Makna Mendalam Haji Mabrur Menurut Ustadz Adi Hidayat, Tak Sekadar Diterima

Haji mabrur menurut Ustadz Adi Hidayat, bukan sekadar ritual fisik, ini penjelasannya

oleh Liputan6.com diperbarui 21 Jun 2024, 09:30 WIB
Diterbitkan 21 Jun 2024, 09:30 WIB
UAH 22
Ustadz Adi Hidayat (UAH). (SS TikTok)

Liputan6.com, Jakarta - Secara tekstual, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), mabrur diartikan sebagai 'diterima Allah SWT dengan baik. Haji mabrur adalah ibadah haji yang diterima Allah SWT.

Sementara, Ustadz Adi Hidayat (UAH) mengungkapkan konsep penting tentang haji mabrur. Menurutnya, haji mabrur bukanlah sekadar melaksanakan ritual fisik, tetapi lebih pada transformasi spiritual dan moral yang mendalam.

"Haji, haji, apa yang populer? iya, haji mabrur? Kenapa disebut haji mabrur? Karena saat dia berada wukuf di Arafah, dia istighfar, dia mengenali keburukannya yang dia tinggalkan itu," ujar UAH dalam veramahnya, seperti dikutip dari kanal YouTube @jalanbaru784.

Ia menjelaskan bahwa pada saat wukuf di Arafah, setiap haji diajak untuk melakukan istighfar, merenungkan dosa-dosa yang pernah dilakukan, dan berkomitmen untuk meninggalkannya.

Lebih lanjut, Ustadz Adi Hidayat menegaskan pentingnya memahami dan mengakui kesalahan diri sebelum menjalani ibadah haji.

 

Simak Video Pilihan Ini:

Berani Catat Keburukan sebelum Haji?

terowongan Mina
Jemaah haji saat akan melaksanakan melontar jumrah di jamarat. (Dok MCH)

"Sebelum haji, catat dulu, kenali dari kita keburukannya. Jangan gengsi, tanyakan pada pasangan hidup, tanyakan pada anak, tanyakan pada orang tua," katanya.

Ia mendorong umat Islam untuk melakukan introspeksi diri secara mendalam sebelum melangkah ke tanah suci.

Dalam ceramahnya, Ustadz Adi Hidayat juga menjelaskan mengenai simbolisasi dalam ritual melontar jumrah di Mina.

"Ketika lontar jumrah, kita melontar sifat kita. Bismillahi Allahu Akbar, hadisnya sama dengan yang menyembelih di sana. Waktu sama, yang di sana melontar, di sini menyembelih tanggal 10," paparnya.

Ritual ini, menurutnya, bukan sekadar melontar jumrah secara fisik, tetapi juga melambangkan penolakan terhadap sifat-sifat buruk yang ada dalam diri manusia.

Ustadz Adi Hidayat juga menjelaskan tentang makna kata "Basyar" yang berkaitan dengan nafsu hewani dalam konteks penyembelihan hewan di sana.

"Apa yang dilempar sifat hewani dari kata Basyar tadi, nafsunya ya, karena itu sifat hewan disembelih, hewannya," jelasnya.

Apa Makna Melontar Jumrah?

Melontar Jumrah
Jemaah haji tengah melempar jumrah di Jamarat. (Dokumen MCH)

Melalui ritual melontar jumrah, haji diminta untuk menolak sifat-sifat buruk dan menggantinya dengan perilaku yang lebih baik.

Dalam penutupannya, Ustadz Adi Hidayat menggarisbawahi bahwa haji mabrur adalah haji yang tidak hanya melaksanakan ritusnya dengan sempurna, tetapi juga mampu mengubah diri menjadi lebih baik setelah kembali ke tanah air.

"Haji mabrur itu haji yang bisa menepikan sifat buruk dan berubah menjadi baik di kemudian hari," tutupnya.

Pesan Ustadz Adi Hidayat mengajak umat Islam untuk tidak hanya menjalankan ibadah haji secara mekanis, tetapi juga untuk benar-benar merenungkan makna spiritual dan moral dari setiap ritual yang dilakukan.

Hal ini diharapkan dapat membawa perubahan yang positif dalam kehidupan mereka setelah menunaikan ibadah haji.

Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya