Liputan6.com, Jakarta - Keistiqamahan Mbah Wasitah. Meski usia sudah lanjut namun tidak menyurutkan langkahnya untuk berangkat pengajian Gus Iqdam.
Mbah Wasitah adalah salah satu santri Gus Iqdam, pengasuh Ponpes Mambaul Hikam 2 Blitar dan Majelis Ta'lim Sabilu Taubah.
Untuk umurnya sendiri, ia sama sekali tidak tahu menahu dan tidak pernah ada keinginan untuk mengetahui usianya sendiri. Ia hanya ingat saat tahun 1954 dirinya sudah punya dua orang anak.
Advertisement
Analoginya, tahun 1954 punya anak 2, mungkin kisaran umur 20 tahun. Kalau dihitung sekarang kira-kira umur Mbah Wasitah 89 tahun. Namun masih kuat berjalan kemana-mana dan pendengaran masih normal, tidak pikun, bicara pun masih lantang. Apa rahasinya kira-kira? simak sampai akhir.
Saat datang ke pengajian Gus Iqdam ia mengaku datang menggunakan kapal.
Baca Juga
Simak Video Pilihan Ini:
Mbah Wasitah Tak Peduli Umur, yang Terpenting Ibadah dan Ngaji
Dalam potongan video pengajian yang dalam TikTok akun@cak jon, terdapat obrolan yang menarik antara dua insan dai muda dan santrinya, Gus Iqdam dan Mbah Umi Wasitah.
"Namine sinten mbah?"
"Umi Wasitah,"
"Yuswane pinten?" ucap Gus Iqdam yang menanyakan berapa umur Mbah Wasitah.
"Tahun 1954 kulo gadah yoga kalih, kulo mboten semerep umure kulo, mboten nate kulo etungi," jawab Mbah Wasitah, yang artinya tahun 1954 dirinya ingat punya anak dua, dia mengaku tidak tahu usianya, serta tak pernah hitung umurnya.
"Ora koyo cah cah iki Mbah, pitulas panggah dietungi, terus sitik sitik ulang tahun," kata Gus Iqdam.
"Njenengan mboten nate ngetungi umur blas Mbah,"
"Mboten kulo etungi blas, mboten blas, pokoke urip,"
"Cocok Mbah Wasitah,"
"Yogane seniki pinten Mbah,"
"Kalih till."
"Nopo mboten keju lenggah ngoten mbah?"
"Mboten"
Advertisement
Seneng Ngaji Gak Mati-mati
"Demen acara ngaji ngeten mbah?"
"Seneng pol, pegaweane ngaji isuk sore"
"Lho iki bukti seneng lan istiqomah ngaji ra mati-mati," ujar Gus Iqdam. Kurang lebih artinya, istiqamah ngaji maka akan panjang umur.
"Aamiin. Esuk khataman, bar bedug khataman, wengi moco AlQuran," kata Mbah Wasitah.
"Masya Alloh luar biasa. Siap ampun suhu. Awake dhewe nyerah, awake dhewe sedina ping pindho ae sambat ae," kata Gus Iqdam.
"Kulo asline pindo kadang ping tigo, tergantung undangan," kata MbahWasitah.
"Wah undangan nggih? Wis tak tiru, mbok dangakne sehat nggih mbah"
"Kolo mpun mboten nyambut gawe nopo-nopo pegaweane kulo namung ngibadah kalih Gusti Alloh, kalih ngaos,".
"Dekangen Pusat nggih mbah"
Wah Ternyata Kapal yang Dimaksud Mbah Wasitah Ini
"Mbah, ngaji tiang katah ngeten remen?" tanya Gus Iqdam.
"Nggih, pol," jawabnya singkat tegas dan jelas.
"Wah niki bocah nom nom disenenin mawon mbah,"gurau suami Ning Nilatin Nihayah ini.
Nah ini soal Mbah Wasitah soal berangkat pengajian naik kapal.
"Kulo mriki mlampah piyambak nekat, mboten numpak nopo-nopo mlampah. Mboten numpak sepeda numpak motor. Numpak kapal," katanya jika diartikan, saya kesini berjalan sendiri, nekat, tidak naik kendaraan apa-apa, tidak naik sepeda, atau motor. Naik kapal.
"Kapal sikil?," tanya Gus Iqdam.
"Nggih kapal," jawab Mbah Wasitah.Oalah, di sekitar pengajian tidak ada sungai besar dan ataupun lautan, tapi mbah ini naik kapal. Ternyata kapal yang i maksud adalah kapalan, bagian kaki yang keras oleh orang jawa disebut kapalan, makanya disebut naik kapal.
Gus Iqdam melanjutkan obrolan, "Teng dalem kalih sinten?"
"Kalih putu, anak kalih umah kalih," ujarnya.
"Wah ditata Gus ti Allah nggijh mbah?
"Mbah kulo didongake nggih, sepuntene nggih mbah," kata Gus Iqdam.
"Sami sami kulo nggih didongake sehat sregem ngibadah, ngaji, mugi panjang umur sedoyo nggih," ujar Mbah Wasitah.
Gus Iqdam juga didoakan selamat, serta kaya dan melimpah.
Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul
Advertisement