Liputan6.com, Cilacap - KH Maemoen Zubair atau populer dengan sapaan Mbah Moen merupakan salah seorang ulama kharismatik tanah air yang berasal dari Rembang, Jawa Tengah yang juga merupakan pengasuh Ponpes Al-Anwar, Sarang, Rembang.
Baca Juga
Advertisement
Guru Gus Baha ini berdasarkan riwayat dan kesaksian beberapa orang diyakini merupakan salah seorang wali Allah yang memiliki banyak karomah.
Tak tanggung-tangung, kesaksian mengenai karomah Mbah Moen dikisahkan salah seorang ulama perempuan asal Maroko yang bernama Ustazah Maryam Ait Ahmad.
Ustazah Maryam Ait Ahmad merupakan salah seorang keturunan tokoh sufi sekaligus pahlawan nasional Maroko yang berjuang merebut wilayah Tetouan dari cengkeraman penjajah saat itu.
Simak Video Pilihan Ini:
Tahu Kedatangan Seseorang
Menukil altsaqafah.id, Ustazah Maryam Ait Ahmadmemiliki banyak sekali kenangan dengan sosok Mbah Moen di antara banyak kunjungan beliau ke Indonesia, beliau berkali-kali mengucapkan satu kalimat yang menggambarkan sosok Mbah Moen, “Syekh Maimoen adalah salah seorang wali di antara wali-wali Allah,” dengan tatapan mata yang berbinar-binar.
Sejumlah karomah pun tak luput dari kesaksian beliau sendiri, di antaranya Bunda Maryam pernah berkunjung ke Indonesia tanpa mengabarkan pihak mana pun, baik Kedubes Maroko di Indonesia, KBRI Rabat ataupun Mbah Moen sendiri. Setibanya beliau di Indonesia, Bapak Tosari yang kala itu menjadi Dubes Indonesia untuk Maroko, mendapat kabar dari Mbah Moen yang mempertanyakan mengapa Bapak Tosari tidak memberi kabar kedatangan Bunda Maryam ke Indonesia.
Bapak Tosari yang tidak tahu ihwal tersebut, mengira Bunda Maryam tidak melakukan perjalanan ke Indonesia, melainkan masih menetap dan berada di kediamannya. Setelah Bapak Tosari menghubungi kediaman Bunda Maryam, benar saja, keluarganya mengabarkan bahwa Bunda Maryam sedang berada di Indonesia.
Lalu Bunda Maryam dihubungi langsung oleh Mbah Moen, beliau mengatakan, “Maryam, kenapa Anda tidak mengabarkan saya kalau Anda akan ke Indonesia?” sontak Bunda Maryam terbungkam dan makin kaget lagi ketika Mbah Moen melanjutkan, “Saya melihat Anda di sini (di kediaman Mbah Moen) kemarin, pokoknya Anda harus datang ke tempat saya, Anda harus datang,” pungkas Bunda Maryam sembari menirukan lirih suara Mbah Moen.
Advertisement
Mengetahui Lokasi yang Aman dan Tidak
Mbah Moen juga pernah berkata kepada Bunda Maryam, “Maryam, kamu aman, kamu aman, selama berada di Indonesia, insyaAllah.” Dawuh Mbah Moen ini bak sebaris doa yang langsung terijabah, ini dibuktikan dengan sebuah peristiwa di kala kunjungan beliau ke Palu.
Pada hari terakhir sebelum bertolak kembali ke Jakarta, panitia meminta Bunda Maryam untuk menetap dua hari lagi untuk menjadi pembicara pada salah satu seminar, tanpa pikir panjang Ustazah Maryam mengiyakan permintaan tersebut. Sore harinya, beliau mendapat panggilan telepon dari UIN Syarif Hidayatullah, pihak kampus mengingatkan tentang kesediaan beliau mengisi seminar pada esok harinya. Akhirnya mau tidak mau beliau harus membatalkan seminar di Palu karena telah berjanji kepada pihak UIN Syarif Hidayatullah sebelumnya.
Malam harinya, Bunda Maryam lekas bertolak ke Jakarta untuk memenuhi undangan pihak UIN Syarif Hidayatullah, qadarullah tepat keesokan harinya Palu dilanda musibah tsunami yang meluluhlantakkan banyak bangunan, termasuk hotel yang Bunda Maryam singgahi.
Karomah lain yang Bunda Maryam rasakan sendiri, yaitu ketika Mbah Moen memberikan isyarat kepergian beliau. Pada kunjungannya di tahun 2018 ke Indonesia, ketika hendak pamit kembali ke Maroko, Bunda Maryam mengatakan, “Ya Syekh, InsyaAllah saya akan kembali lagi ke Indonesia dan kita akan bertemu lagi.” Kemudian Mbah Moen membalas dengan tawa kecil sembari berujar, “Mungkin Anda tidak akan menemukanku lagi.” Dan benar saja, ternyata itulah pertemuan terakhir keduanya sebelum kemudian Mbah Moen wafat pada pertengahan 2019 silam ketika melaksanakan ibadah haji.
Mbah Moen yang juga merupakan “Syekh Ijazah” Ustazah Maryam, memberikan beberapa butir wasiat di pertemuan terakhirnya, “Kita sama-sama berjuang membawa panji dakwah Islam, bagian saya di Timur, dan bagianmu di Barat.” Mbah Moen menutup, “Kelak semoga kita dipertemukan bersama di Surga Firdaus, jangan lupa untuk menarik tanganku ke Surga.” Bunda Maryam menjawab, “Baik ya Syekh, jika sebaliknya, maka jangan lupa juga untuk menarik tanganku ke dalam Surga.”
Penulis: Khazim Mahrur / Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul