum ada penafsiran ayat seperti pandangan Quraish Shihab di atas. Mayoritas mufassir tidak mengaitkan muqsam bih (objek sumpah) dalam ayat-ayat di atas dengan hari kiamat, karena muqsam alaih dari qasamnya adalah ayat berikutnya yaitu:
اِنَّ الْاِنْسَانَ لِرَبِّهٖ لَكَنُوْدٌ ۚ
Artinya: "Sesungguhnya manusia itu sangatlah ingkar kepada Tuhannya."
Selain itu, juga tidak ditemukan dalam Al-Qur'an Allah bersumpah dengan hari Kiamat. Sebagaimana dijelaskan para ulama, obyek sumpah dalam Al-Qur'an kalau bukan dengan zat Allah sendiri, ya dengan makhluk-makhluk-Nya.
Dengan demikian, berarti Prof Quraish Shihab menjadikan ayat-ayat di atas dipahami sebagai gambaran tentang mendadaknya kehadiran hari Kiamat sebagai muqsam bih atau objek sumpah.
Berangkat dari itu beliau mengatakan:
"Permisalan yang dikemukakan ayat-ayat di atas (mendadaknya serangan tentara berkuda, boleh jadi tidak berkenan atau berkesan di hati sebagian orang yang hidup pada abad ke-20 ini. Abad ini adalah abad peluru kendali, senjata nuklir dan perang bintang, sehingga dapat saja kesan itu mengantar kepada pernyataan bahwa apa yang diungkapkan Al-Qur’an sudah ketinggalan zaman."
Ustadz Muhammad Hanif Rahman sebagai penulis menyarankan kepada semua pihak yang membaca Al-Qur’an agar tidak bersifat egoistis dengan mengharapkan gambaran serta petunjuk-petunjuk Al-Qur’an ditujukan untuk dirinya atau generasinya saja. Al-Qur’an turun kepada masyarakat abad ke-6, juga abad ke-20 dan abad-abad selanjutnya.
Setiap kita dapat memetik petunjuk-petunjuk yang bermanfaat serta nilai-nilai yang terkandung dalam redaksi petunjuknya, seandainya pesan harfiahnya tidak sejalan dengan pengalaman hidup atau perubahan sosial mereka.
Apalagi memang tidak ada suatu ajaran— yang universal sekalipun—yang menguraikan ide dan nilai-nilai ajarannya dengan memberikan contoh-contoh yang seluruhnya bersifat universal pula, atau mengemukakannya dengan bahasa yang dipahami atau digunakan oleh seluruh manusia, seluruh generasi, kapan dan dimanapun mereka berada."
Menurutnya Prof Quraish dengan penjelasannya tersebut ingin mengaktualisasi kandungan Al-Qur'an agar tetap berkenan dan berkesan untuk orang-orang yang hidup di zaman ini. Namun demikian, sebenarnya hal itu tidak diperlukan jika dari awal pembaca Al-Qur'an memahami objek sumpahnya adalah kuda yang digunakan untuk jihad fi sabilillah, bukan tentangmendadaknya kehadiran hari Kiamat. Wallahu a'lam.