Gus Baha Ungkap Kekayaan yang Tidak akan Pernah Habis, Menyitir Kisah Wali

Kesenangan berlebihan tidak akan menghasilkan kebahagiaan, inilah kunci meraih ridho menurut Gus Baha

oleh Liputan6.com diperbarui 16 Jul 2024, 16:30 WIB
Diterbitkan 16 Jul 2024, 16:30 WIB
Gus Baha tiktok
KH Ahmad Bahauddin Nursalim (Gus Baha) (SS TikTok)

Liputan6.com, Jakarta - Ulama kharismatik, Gus Baha seringkali mengajak jemaahnya untuk merenungkan kebijaksanaan dalam mengelola kehidupan sehari-hari agar mendapatkan ridho Allah SWT.

Salah satu cerita yang sering dibagikan olehnya adalah tentang kebijaksanaan dan kesederhanaan dalam berbagai aspek kehidupan.

Dalam salah satu ceramahnya, Gus Baha mengisahkan tentang seorang wali yang mengamati kehidupan sederhana keluarganya. Wali tersebut melihat istrinya dan anaknya makan dengan porsi yang sederhana, masing-masing hanya satu piring. Ketika ditanya apakah mereka kenyang, mereka menjawab dengan penuh kepuasan bahwa mereka merasa cukup dengan apa yang mereka miliki.

Gus Baha menekankan bahwa kebahagiaan sejati tidak tergantung pada kemewahan materi atau hidup dalam kemewahan. "Kearifan orang-orang terdahulu itu bisa mengelola hal-hal keseharian menjadi luar biasa," ujar Gus Baha dikutip Youtube kanal @KopiiHitam6299.

Baginya, kesederhanaan dalam makanan dan minuman adalah cermin dari qana'ah, yaitu sikap puas dengan apa yang telah diberikan Allah SWT.

Sang wali juga mengamati bahwa anaknya menikmati secangkir kopi dengan penuh kebahagiaan. "Melihat anaknya senang dengan hal yang sederhana seperti secangkir kopi, mereka merasa sangat senang dan bersyukur," tambah Gus Baha. Baginya, kesederhanaan dalam menikmati nikmat Allah merupakan bagian dari kearifan hidup.

 

Simak Video Pilihan Ini:

Kalau Senang yang Murah, Kenapa Harus Mewah

hedon belanja mewah gaya hidup
ilustrasi perempuan belanja kemewahan/Inside Creative House/Shutterstock

Gus Baha menegaskan bahwa hidup dalam kesederhanaan adalah kunci untuk mencapai ridho Allah SWT. Ia mengkritik perilaku modern yang terlalu fokus pada keinginan duniawi yang berlebihan. "Kalau kita senang dengan hal-hal yang murah, mengapa harus susah payah mengejar kesenangan yang berlebihan dan tidak perlu?" tanya Gus Baha retoris.

Menurut Gus Baha, qana'ah bukanlah tentang hidup dalam kemiskinan, melainkan tentang hidup dengan cukup dan bersyukur. "Kita harus belajar untuk senang dengan apa yang sudah ada, bukan terus-menerus mengejar yang lebih banyak," pesannya tegas.

Dengan kata lain, kesederhanaan bukanlah tanda kekurangan, melainkan tanda kebijaksanaan dalam mengelola nikmat Allah.

Gus Baha juga mengingatkan bahwa qana'ah bukanlah hal yang mudah dicapai dalam dunia yang serba materialistik ini. "Saat ini, banyak orang terjebak dalam gebyar dunia yang menjadikan hidup mereka semakin rumit," ucapnya dengan nada prihatin.

Bagi Gus Baha, tantangan terbesar adalah menjaga hati dan pikiran tetap fokus pada tujuan hidup yang sejati, yaitu mendapatkan ridho Allah SWT.

Dalam kehidupan sehari-hari, Gus Baha mengajarkan umatnya untuk selalu berusaha mencari ridho Allah dalam segala hal. "Setiap tindakan, setiap niat, harus dilakukan dengan kesadaran untuk mendapatkan ridho-Nya," tegasnya. Baginya, ridho Allah merupakan tujuan akhir dari setiap usaha dan pengorbanan yang dilakukan umat manusia.

Gus Baha juga menyoroti betapa sulitnya untuk menjaga kesederhanaan dalam situasi yang penuh dengan godaan dunia. "Orang-orang terkadang lupa bahwa hidup ini sementara dan yang kekal adalah apa yang ada di sisi Allah SWT," katanya.

Oleh karena itu, dia sering mengingatkan agar umatnya tidak terlalu terpaku pada hal-hal duniawi yang sementara.

Penjelasan tentang Qanaah

Manfaat dari Penerapan Sifat Qanaah
Ilustrasi Sikap Qanaah Credit: shutterstock.com

Menukil NuOnline, Imam Al-Qusyairi dalam risalahnya yang masyhur membahas kelapangan hati atau qanaah. Qanaah merupakan sikap kerelaan hati dalam menerima pemberian Allah SWT. Dalam risalah itu ia membuka pembahasan qanaah dengan Surat Al-An’am ayat 97.

مَنْ عَمِلَ صَالِحاً مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً

Artinya, “Siapa saja yang beramal saleh baik laki-laki maupun perempuan, sedangkan ia adalah orang beriman, maka kami akan menghidupkannya dengan kehidupan yang baik,” (Surat Al-An’am ayat 97).

Sebagian ulama menafsirkan hayatan thayyibah adalah sikap qanaah. ad Qanaah adalah kekayaan yang tidak akan pernah habis terkuras. Dengan qanaah, batin seseorang menjadi lapang. Ia tidak diburu oleh pemandangan di sekitarnya.

Orang yang qanaah tidak memperbudak diri untuk mengejar ilusi kebahagiaan sebagaimana yang tampak pada orang lain.

عن جابر بن عبد الله قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم القناعة كنزُ لا يفنى

Artinya, “Dari Jabir bin Abdillah RA, ia berkata, Rasulullah SAW bersabda, ‘Qanaah itu gudang kekayaan yang tidak akan sirna,’” (Lihat Abul Qasim Al-Qusyairi, Ar-Risalah Al-Qusyairiyyah, [Kairo, Darus Salam: 2010 M/1431 H], halaman 90).

Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya