Viral Review Makanan Berisi Celaan, Bagaimana Hukumnya dalam Islam? Ini Penjelasan Buya Yahya

Mencela makanan bisa mendatangkan murka Allah, karena termasuk tidak mensyukuri karunia Allah SWT

oleh Musthofa Aldo diperbarui 28 Sep 2023, 02:00 WIB
Diterbitkan 28 Sep 2023, 02:00 WIB
Buya Yahya. (Foto: Dok. Instagram @buyayahya_albahjah)
Buya Yahya. (Foto: Dok. Instagram @buyayahya_albahjah)

Liputan6.com, Jakarta - Hari-hari ini, sejumlah food vloger, sedang berseteru di aplikasi berbagi video pendek Tiktok. Seteru ini berawal dari review seorang food vlogger pada sebuah warung.

Dia mengomentari semua hal tentang warung itu. Mulai dari tempat yang kotor, harga yang mahal, hingga soal makanan yang dihidangkan tidak dalam keadaan hangat.

Belakangan, setelah 'review jujur' itu diposting dan viral. Si pemilik warung marah besar karena merasa dirugikan.

Peristiwa ini memantik food vlogger lain ikut berkomentar. Ada yang mendukung si pemilik warung, tapi banyak pula yang mendukung sang vloger.

Lantas bagaimanakah Islam melihat aktivitas mereview makanan yang didalamnya sering terdapat ucapan atau ungkapan pujian tetapi terkadang juga terdapat celaan? Berikut ini adalah penjelasan Buya Yahya atau KH Yahya Zainul Maarif, pengasuh Al Bahjah.

 

Simak Video Pilihan Ini:

Nabi Tak Pernah Mencela Makanan

Jawab Kuis Ini dan Temukan Si Manis yang Paling Cocok Dinikmati Zodiak Kamu
Ilustrasi pecinta makanan manis. (Shutterstock)

Buya Yahya, seorang ulama di Indonesia, dalam sebuah pengajian seperti ditayangkan akun Youtube Albahjah TV pernah ditanya tentang hukum mengomentari makanan?

Ulama bernama lengkap KH Yahya Zainul Ma'arif ini menjawab pertanyaan itu dengan menjelaskan bahwa mengomentari atau mencela makanan termasuk tidak mensyukuri karunia Allah SWT.

Perilaku ini, kata Buya, bisa mengundang murka Allah. Dia menganalogikan pemberian dari manusia ke manusia. Bila orang yang menerima hadiah kemudian mencelanya, maka pastilah si pemberi tidak akan senang.

Buya Yahya, kemudian mengutip hadis yang diriwayatkan Abu Hurairah bahwa Rasulullah SAW tidak pernah mencaci makanan. Bila Nabi tidak menyenangi suatu makanan, dia akan meninggalkan tanpa mengomentarinya.

"Nabi tidak pernah mencela dawaqon. Dawaqon itu sesuatu yang ada rasanya. Kemanisanlah, keasinanlah, kekecutanlah, nabi tidak seperti itu," Terang Buya Yahya.

Jeruk Kecut

Ilustrasi buah jeruk
Ilustrasi buah jeruk (Sumber: Pixabay/pixel2013)

Syekh Atho'illah Asy-Syakandari, dalam kitab Al-Hikam, menceritakan bahwa Rasulullah SAW adalah sosok yang sangat menghargai makanan pemberian orang.

Suatu kali, seorang perempuan memberi jeruk kepada Nabi Muhammad. Nabi kemudian memakan jeruk itu sampai habis di depan perempuan tadi.

Setelah perempuan itu pamit pergi, sahabat yang saat itu menemani nabi bertanya kenapa beliau menghabiskan semua jeruknya dan tak menyisakan untuk para sahabat.

Rupanya, Rasulullah memang sengaja menghabiskan jeruk itu karena rasanya sangat masam.

Jika jeruk itu dibagikan kepada para sahabat, nabi khawatir mereka akan mengernyitkan dahi dan memarahi perempuan itu karena jeruknya kecut.

"Aku takut hatinya akan tersinggung. Sebab itu Aku habiskan semuanya," tutur Rasulullah.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya