Liputan6.com, Jakarta - Ulama muda nan cerdas, Ustadz Adi Hidayat (UAH) mempertanyakan orang-orang yang memaknai dan mencari ampunan.
Pasalnya banyak orang keliru, saat mencari ampunan. Banyak keluarga orang meninggal baru sibuk mencari ampunan Allah setelah yang bersangkutan meninggal.
Bagi UAH hal tersebut keliru, seharusnya ampunan yang begitu penting dicari saat hidup, bukan saat setelah meninggal dunia.
Advertisement
Ungkapan UAH ini tayang dalam tayangan di Youtube channel @AdiHidayatOfficial.
"Ya kan ampunan Allah itu yang paling diharapkan, yang paling diharapkan dari segalanya," ucap UAH.
Baca Juga
Simak Video Pilihan Ini:
Banyak yang Ingin Menukar Ampunan
Menurutnya, jika dapat diperoleh ampunan tersebut rela untuk ditukar dengan apapun juga.
"Ya, bahkan seluruh hamba itu ingin menukar dengan apapun demi mengharapkan ampunan Allah Subhanahu Wa Ta'ala," tambahnya.
Menurutnya lagi, banyak orang dari zaman ke zaman, dari zaman Nabi Muhammad SAW, bahkan sampai saat ini banyak anggota keluarga yang memintakan doa agar keluarga yang meninggal dapat ampunan.
"Betapa banyak orang-orang datang kepada orang sholeh, kepada ulama, kalau di era nabi kepada Rasulullah untuk didoakan supaya diampuni Allah," ujarnya.
"Betapa banyak orang diharapkan mendoakan bagi ya keluarga yang telah meninggal duluan supaya diampuni dosanya dan itu kan harapan yang tinggi," tambahnya.
Advertisement
Kenapa Ampunan Dicari saat Sudah Mati?
Bahkan sekaya-kayanya setinggi-tingginya jabatan tetap ketika meninggal keluarganya berharap tolong doakan supaya diampuni itu semoga diampuni.
"Karena itu yang paling mahal kalau sudah tahu itu paling penting dibawa sampai meninggal Kenapa nggak dicari saat hidup?," tanya UAH.
"Kalau anda tahu ampunan itu penting dibawa sampai wafat kenapa tidak dicari saat hidup," tandas UAH.
Mengutip islam.indonesia.com, perlu dipahami bahwa Allah tidak akan pernah berputus asa atau “lelah” dalam mengampuni hamba-Nya. Jadi mengapa manusia harus putus asa mengharap ampunan Allah sedangkan Allah saja tidak demikian?
Hal ini sebagaimana firman Allah yang tertuang di dalam Alquran, “Katakanlah: ‘Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Dan kembalilah kamu kepada Tuhanmu, dan berserah dirilah kepada-Nya sebelum datang azab kepadamu kemudian kamu tidak dapat ditolong (lagi).” (QS. Az Zumar:53-54)
Melalui ayat ini Allah mengingatkan para hamba-Nya agar bersegera dalam meraih ampunan dan rahmat-Nya. Akan tetapi ada di antara manusia yang berprasangka buruk dan berputus asa atas ampunan Allah, sehingga banyak dari mereka yang akhirnya tidak mengubah jalan hidupnya. Padahal Allah Maha Penyayang sekalipun terhadap hamba-Nya yang tersesat.
Di antara bukti rasa sayang Allah kepada hamba-Nya adalah ketika dalam ayat di atas Allah berfirman, “Katakanlah: ‘Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas..”.
Dalam Alquran kata “hamba” adalah istilah pengagungan, jadi ketika manusia disebut hamba maka dia diistimewakan. Artinya, meski sudah banyak dosa, Allah masih tetap memanggilnya dengan sebutan “hamba”.
Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul