Liputan6.com, Jakarta - Bulan suci Ramadhan akan segera dimulai.
Sebentar lagi umat Islam dari seluruh penjuru dunia akan mulai melaksanakan ibadah puasa Ramadhan dari fajar hingga matahari terbenam.
Tidak hanya untuk menjalankan perintah agama, ibadah puasa juga merupakan bentuk tindakan pengabdian dan refleksi spiritual.
Advertisement
Mengutip dari situs Al Arabiya, Selasa (21/3/2023), menurut para ahli di Uni Emirat Arab, berpuasa tak hanya memberi manfaat pada kesehatan fisik, tetapi juga pada kesehatan mental.
Puasa Bantu Atasi Kecemasan dan Depresi
Nada Omer Mohamed Elbashir, seorang konsultan psikiater di Rumah Sakit Burjeel, Abu Dhabi, mengatakan, terdapat kepercayaan yang saat ini sedang dikembangkan bahwa puasa dapat memberikan efek positif pada kesehatan mental.
"Orang yang berpuasa mengalami peningkatan gejala depresi, kecemasan, dan bahkan stres," katanya.
Nada mengatakan bahwa terdapat penurunan kelelahan di minggu kedua puasa, "Ini dapat dikaitkan dengan menginduksi metabolisme keton dan efek anti-inflamasinya yang berkontribusi pada tingkat stres yang lebih rendah."
Baca Juga
Teratasinya kecemasan dan depresi karena berpuasa ini berkaitan dengan cara kerja Neurotransmiter, "Mereka mengirimkan sinyal yang tidak hanya memengaruhi cara kita berfungsi, berbicara, dan berpikir, tetapi juga perasaan kita," kata Nada.
"Namun, penelitian lebih lanjut sedang dilakukan di masa depan," tambahnya, penelitian selanjutnya masih diperlukan terkait hal ini.
Nada menegaskan bahwa individu yang berisiko mengalami komplikasi medis atau yang memiliki kondisi kesehatan mental buruk, tidak dianjurkan untuk berpuasa. Diharuskan untuk berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter sebelum bulan suci.
Sedangkan, bagi mereka yang berpuasa, penting untuk memantau kesehatan fisik dan mental dengan cermat dan mencari bantuan profesional jika perlu.
Puasa Dapat Mengurangi Stres
Farinaz Aghajan Nashtaei, psikiater spesialis di International Modern Hospital Dubai, juga setuju bahwa puasa dapat memiliki efek positif pada kesehatan mental."
“Misalnya, satu studi menemukan bahwa puasa selama Ramadhan menyebabkan penurunan tingkat stres dan kecemasan yang signifikan di antara peserta," kata Farinaz.
"Studi lain menemukan bahwa puasa dapat meningkatkan neuroplastisitas, yang dapat berkontribusi pada pengurangan gejala depresi," tambahnya.
Selain itu, puasa juga terbukti meningkatkan fungsi kognitif dan mencegah penurunan kognitif yang berkaitan dengan usia, kata Farinaz. Penelitian menunjukkan bahwa puasa dapat memperlambat degenerasi saraf dan meningkatkan pemulihan fungsional pasca stroke.
Namun, puasa di bulan Ramadhan juga bisa berdampak buruk bagi kesehatan mental, kata dokter tersebut.
Dehidrasi dan kelelahan dapat menyebabkan lekas marah, perubahan suasana hati, dan kesulitan berkonsentrasi.Â
Selain itu, perubahan pola tidur dan pola makan dapat menyebabkan kecemasan, depresi, dan stres.Â
Beberapa individu mungkin juga mengalami perasaan terasing dan kesepian karena interaksi sosial yang berubah selama sebulan.
Advertisement
Perawatan Diri untuk Menjaga Kesehatan Mental Saat Puasa
Nashtaei menyarankan agar individu yang berencana berpuasa selama Ramadhan harus mengambil langkah-langkah untuk melindungi kesehatan mental mereka.
Di luar waktu puasa, penting untuk mencukupi kebutuhan hidrasi dan nutrisi tubuh. Ini untuk membantu mencegah gejala fisik yang dapat berpengaruh pada kesehatan mental.
Selain itu, tetap melakukan aktivitas fisik dan menjaga hubungan sosial juga diperlukan karena dapat membantu mengurangi perasaan terisolasi dan depresi.
"Untuk menjaga kesehatan fisik dan mental yang baik selama Ramadhan, sangat penting untuk mempraktikkan perawatan diri," kata Farinaz, "Termasuk makan makanan yang seimbang dan sehat selama jam-jam non-puasa dan mempraktikkan teknik relaksasi untuk mengelola stres."
Bagi yang sedang menjalani perawatan medis, wajib untuk berkonsultasi kepada dokter terkait perubahan perawatan selama berpuasa.
Menurut Farinaz, Ramadhan dapat menjadi pengalaman bermakna dan bermanfaat yang dapat meningkatkan kesejahteraan spiritual dan fisik asal melakukan perawatan yang tepat.
Perawatan dan Tindakan Harus Tepat Selama Ramadhan
Sushil Garg, Konsultan Neurologis, NMC Royal Hospital, juga mengatakan hal yang sama seperti Farinaz, dengan mengambil langkah-langkah yang tepat dapat dipastikan mereka memiliki pengalaman Ramadhan yang sehat dan spiritual.
Bobby Baby Panikulam, seorang ahli saraf spesialis di Rumah Sakit LLH Abu Dhabi, ikut berpendapat terkait hal ini. Ia mengatakan bahwa bulan suci Ramadhan memiliki makna yang sangat besar karena merupakan periode detoksifikasi mental, fisik, spiritual, dan peremajaan.
Namun, ia mengingatkan bahwa pasien dengan penyakit kronis memerlukan tindakan pencegahan yang berbeda.
"Beberapa masalah kesehatan mental mungkin menjadi lebih buruk selama Ramadhan karena dehidrasi, siklus tidur-bangun yang berubah, penghentian kafein, dan kadar glukosa darah rendah," katanya.
Umat islam dengan masalah neurologis kronis perlu memantau dengan cermat gejala baru dan segera mencari pertolongan medis jika gejala benar-benar muncul. Bobby mengingatkan untuk menjauhkan diri dari faktor yang dapat memicu penyakit.
Bobby menambahkan, "Mengikuti meditasi dan doa selama Ramadhan dapat membantu Anda tetap tenang dan membumi, memungkinkan Anda untuk mengatasi stres dan emosi negatif."
Advertisement