Liputan6.com, Jakarta - Pada hari perhitungan seluruh amal perbuatan manusia dihitung dengan begitu teliti. Kebaikan maupun kesalahan akan dihitung dengan rijit, tanpa ada sebutir debupun yang terlewat.
Melihat gambaran betapa detailnya perhitungan saat hari kiamat, maka siapapun akan khawatir. Sebab, tak ada satupun manusia biasa yang maksum, atau bebas dari kesalahan, terkecuali Nabi Muhammad SAW.
Advertisement
Baca Juga
Beruntungnya, umat Islam adalah kelompok manusia yang bisa memperoleh syafaat pada hari kiamat. Meski hanya ada secuil iman di hatinya, Allah SWT akan memberinya tempat di surga, walaupun harus merasakan pedihnya siksa neraka terlebih dahulu.
Namun begitu, kita juga harus berhati-hati. Ada sejumlah faktor atau dosa yang menyebabkan seseorang terhalang mendapatkan syafaat di hari kiamat.
Berikut ini adalah tiga penyebab terhalangnya syafaat di hari kiamat, mengutip islamweb.net seperti dikutip Republika:
Saksikan Video Pilihan Ini:
Penyebab Terhalangnya Syafaat di Hari Kiamat
1. Syirik
Faktor pertama adalah ketika seorang Muslim terjebak pada kesyirikan atau melakukan perbuatan yang menyekutukan Allah SWT. Perbuatan ini menjadi halangan untuk memperoleh syafaat.
Dalam Alquran, Allah SWT menegaskan bahwa dosa syirik tidak akan diampuni. Sedangkan salah satu syarat mendapatkan syafaat adalah diampuni dosa-dosanya. Allah SWT berfirman:
إِنَّ اللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَٰلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ ۚ وَمَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدِ افْتَرَىٰ إِثْمًا عَظِيمًا
"Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar." (QS An-Nisa: 48)
2. Pemimpin yang Tak Adil
Faktor kedua terhalangnya syafaat kepada seorang hamba pada hari kiamat, yaitu karena saat menjadi pemimpin tidak bersikap adil kepada rakyatnya, dan bersikap berlebih-lebihan dalam beragama.
Dalam hadits Abu Umamah disebutkan, Rasulullah SAW menyampaikan bahwa ada dua macam umatnya yang tidak akan mendapatkan syafaat darinya.
عن أبي أمامة رضي الله عنه قال: قال رسول الله -صلى الله عليه وسلم-: صنفان من أمتي لن تنالهما شفاعتي: إمام ظلوم، وكل غالٍ مارق
"(Yaitu) pemimpin yang zalim, dan orang yang bersikap berlebih-lebihan (dalam beragama)." (HR Ath-Thabrani dalam Al-Mu'jam Al-Kabir. Al-Haitsami menyebut perawinya tsiqah)
Prinsip dasar seorang pemimpin adalah menjaga hak-hak rakyatnya. Sebab pemimpin merupakan penerus untuk menegakkan hukum Allah SWT dalam berbagai bentuk misalnya melalui peraturan perundang-undangan.
Hadits Abu Hurairah menyebutkan, bahwa pemimpin yang adil itu termasuk tujuh orang yang akan diberikan keteduhan pada Hari Kiamat kelak. Rasulullah SAW bersabda:
عن أبي هريرة رضي الله عنه، أن النبي صلى الله عليه وسلم قال: سبعة يظلهم الله يوم القيامة في ظلّه، يوم لا ظلّ إلا ظله: إمام عادل
"Tujuh orang akan dinaungi Allah SWT pada Hari Kiamat di bawah bayang-bayang-Nya, (sebab) pada hari itu tidak ada bayangan kecuali bayangan-Nya, yaitu (pertama) pemimpin yang adil.." (HR Bukhari)
Advertisement
3. Menyangkal Syafaat
Faktor ketiga adalah menyangkal kebenaran syafaat. Hadits riwayat Anas bin Malik menyebutkan, siapa yang menyangkal syafaat maka dia tidak mendapatkan bagian dari syafaat.
عن أنس بن مالك رضي الله عنه قال: من كذّب بالشفاعة فليس له فيها نصيب
Sanad hadits ini disahihkan al-Hafidz Ibnu Hajar al-Asqalani dalam kitabnya Fath Baari.
Tim Rembulan