Liputan6.com, Jakarta - Sholat Subuh adalah salah satu sholat lima waktu yang sangat penting dalam Islam, dan setelah menyelesaikan ibadah ini, Muslim dianjurkan untuk berdoa sebagai bentuk ungkapan syukur, memohon ampunan, dan meminta petunjuk serta perlindungan dari Allah SWT.
Berdoa setelah sholat Subuh juga bisa dimaknai sebagai cara untuk mengungkapkan rasa terima kasih atas nikmat kesehatan, kesempatan hidup, dan kesempatan untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT melalui ibadah.
Setelah menyelesaikan ibadah sholat, Muslim memanfaatkan waktu untuk merenungkan dosa-dosa mereka, merenungkan makna kehidupan, serta memikirkan tujuan hidup mereka di dunia ini.
Advertisement
Doa setelah sholat Subuh menjadi sarana untuk memohon ampunan atas dosa-dosa yang telah dilakukan serta memohon petunjuk dari Allah SWT agar bisa menjalani hari dengan penuh kebaikan dan ketakwaan.
Sejumlah permintaan bisa dipanjatkan usai sholat Subuh, diantara permintaan tersebut diantaranya meminta ilmu yang bermanfaat, kita meminta rezeki yang baik dan diterimanya amal yang dilakukan.
Sebab, ilmu yang bermanfaat dan diterimanya amal sholeh merupakan bagian rezeki seorang muslim yang tak terhingga.
Baca Juga
Simak Video Pilihan Ini:
Urutan Doa dan Lafalnya
Mengutip itishom.org, dalam hadis Ummu Salamah riwayat Ibnu Majah, disebutkan:
أَنَّ النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- كَانَ يَقُولُ إِذَا صَلَّى الصُّبْحَ حِينَ يُسَلِّمُ: اللَّهُمَّ إِنِّى أَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا وَرِزْقًا طَيِّبًا وَعَمَلاً مُتَقَبَّلاً
Bahwasanya Nabi SAW jika selesai sholat Subuh, saat setelah salam, mengucapkan: 'Allaahumma innii as-aluka ‘ilman naafi’an wa rizqon thoyyiban wa ‘amalan mutaqobbalan'
(Ya Allah, sesungguhnya aku meminta kepada-Mu ilmu yang bermanfaat, rezeki yang baik, dan amal yang diterima)(H.R Ibnu Majah)
Hadits tersebut dinilai shahih oleh Syaikh al-Albaniy.
Tiga permintaan dalam doa tersebut adalah permintaan yang benar-benar kita butuhkan.
Permintaan pertama, kita meminta ilmu yang bermanfaat. Ilmu didahulukan sebelum kebutuhan lainnya. Karena ilmu adalah yang mendasari benar tidaknya perbuatan dan ucapan kita. Al-Imam al-Bukhari meletakkan salah satu judul bab dalam Shahihnya sebagai:
الْعِلْمُ قَبْلَ الْقَوْلِ وَالْعَمَلِ
Ilmu itu (didahulukan) sebelum ucapan dan perbuatan(Shahih al-Bukhari Kitabul Ilmi)
Ilmu yang kita minta adalah ilmu yang bermanfaat. Bukan sekedar ilmu yang menjadi wawasan semata. Apakah ilmu yang tidak bermanfaat itu? Al-Munawiy rahimahullah mendefinisikan ilmu yang tidak bermanfaat adalah:
وهو ما لا يصحبه عمل أو ما لم يؤذن في تعلمه شرعا أو ما لا يهذب الأخلاق
Yaitu ilmu yang tidak membuahkan amal (sholih), atau memang tidak diizinkan secara syariat untuk dipelajari, atau (ilmu) yang tidak memperbaiki akhlak (seseorang)(atTaisiir bi syarhil Jami’is Shoghir (1/413)).
Advertisement
Dua Permintaan Berikutnya
Permintaan kedua, kita meminta rezeki yang baik. Apakah rezeki yang baik itu?
Abul Hasan Ubaidullah bin Muhammad al-Mubarokfuriy rahimahullah mendefinisikan rezeki yang baik adalah:
حلالاً ملائمًا للقوة معينًا على الطاعة
(Rezeki) yang halal, menghasilkan kekuatan yang membantu seseorang untuk taat (kepada Allah)(Muro’aatul Mafaatiih syarh Misykaatil Mashoobiih (8/281)).
Sedangkan permintaan yang ketiga sekaligus terakhir adalah amalan yang diterima.
Kita berharap amalan yang kita persembahkan untuk Allah Ta’ala, diterima oleh-Nya. Para Ulama menjelaskan bahwa syarat suatu amalan diterima adalah ikhlas karena Allah, sesuai tuntunan Rasulullah shollallahu alaihi wasallam, dan dilandasi akidah yang benar.
Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda Cingebul